Internasional

NAFSA dan Implementasi Moderasi Beragama #5

NAFSA Conference

NAFSA Conference

Washington (Kemenag) --- Ada satu hal menarik dalam penyelenggaraan NAFSA Conference and Expo 2023 di Walter E. Washington Convention Center, DC, 29 Mei - 3 Juni 2023. Satu tema penting yang diangkat dalam moment akbar tersebut adalah: Inspiring an Inclusive Future. Tema yang sangat visioner. Sebuah ajakan global, khususnya masyarakat yang terlibat di dunia pendidikan agar menjadikan "pendidikan" sebagai inspirasi dan triger untuk mencapai masa depan inklusif.

Masa depan inklusif akan dapat dicapai apabila proses pendidikan memegangi prinsip kesetaraan dan toleransi, sehingga akan membentuk masyarakat yang "open minded". Seperti artikel sebelumnya, dalam planery session konferensi di hari pertama menghadirkan Nadia Murad, salah satu korban kekejeman ISIS Irak-Syiria. Ia menyampaikan pesan bahwa pendidikan akan menyediakan kesempatan (opportunity) dan transformasi bagi lahirnya sikap toleran dan perdamaian.

Terlepas dari tema dan spirit yang diusung dalam konferensi dan expo NAFSA tersebut telah membentuk sistem sosial yang mempertemukan manusia untuk saling berinteraksi (people to people contact). Berbagai latar belakang etnis, budaya, agama, dan warna kulit bertemu dan saling berkomunikasi untuk sebuah kepentingan yang dinamakan pendidikan. Engagement antar individu yang datang dari belahan dunia telah membentuk iklim psikologis untuk saling memahami dan bekerjasama. Di sinilah esensi moderasi beragama sangat dirasakan.

Satu contoh yang sangat relevan pada konferensi NAFSA selama beberapa hari adalah beragamnya latar belakang nara sumber (panelis) dari berbagai negara. Workshop dalam panel-panel kelas, ada satu panelis asal Ghana berkulit hitam menyanpaikan materi sangat menarik tentang "academia/industry engagement impact". Dia memaparkan tentang data-data "employbility student" di Ghana yang mendapatkan sambutan hangat dari peserta. Artinya respek hadirin tidak berkurang sama sekali karena perbedaan warna kulit.

Dalam konteks ini, sistem sosial di arena konferensi berjalan dengan sangat baik. Tidak ada rasisme, bullying, dan cemoohan dari pihak lain. Suasana yang ada adalah keakraban, kehangatan, kesetaraan, persudaraan, dan toleransi yang sangat civilized (beradab). Keadaban, keilmuan, dan etika akademik betul-betul dijunjung tinggi seperti menggambarkan tentang puncak peradaban manusia yang sarat akan nilai-nilai yang mulia.

Di sisi lain juga ditemukan fenomena sosial yang sangat tertib. Nampak sekali budaya antri dan saling respek di event internasional tersebut. Terlepas hal itu telah menjadi bagian dari potret kehidupan di negara-negara maju, setidaknya hal tersebut akan menjadi cermin bagi peradaban tinggi yang dibangun oleh kekuatan pendidikan.

Orang-orang yang hadir di tempat ini adalah mereka yang "well educated". Setiap individu berhak untuk eksis, dan orang lain menghargainya dengan baik. Kesadaran akan pentingnya saling respek dan hormat dengan segala perbedaan di arena NAFSA Conference and Expo 2023 adalah bentuk pelaksanaan Moderasi Beragama. Mungkin istilah itu dinilai agak baru, namun nilai-nilainya sesungguhnya telah dipraktikkan oleh mereka yang memiliki pengetahuan untuk menegakkan peradaban.

Bersambung


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Internasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua