Daerah

Resmikan Ma'had Aly Salafiyah, Sekjen Cerita Didoakan Mbah Hamid Pasuruan

Peresmian Ma'had Aly Salafiyah Pasuruan

Peresmian Ma'had Aly Salafiyah Pasuruan

Pasuruan (Kemenag) --- Sekjen Kemenag Nizar Ali meresmikan Ma'had Aly di Ponpes Salafiyah Kota Pasuruan. Nizar mengenang masa kecilnya saat sowan dan didoakan oleh Mbah Abdul Hamid.

Cerita ini disampaikan Nuzar saat mewakili Menag Yaqut Cholil Qoumas untuk memberikan sambutan. Hadir, Kakanwil Kemenag Provinsi Jatim Husnul Maram, pengasuh Ponpes Salafiyah KH. M. Idris Hamid, Walikota Pasuruan Saifullah Yusuf, Kepala Kankemenag Kota Pasuruan Mohammad Muhlisin Mufa, serta para masyayikh dan habaib.

Peresmian digelar bersamaan dengan Haflah Intiha'il Imtihan/Wisuda Kelulusan Santri Madrasah Diniyah Salafiyah Kota Pasuruan.

"Keberadaan saya di sini mengingatkan pada sejarah tempo dulu, saat masih kecil diajak orang tuanya sowan kepada Kyai Abdul Hamid. Sang kyai berpesan 'kelak Nizar Ali (yunior) akan menjadi orang besar'," kenangnya sambil berkaca-kaca, Sabtu (11/3/2023).

Nizar berterima kasih Ponpes Salafiyah telah mendirikan Ma'had Aly dengan konsentrasi Sejarah dan Peradaban Islam. Menurutnya, sudah banyak Ma'had Aly yang memiliki jalur keahlian Tafsir Hadits, Fiqih dan Ushul Fiqih, serta Ilmu Bahasa dan Alat. Semuanya berjumlah 74 Ma'had Aly se- Indonesia. Ma'had Aly Salafiyah di Ponpes Salafiyah adalah lembaga yang ke-75.

"Saya yakin maha santri di Ma'had Aly Salafiyah kualitasnya lebih bagus dibanding PT lainnya. Sebab, literasi khazanah yang digunakan memakai kitab kuning gundul berbahasa Arab dan dalam kurun waktu yang lama," ujarnya.

"Semoga kita semua mendapat berkah dari guru-guru kita, Amin YRA," harapnya.

Kyai Idris Hamid dalam sambutannya menegaskan bahwa keberadaan Ma'had Aly Salafiyah yang membidangi "Takhasus Sejarah dan Peradaban Islam" ini untuk memenuhi kebutuhan zaman. Kalau dulu orang menganggap cukup mengenyam pendidikan sampai SMP atau sederajat, kemudian sampai periode berikutnya harus sampai standar SMA, kini sudah berkembang sampai S1, bahkan Doktoral.

Demikian juga pesantren, kata Kyai Idris, di era sekarang sudah saatnya santri harus bermutu, melek IT, dan menjadi pakar sejarah. Jadi santri tidak hanya hafal Al-Quran, pintar ilmu alat, ahli fiqih, pakar ilmu tafsir, tetapi harus juga diimbangi dengan memahami Sejarah dan Kebudayaan Islam, Sejarah Sosiologi dan Antropologi Keislaman, Sejarah Disiplin Keilmuan seperti Sejarah Perkembangan Ilmu Nahwu, Balaghah, Tafsir dan lainnya.

"Intinya, santri harus meneladani para Anbiya' dan Auliya', mereka tidak hanya diberi wahyu dan ilham akan tetapi mereka juga terkenal sebagai orang alim serta memiliki keahlian," tandasnya. (MDK)


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Daerah Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua