Buddha

Semua Bersaudara

Candi Borobudur

Candi Borobudur

Sabbe tasanti daṇḍassa, sabbesaṁ jīvitaṁ piyaṁ. Attānaṁ upamaṁ katvā, na haneyya na ghātaye. Semua orang takut akan hukuman, semua orang mencintai kehidupan. Setelah membandingkan orang lain dengan diri sendiri, hendaknya seseorang tidak membunuh atau mengakibatkan pembunuhan. (Dhammapada, Syair: 130)

Sebagai makhluk sosial, berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain menjadi sebuah kewajaran dan keharusan yang tidak dapat dihindari. Namun, dalam menjalin komunikasi dan interaksi dengan masyarakat dari berbagai latar belakang, terkadang perbedaan yang ada dapat menjadi riak-riak yang tidak terhindarkan dalam kehidupan.

Penyebabnya, sebagian orang belum dapat memanusiakan orang lain sebagai manusia, dan tidak dapat menghargai perbedaan sebagai suatu anugerah yang patut disyukuri. Terkesan mereka membedakan manusia berdasarkan perbedaan yang ada. Bahkan ironisnya, kadang perbedaan menjadi alasan untuk menyakiti, melukai bahkan menghilangkan nyawa orang lain.

Padahal, sebagai makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat, perbedaan seharusnya dapat dipahami sebagai sumber kekuatan untuk merajut dan merekatkan tali persaudaraan dalam kehidupan bersama. Orang yang berbeda hendaknya dipandang bukan sebagai lawan, tetapi sebagai saudara yang saling mendukung dalam menjalin persaudaran sejati.

Kita sebagai warga bangsa Indonesia, hidup di belahan bumi yang sama, air yang kita minum, udara yang kita hirup, tanaman yang kita makan ada di wilayah Indonesia. segala sumber daya alam yang kita nikmati mungkin saja pernah dikonsumsi oleh siapapun, dapatlah dikatakan bahwa kita semua bersaudara.

Menurut pandangan Buddhis, ada beberapa hal yang mendasari kita semua bersaudara sebagai sesama manusia, tanpa melihat latar belakang dari mana kita berasal. Guru Agung Buddha mengatakan: manusia; siapapun dia tanpa melihat latar belakangnya; semuanya ingin bahagia, tidak ingin menderita. Semuanya ingin mendapatkan kebahagiaan.

Dhammapada, syair 130 berbunyi: "Semua orang takut akan hukuman, semua orang mencintai kehidupan. Setelah membandingkan orang lain dengan diri sendiri, hendaknya seseorang tidak membunuh atau mengakibatkan pembunuhan.”

Syair ini dengan sangat jelas mengatakan bahwa semua orang mencintai hidupnya, maka tidak selayaknya mereka melukai atau membunuh orang lain. Untuk itu kita hendaknya melihat manusia sebagai manusia, bukan melihat manusia dari latar belakangnya.

Dalam Vasettha Sutta dikatakan bahwa manusia hanya terdiri satu spesies saja. Untuk itu kita hendaknya melihat manusia dari sisi sebagai manusia, serta sebagai makhluk yang membutuhkan perlindungan dan menginginkan kebahagiaan.

Sementara dalam Mata Sutta, Samyutta Nikaya (15.14), Guru Agung Buddha mengatakan: "Tidaklah mudah, para Bhikkhu, menemukan makhluk yang dalam perjalanan panjang ini belum pernah menjadi ibumu sebelumnya, ayahmu, saudara laki-lakimu, saudara perempuanmu, putramu, putrimu". Kutipan Sutta ini menjelaskan karena lamanya kelahiran kembali yang berulang-ulang, hampir tidak ada orang di dunia ini yang tidak pernah menjadi ibu, ayah, saudara atau pun anak kita sebelumnya. Dengan kata lain, kita semua pernah menjadi saudara dan memiliki pertalian karma satu sama lain.

Bahkan jika kita melihat lebih jauh tentang jasmani (rupa) manusia, unsur pembentuknya pun sama, yaitu empat unsur dasar yang besar (mahabhutarupa 4). Yaitu : tanah / padat (pathavi-dhatu), air / cair (apo-dhatu), api / panas (tejo-dhatu), dan angin / gerak (vayo-dhatu).

Selama seseorang masih terlahir sebagai manusia dan mengalami kelahiran kembali yang berulang-ulang, maka siapapun dia akan tetap mengalami hal yang sama, yaitu tiga corak umum (tilakkhana). Tilakkhana adalah tiga corak universal yang mencengkeram segala sesuatu dalam alam semesta ini, terdiri dari: corak berubah-ubah / tidak kekal (anicca-lakkhana), corak penderitaan (dukkha-lakkhana) dan corak tanpa “aku” (anatta-lakkhana).

Dengan memahami bahwa kita semua bersaudara, Guru Agung Buddha mengajarkan kepada kita untuk selalu mengembangkan pikiran, ucapan, dan perilaku yang dilandasi dengan penuh cinta kasih (metta) dan welas asih (karuna) kepada sesama.

Kita semua bersaudara karena setiap makhluk sejatinya ingin memperoleh kebahagiaan. Sehingga sudah seharusnya kita bersama-sama saling mendukung satu sama lain dalam kebajikan, karena kita semua bersaudara.

Mari kita wujudkan tujuan kehidupan bersama dan bersesama yang lebih bermakna dan berkualitas dengan prinsip semua bersaudara. Semoga semua makhluk hidup berbahagia.


Fotografer: Istimewa

Buddha Lainnya Lihat Semua

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua