Hikmah

Burung Pipit, Pengampunan, dan Jaminan Istana di Surga untuk Umar RA

Ilustrasi: Umar bin Khatab

Ilustrasi: Umar bin Khatab

Di antara sahabat Nabi Muhammad yang akrab dengan julukan Amirul Mukminin adalah Umar bin Al-Khattab bin Nufail bin Adi bin ‘Abdul Uzza bin Riyah bin ‘Abdullah bin Qurth bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Luai, Abu Hafsh Al-‘Adawi yang dijuluki Al-Faruq.

Ibunya bernama Hantamah binti Hisyam bin al-Mughirah. Ibunya adalah saudari tua dari Abu Jahal bin Hisyam. Umar bin Khattab adalah termasuk sahabat yang sudah dijamin surga sebagaimana disampaikan Rasulullah SAW dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari, Rasul pernah bercerita kepada Umar mengenai mimpi beliau, “Aku bermimpi berada di surga. Aku melihat ada seorang perempuan yang sedang berwudhu di samping sebuah istana. Aku bertanya, ‘Milik siapa istana ini?’ Ia menjawab, ‘Milik Umar bin Khattab’. Aku pun mengingat kecemburuan Umar, maka aku bergegas pergi.” Mendengar hal itu Umar pun menangis seraya berkata, “Apakah aku akan cemburu padamu wahai Rasulullah.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian bersabda, “Di antara umat-umat sebelum kalian ada orang-orang yang mendapat ilham. Seandainya ada orang yang seperti itu di umatku, niscaya ia adalah Umar bin Khattab.

Terjaminnya surga untuk Umar bin Khattab juga karena sikap kasih sayangnya kepada makhluk Allah. Dalam literasi pustaka, Umar bin Khatab dikenal sebagai orang yang rendah hati dan sederhana, dan sangat tegas terkait permasalahan agama. Di balik ketegasannya, tersimpan kasih sayang yang luar biasa terhadap makhluk hidup lain, salah satunya binatang.

Dikisahkan, seorang ulama bermimpi melihat Sayyidina Umar. Dalam mimpinya ulama tersebut bertanya kepadanya. “Wahai Amirul Mukminin, apa yang telah Allah lakukan terhadapmu?” “Allah telah memberikan sebuah pengampunan kepadaku,” jawab Sayyidina Umar. “Sebab apa Allah memberikan pengampunan tersebut, apakah karena kedermawananmu, apakah karena keadilanmu atau sebab zuhudmu?” tanya ulama tersebut kepada Umar dalam mimpinya.

“Ketika semua orang meletakkanku ke dalam liang lahat dan menutupiku dengan tanah, serta meninggalkanku satu per satu, kemudian datanglah dua malaikat yang sangat mengerikan, sehingga membuat badanku gemetar. Lalu keduanya pun mengangkat badanku serta mendudukanku. Mereka hendak menanyaiku. Sebelum sempat keduanya menanyaiku, terdengar suara tanpa rupa yang menghardik keduanya.

“Tinggalkan hamba-Ku ini! Jangan kalian takut-takuti. Aku menyayanginya, dan segala dosanya telah Aku ampuni karena dia telah menyayangi seekor burung pipit di dunia. Pahalanya, Kusayangi dia di akhiratnya,” cerita Sayyidina Umar kepada ulama tersebut.

Memang, semasa hidup Umar, pernah suatu ketika menyelamatkan seekor burung Pipit yang dibuat mainan anak kecil. Saat itu dia berjalan-jalan di sebuah desa yang berada di Madinah. Melihat anak kecil yang menggenggam burung pipit, Sayidina Umar iba dan memutuskan untuk membelinya agar burung itu bisa terbang bebas.

Perlu diketahui, bahwa apa yang terjadi pada sahabat Umar bin Khattab adalah akumulasi dari perbuatan baik yang telah ia lakukan sebelumnya, seperti dermawan, adil, zuhud yang kemudian membentuknya sebagai sosok yang penuh kasih sayang terhadap burung pipit, makhluk kecil yang tertindas.

Ada sebuah hadits populer dari Sunan Tirmidzi, Abu Dawud, Musnad Ahmad dan Musannaf Abi Syaibah yang menjadi rujukan terkait kasih sayang yang dilakukan oleh Umar bin Khattab dalam kisah di atas yang diriwayatkan Abdullah bin Umar:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ الرَّحِمُ شُجْنَةٌ مِنْ الرَّحْمَنِ فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَهَا قَطَعَهُ اللَّهُ

Artinya: Dari Abdullah bin Umar, ia berkata, Rasulullah bersabda: Orang-orang yang pengasih akan dikasihi Allah Sang Maha Pengasih, Kasihilah siapapun di bumi maka yang di langit akan mengasihimu. Lafal al-Rahim tercetak dari al-Rahman, yang artinya barangsiapa yang menyambung tali silaturrahmi, maka Allah akan menyambungnya (dengan rahmat-Nya), dan barangsiapa yang memutus tali silaturrahmi maka Allah akan memutusnya.

Dalam beberapa kitab syarah dijelaskan bahwa maksud dari “man fil Ardli” dalam hadits tersebut adalah seluruh makhluk yang ada di bumi, seperti manusia, binatang, dan lain sebagainya. Sedangkan “man fi al-sama’” adalah Allah yang Maha Pengasih.

Kisah ini mengajarkan bahwa sebagai manusia, kita harus memperlakukan semua makhluk ciptaan Allah dengan kasih sayang dan hormat. Kita harus menjaga keberadaan dan kehidupan semua makhluk, baik itu hewan, tumbuhan, maupun manusia.

Hikmah Lainnya Lihat Semua

Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin)
Titik Koordinat
Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin)
Titik Nol
Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin)
Titik Kumpul
Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin)
Titik Temu
Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin)
Titik Jenuh

Artikel Lainnya Lihat Semua