Hindu

Rela Berkorban, Semangat Kepahlawanan, dan Ajaran Karma Yoga

Yuli Purnomo (Rohaniwan Hindu)

Yuli Purnomo (Rohaniwan Hindu)

Oṁ Swastyastu. Om Awigna Astu namo sidham. Om Sidhirrastu Tad Astu astu Svaha. Om Ano Bhadrah Krawo Yantu Wiswatah. Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru.

Salam hormat kami haturkan kepada ibu-bapak umat sedharma yang berbahagia. Pelita Dharma pekan ini mengangkat tema “Rela Berkorban, Semangat Kepahlawanan, dan Ajaran Karma Yoga.

Umat sedharma yang kami muliakan. Bulan November identik dengan Perayaan Hari Pahlawan. Peringatan ini disamping sebagai bentuk nyata dalam menghargai jasa para pahlawan juga untuk menumbuhkembangkan nilai semangat kepahlawanan sebagai modal dasar untuk mengatasi berbagai masalah bangsa.

Melalui peringatan Hari Pahlawan, diharapkan dapat terbangun karakter bangsa yang kuat dan kokoh. Sehingga, Indonesia tidak akan terombang-ambing dan kehilangan arah di tengah derasnya arus globalisasi dan segala tantangan dari dalam maupun dari luar. Peringatan Hari Pahlawan lebih mengedepankan upaya untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai semangat kepahlawanan dalam diri masyarakat, khususnya generasi muda, dengan melibatkan semua unsur masyarakat dan komponen bangsa.

Semangat kepahlawanan yang ditunjukan para pejuang kemerdekaan dapat menjadi contoh bagi kita untuk dapat terus membangun dan memperkokoh karakter bangsa dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu terwujudnya masyarakat adil dan makmur bagi seluruh rakyat indonesia.

Ada banyak nilai semangat kepahlawanan yang perlu kita teladani dari para pahlawan pendahulu kita, di antaranya adalah semangat nasionalisme dan cinta tanah air, persatuan dan kesatuan, serta semangat rela berkorban dan tanpa pamrih. Tiga hal tersebut harus terus disuarakan di dalam hati sanubari, sebagai bentuk upaya nyata dalam menjaga semangat kepahlawanan para pejuang pendahulu.

Umat Hindu diajarkan untuk senantiasa memiliki rasa cinta tanah air. Ini seperti tertuang dalam ajaran Catur Guru, di mana salah satunya mengajarkan bahwa guru yang harus kita ikuti dan pedomani adalah pemerintah atau guru Wisesa. Artinya, umat Hindu harus senantiasa tunduk dan patuh pada aturan dan ketetapan yang dibuat pemerintah. Umat Hindu harus senantiasa menjunjung tinggi semangat menjaga keutuhan bangsa dan negara yang kita cintai ini.

Semangat rela berkorban yang tulus iklas dan tanpa pamrih adalah salah satu semangat kepahlawanan yang perlu ditekankan dalam diri kita untuk diteladani. Semangat tersebut hendaknya juga senantiasa dikembangkan dalam diri kita dalam upaya menjaga semangat kepahlawanan seperti yang dicontohkan oleh para pendahulu kita. Semangat rela berkorban yang tulus ikhlas dan tanpa pamrih ini haruslah melandasi setiap tindakan yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Hindu mengajarkan umatnya tentang Catur Marga Yoga, yaitu empat jalan menuju Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Empat Jalan tersebut adalah Bakti Marga, Raja Marga, Jnana Marga, dan Karma Marga. Semangat rela berkorban yang tulus ikhlas dan tanpa pamrih terdapat dalam ajaran Karma Marga Yoga. Ajaran ini mengajarkan bahwa setiap tidakan yang kita lakukan hendaknya dilakukan dengan tulus iklas dan tanpa pamrih, dalam pengertian tidak terikat oleh hasil.

Semangat tulus iklas dan tanpa pamrih juga dapat kita temukan dalam sabda suci Tuhan Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam Kitab Suci Bhagawad Gita Adyaya III Sloka 9 yang berbunyi :

Yas tv indriyāṇi manasā niyamyārabhate ‘rjuna karmendriyaiḥ karma-yogam asaktaḥ sa viśiṣyate. Artinya: Wahai Arjuna, Orang yang dengan pikiran terpusat mengendalikan indria-indrianya dan tanpa keterikatan pada hasil melaksanakan perbuatan-perbuatan suci dalam Karma Yoga, orang yang demikian sesungguhnya jauh lebih maju.

Sloka di atas menjelaskan bahwa kedudukan orang yang memiliki jiwa yang tulus ikhlas dan tanpa pamrih dipandang jauh lebih baik daripada orang palsu yang berpura-pura yang mulai mengikuti kerohanian sebagai tontonan untuk menipu orang yang tidak tahu apa-apa. Tukang sapu yang tulus ikhlas di jalanan, jauh lebih baik daripada ahli semadi gadungan yang hanya bersemadi untuk mencari nafkah. Sehingga kita didorong untuk mengupayakan memiliki sifat tersebut.

Pada masa sekarang, banyak contoh seorang rohaniwan palsu yang mempergunakan agama demi mendapatkan kepuasan indria. Sesungguhnya hal demikian sangatlah berdosa. Jauh lebih baik seseorang tetap melakukan tugas sendiri dan melaksanakan tugas hidupnya yang dilaksnakan dengan penuh keiklasan dan tanpa pamrih, maka ia mencapai pembebasan dari ikatan material dan dapat mencapai Tuhan.

Svarthagati utama, atau sasaran kepentingan diri, ialah mencapai Tuhan. Seluruh lembaga varna dan asrama disusun untuk membantu kita dalam usaha mencapai tujuan hidup tersebut. Orang yang berumah tangga juga dapat mencapai tujuan tersebut dengan mengabdikan diri secara teratur dalam kesadaran kepada Tuhan. Demi keinsafan diri, seseorang dapat hidup dengan mengendalikan diri, sebagaimana diajarkan dalam śastra-śastra, dan terus melaksanakan tugasnya tanpa ikatan.

Terakhir, sebagai umat Hindu, penting kiranya kita senantiasa menjaga nilai-nilai dari semangat kepahlawaan para pejuang bangsa demi menjaga tegaknya NKRI kita tercinta ini serta terwujudnya cita-cita kita bersama sebagai bangsa. Karena hal tersebut sesuai dengan ajaran dasar yang terdapat dalam ajaran-ajaran suci kita. Mari senantiasa kita tumbuh kembangkan nilai-nilai tersebut dalam diri kita dan para generasi muda penerus perjuangan bangsa. Om Santih Santih Santih Om

Yuli Purnomo (Rohaniwan Hindu)


Fotografer: Istimewa

Hindu Lainnya Lihat Semua

I Gusti Agung Istri Purwati, S.Sos, M.Fil.H (Penyuluh Agama Hindu Kankemenag Badung, Bali)
Mengatasi Stres

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua