Buddha

Cinta Kasih Universal

Buddha Wacana

Buddha Wacana

“Mettañca sabbalokasmiṁ, mānasambhāvaye aparimāṇaṁ, uddhaṁ adho ca tiriyañca, asambādhaṁ averaṁ asappattaṁ’ti”. Cinta kasih terhadap makhluk di segenap alam. Patut dikembangkan tanpa batas dalam batin. Baik ke arah atas, bawah, dan di antaranya. Tidak sempit, tanpa kedengkian, tanpa permusuhan. (Karaniya Metta Sutta, Khuddakapatha 9)

Berdasarkan kutipan di atas, cinta kasih harus dikembangkan tanpa batas, dipancarkan kepada semua makhluk tanpa batas pula. Cinta kasih harus dikembangkan mulai dari dan untuk diri sendiri terlebih dahulu, sehingga seseorang dapat mengembangkan cinta kasih kepada orang atau makhluk lain. Pengembangan cinta kasih dapat menghilangkan kedengkian dan permusuhan, cinta kasih yang universal dapat mengubah dunia menjadi damai, aman, dan nyaman.

Dapat dibayangkan betapa indahnya dunia ini apabila semua makhluk mempunyai dan mengembangkan cinta kasih universal. Semua orang tidak ingin disakiti dan menderita. Oleh karena itu, semua dapat terwujud bila manusia saling mengembangkan cinta kasih tanpa batas. Alam pun akan menjadi lestari, apabila dipergunakan dengan penuh cinta kasih, seperti memanfaatkan hasil alam secara bijaksana bukan penuh dengan keserakahan.

Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi mempengaruhi gaya hidup masyarakat saat ini. Segala sesuatu pasti memiliki dua sisi, yaitu positif dan negatif. Sisi positif dari perkembangan teknologi dapat dirasakan dengan banyaknya kemudahan dalam berbagai hal. Puja bakti atau penyebaran Dhamma dapat dilakukan secara daring melalui berbagai media.

Dalam bidang pendidikan, proses belajar mengajar dapat dilakukan secara lebih fleksibel dengan menggunakan berbagai media daring. Sarana komunikasi semakin canggih dan bervariasi, masyarakat dapat menggunakan sesuai kebutuhannya. Sektor jual-beli merupakan salah satu bidang yang terdampak secara masif dari pesatnya perkembangan teknologi. Melalui perkembangan teknologi, hampir semua bidang dapat dilakukan dengan mudah walaupun jauh jaraknya.

Namun demikian kemajuan-kemajuan ini sangat mempengaruhi pola pikir dan tindakan manusia modern. Masyarakat menjadi cenderung lebih egois, mudah menghujat, berkurangnya rasa empati, mudah marah dan lainnya. Sebagai manusia yang beragama, seharusnya mempunyai pengendalian diri terhadap dampak negatif dari pesatnya kemajuan zaman. Hal ini, sangat relevan untuk dipraktikkan dengan ajaran yang disampaikan oleh Buddha pada 2500 tahun yang lalu, yaitu:

“Kalahkan kemarahan dengan cinta kasih, dan kalahkan kejahatan dengan kebajikan. Kalahkan kekikiran dengan kemurahan hati, dan kalahkan kebohongan dengan kejujuran” (Dhammapada, Bab XVII: Kodha Vagga, 223)

Sifat-sifat negatif yang timbul dari dampak tidak mengembangkan cinta kasih akan sangat membahayakan bagi diri sendiri maupun kehidupan sosial bermasyarakat. Hal ini akan menimbulkan masalah baru di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang majemuk, baik suku, agama, ras, bahasa, wilayah dan lainnya. Kemajemukan masyakarakat yang tidak dapat dihindari, dapat direkatkan dengan mudah apabila semua pihak memiliki Cinta Kasih Universal. Pengembangan cinta kasih universal haruslah dimulai dari diri sendiri, dengan mempraktikkan hal-hal sederhana.

Salah satu contoh pengembangan cinta kasih melalui ucapan yang telah disampaikan oleh Buddha dalam Kakacūpama Sutta (Majjhima Nikaya I,126-27), yaitu: 1) Mengembangkan cinta kasih melalui jalur ucapan yang tepat pada waktunya; 2) Mengembangkan cinta kasih dengan cara mengucapkan yang benar dan menghindari ucapan tidak benar; 3) Mengembangkan cinta kasih dengan cara mengucapkan kata-kata lembut dan menghindari ucapan kasar; 4) Mengembangkan cinta kasih dengan cara mengucapkan kata-kata yang berhubungan dengan kebaikan dan menghindari ucapan yang berhubungan dengan keburukan; dan 5) Mengembangkan cinta kasih melalui ucapan yang dipenuhi oleh cinta kasih dan menghindari ucapan yang diliputi oleh kemarahan.

Dengan niat yang kuat, semua orang dapat melakukan pengembangan cinta kasih yang dijelaskan dalam Kakacūpama Sutta. Ucapan dianggap sebagai hal sederhana, namun diperlukan kewaspadaan dan pengendalian dalam mempraktikkan Kakacūpama Sutta, agar tidak terjerumus pada ucapan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Cinta kasih universal yang dikembangkan, memiliki manfaat bagi diri sendiri, orang lain, bahkan makhluk lain. Hal ini disampaikan oleh Buddha dalam Mettānisaṃsa Sutta (Anguttara Nikaya V, 342)menyebutkan sebelas manfaat dari pengembangan cinta kasih (mettā), yaitu: (1) tidur dengan nyenyak; (2) terjaga dengan bahagia; (3) tidak bermimpi buruk; (4) disukai manusia; (5) ia disukai makhluk halus; (6) dilindungi oleh para dewa; (7) api, racun, dan senjata tidak dapat melukainya; (8) pikirannya dengan cepat dapat terkonsentrasi; (9) raut wajahnya tenang; (10) meninggal dunia dengan tidak bingung; dan (11) terlahir di alam Brahmā.

Mari kita kembangkan dan pancarkan Cinta Kasih Universal kepada semua makhluk agar mendapat manfaat tersebut, bukan hanya bagi diri sendiri, namun orang bahkan makhluk lain. Pengembangan cinta kasih universal diharapkan dapat menjadikan lingkungan nyaman, sehingga tercipta masyarakat yang sejahtera. Mempraktikkan cinta kasih universal merupakan salah satu anjuran Dhamma, sehingga hal ini selaras dengan syair Dhammapada yang berbunyi:

“Walaupun Seseorang hidup Seratus tahun, tetapi tidak dapat melihat keluhuran Dhamma. Sesungguhnya lebih baik kehidupan sehari dari orang yang dapat melihat keluhuran Dhamma”. (Dhammapada, Bab VIII: Sahassa Vagga, 115)

Sarva Satva Bhavantu Sukkhitata. Semoga Semua makhluk Hidup berbahagia

Supriyono, S. Ag. (Penyuluh Agama Buddha PNS Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah)


Fotografer: Hilman Fauzi

Buddha Lainnya Lihat Semua

Ilustrasi
Kasih Sayang Ibu
Buddha Wacana
Keyakinan Benar

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua

Khutbah Jumat
Keagungan Ramadan