Khonghucu

Cinta Kasih dalam Khonghucu

Santoso Lim

Santoso Lim

Semua ajaran agama mengajarkan umat manusia untuk memiliki cinta kasih di dalam dirinya. Karena dengan rasa cinta kasih, manusia akan memiliki perhatian kepada orang lain dan memperlakukan orang lain dengan baik, sehingga terjalin interaksi yang baik antar sesama manusia, kelompok masyarakat dan antar bangsa.

Banyak pendapat tentang apa itu sebenarnya "cinta kasih". Ada yang memaknai bahwa "cinta kasih" sama dengan cinta antara seorang pria dan wanita. Tetapi ada yang sudah memahami arti cinta kasih secara lebih universal.

Seorang Filsuf Yunani, Aristoteles mengungkapkan bahwa cinta terdiri dari satu jiwa yang menghuni dua raga. Uraian cinta dari Aristoteles ini lebih tepat dimaknai sebagi cinta antara sepasang kekasih.

Lain halnya dengan Sternberg (seorang ilmuan psikologi) yang mengungkapkan tiga komponen penting dalam cinta: passion atau hasrat, commitment atau komitmen, intimacy atau kedekatan. Uraian dari Sternberg ini mungkin lebih detil. Seandainya hanya terdapat unsur komitmen dan kedekatan saja, mungkin itu bukan cinta antara pria dan wanita, tetapi hubungan yang lebih luas. Misalnya, hubungan antara orang tua dan anak, saudara, teman dan sebagainya.

Jika kita teliti dengan sudut pandang yang luas, kata cinta "love" di dalam bahasa Inggris berbeda maknanya dengan cinta kasih (Ren) dalam bahasa Mandarin. Kata cinta kasih (Ren) terdiri dari huruf dua (er) dan huruf manusia (ren) di gabung menjadi Ren (cinta kasih). Yang secara filosofis bisa diartikan: jikalau dua orang bertemu harus ada komunikasi yang baik.

Lain halnya dengan kata cinta (ai), yang berbeda dengan Ren (cinta kasih). Cinta kasih lebih bersifat universal, tidak diperlukan hasrat, komitmen ataupun kedekatan.

Contohnya, sebuah metode penyembuhan dengan menyalurkan energi Ilahi yang bernama Reiki. Aliran penyembuhan ini dipelajari dengan cara mengembangkan rasa cinta kasih dari dalam hati manusia. Mereka percaya jika sudah mencapai level cinta kasih yang tinggi, maka akan bersatu dengan Energi Ilahi.

Cinta Kasih dalam Khonghucu

Mengzi, seorang tokoh besar Agama Khonghucu menjelaskan di dalam Kitab Mengzi Bab VI A. 6 ayat ke 7: Adapun rasa hati berbelas-kasihan itu menunjukkan adanya benih cinta kasih, rasa hati malu dan tidak suka itu menunjukkan adanya benih kesadaran menjunjung kebenaran, rasa hati hormat dan mengindahkan itu menunjuk kan adanya benih kesusilaan, dan rasa hati membenarkan dan menyalahkan itu menunjukkan adanya benih kebijaksanaan.

Cinta kasih, kebenaran, kesusilaan, dan kebijaksanaan itu bukan hal-hal yang dimasukkan dari luar ke dalam diri, melainkan diri kita sudah mempunyainya. Tetapi sering kita tidak mau mawas diri. Maka dikatakan, carilah dan engkau akan mendapatkannya, sia-siakanlah dan engkau akan kehilangan.

Penjelasan Mengzi yang ringkas dari ayat di atas tersebut cukup mudah dipahami. Bila seseorang mempunyai rasa berbelaskasihan kepada sesama, maka orang tersebut sudah memiliki benih cinta kasih.

Secara lengkap, Khonghucu mengajarkan 4 Watak Sejati yang harus harus dibina oleh setiap umat manusia, yaitu: Ren (cinta kasih), Yi (kebenaran), Li (kesusilaan), dan Zhi (kebijaksanaan, pengetahuan).

Umat Khonghucu percaya bahwa watak sejati ini adalah benih yang sudah dimiliki seorang manusia sejak lahir atau bahkan sejak di dalam kandungan. Jadi selain manusia harus mengembangkan rasa cinta kasih, manusia harus melatih dan mengembangkan benih-benih kebenaran, kesusilaan dan kebijaksanaan tersebut, sehingga menjadi manusia yang memiliki kepribadian yang sempurna (Junzi).

Seorang yang sudah memahami, menghayati dan melatih cinta kasih, kebenaran, kesusilaan, dan kebijaksanaan, akan mendapatkan kepercayaan (xin) dari Tuhan, orang lain, dan alam semesta. Dengan kata lain, manusia tersebut sudah harmonis atau selaras dengan Tuhan, manusia, dan alam Semesta.

Selaras dengan Tian maksudnya adalah selaras dengan hukum-hukum-Nya. Menjalankan peribadatan dengan baik dan memahami potensi-potensi yang diberikan oleh Tian untuk diterapkan bagi kebaikan umat manusia.

Manusia juga harus selaras / harmonis dengan manusia lain agar terjadi kedamaian di muka bumi ini. Harmonis bukan berarti semua sama, tetapi memiliki rasa empati terhadap manusia lain sehingga dapat menghargai segala perbedaan.

Manusia yang dapat selaras dengan alam semesta berarti dia dapat mengetahui hukum-hukum yag berlaku di alam semesta. Seorang yang mengetahui hukum alam semesta dengan baik akan terhindar dari bencana dan dapat membangun kehidupannya lebih sejahtera.

Namun, untuk memperkuat kemampuan Yi, Li, dan Zhi, maka yang pertama-tama harus diperkuat adalah memahami, menghayati, dan melatih cinta kasih.

Untuk dapat hidup di dalam Jalan Suci, orang harus dapat melaksanakan cinta kasih. Tersurat di dalam Kitab Zhong Yong Bab XIX pasal 4: Pemerintahan itu tergantung pada orangnya. Orang itu tergantung pada diri pribadinya. Untuk membina diri itu harus hidup dalam Jalan Suci, dan untuk membina Jalan Suci harus hidup dalam cinta kasih.

Berdasarkan ayat diatas, maka menjadi jelaslah bahwa cinta kasih adalah tahapan yang harus dilalui bagi setiap orang. Cinta kasih menjadi syarat mutlak untuk dapat hidup dalam Jalan Suci. Dapat hidup dalam Jalan Suci itulah sempurnanya pembinaan diri. Jika setiap orang dapat membina diri, maka pemerintahan akan beres, dan kehidupan akan damai tentram. Dalam Kitab Lun Yu XIII: 27, tersurat:

Sifat keras kemauan, tahan uji, sederhana, dan tidak mudah mengucapkan kata-kata, itu dekat dengan Ren/peri cinta kasih.

Melatih Cinta Kasih

Berikut beberap cara agar kita dapat melatih cinta kasih, sehingga hati menjadi lebih luas dan dalam, kualitas hidup kita lebih baik.

1. Ikhlas Menerima

Hidup tidak untuk dibuat main-main, kita harus menjalani hidup ini dengan bersungguh-sungguh. Untuk menjalani hidup dengan sungguh-sungguh, kita harus mempunyai perasaan ikhlas (Cheng Yi) di dalam hati kita. Karena dengan perasaan ikhlas, kita tidak memiliki beban dalam jiwa kita. Di manapun kita berada, kita dapat selalu ikhlas menerima. Tidak terbebani oleh pikiran-pikiran negatif yang berbentuk penolakan terhadap diri kita, orang lain, dan lingkungan kita.

Kita dapat menerima dengan ikhlas apa yang kita miliki dalam diri kita. Ikhlas menerima siapa orang tua yang melahirkan kita. Ikhlas menerima lingkungan dan teman-teman kita. Dari perasaan ikhlas menerima ini, kita baru bisa melangkah ke level cinta kasih berikutnya.

Ikhlas menerima juga berarti kita siap untuk memahami pikiran orang lain. Siap untuk memahami kebutuhan orang lain. Siap berempati untuk memahami keadaan orang lain. Seorang pemimpin yang dapat ikhlas menerima akan dapat mengerti kebutuhan rakyatnya, sehingga dapat menerapkan kebijakan yang lebih tepat.

2. Ikhlas Memberi

Setelah kita bisa menerima dan memahami orang lain, maka kita baru bisa memberikan orang lain perhatian dan bantuan yang dibutuhkan orang lain dalam hidupnya. Memberi bantuan kepada orang lain itu tidak harus berupa materi. Memberi di sini bisa diartikan lebih luas lagi. Bisa memberi perhatian atapun saran. Bisa memberikan ilmu dalam bentuk sharing atau pengajaran. Semua yang kita berikan kepada orang lain ini harus didasari rasa ikhlas dan bertujuan baik.

3. Berpikir Positif

Seseorang ketika menghadapi suatu masalah ataupun kondisi tertentu dapat berpikir negatif atau positif. Orang yang selalu berpikir negatif mudah dikendalikan oleh emosinya dan tidak dapat menyelesaikan masalah dengan baik. Sebaliknya orang yang berpikir positif mempunyai kekuatan untuk menjaga hatinya agar tidak terbawa arus emosi yang tidak terkendali.

Orang yang berpikir positif lebih terarah dan fokus di dalam menyelesaikan suatu masalah. Kerena dengan pikiran positif tersebut, dia dapat mengendalikan emosi-emosi negatif dan mengubahnya menjadi emosi-emosi positif berupa rasa cinta kasih. Salah satu contohnya jika sebuah kritikan pedas dilontarkan kepada orang yang berpikiran positif, kritikan pedas tersebut dapat dijadikan motivasi atau bahan untuk merefleksi diri. Orang yang berpikiran positif selalu mudah memaafkan dan mempunyai harapan.

4. Membahagiakan Orang Lain

Adakah rasa di dalam hati kita untuk selalu membahagiakan orang lain? Memperlakukan orang lain dengan sebaik-baiknya. Jika di hati kita muncul rasa bahagia jika melihat orang lain bahagia, maka kita sudah dekat dengan cinta kasih.

Membahagiakan orang lain itupun tidak harus dengan memberikan materi. Menyapa dan bercerita hal-hal yang lucu agar orang lain tertawa bahagia itu sudah membahagiakan orang lain. Menyarankan seseorang membaca buku atau menonton film yang sekiranya dapat menyenangkan hati orang tersebut, sudah merupakan usaha untuk membahagiakan orang lain.

5. Menyelami Hati

Pada ayat 1 kitab Mengzi jilid VII A dengan judul Jing Xin, yang berarti menyelami hati; Meng Zi berkata, "Yang benar-benar dapat menyelami hati, akan mengenal Watak Sejatinya; yang mengenal Watak Sejatinya akan mengenal Tian Yang Maha Esa."

Ayat itu menunjukkan bahwa ada kewajiban umat Khonghucu untuk menyelami hatinya sendiri. Menyelami hati itu berarti seseorang perlu duduk tenang atau meditasi, memejamkan mata dan menghayati segala sesuatu yang dirasakan oleh hati itu. Dengan cara ini orang dapat membina hatinya, membersihkan hati dari perasaan-perasaan negatif seperti rasa dengki, dendam dan mengisi hati dengan rasa cinta kasih.

Manfaat yang banyak dirasakan orang-orang yang pernah berlatih pernafasan atau meditasi adalah menghilangkan emosi yang berlebihan, seperti rasa kesal dan marah saat melihat keadaan yang menjengkelkan. Latihan meditasi juga dapat melapangkan hati orang yang mengalami keadaan yang tidak menyenangkan.

Santoso Lim, S.Sn, M.Psi (Rohaniwan Khonghucu)


Editor: Moh Khoeron

Khonghucu Lainnya Lihat Semua

Js Jenny Sudjiono (Rohaniwan Khonghucu)
Berkah di Jalan Tian

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua