Katolik

Hidup dalam Tuntunan Kasih

Mimbar Minggu

Mimbar Minggu

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus Yesus. Bacaan dari kitab Ulangan hari ini berbicara tentang perintah yang harus ditaati oleh bangsa Israel. Perintah itu adalah Takut akan Tuhan - bangsa Israel hanya beribadat kepada Yahweh Allah Yang Esa warisan keyakinan nenek moyang mereka, Abraham, Ishak, dan Yakub.

Takut akan Tuhan ini diwujudkan dengan berpegang teguh pada segala ketetapan dan perintah Tuhan yang disampaikan kepada Musa di gunung Sinai. Perintah Tuhan kepada Musa itu kita kenal dengan 10 Hukum Tuhan yang terdiri dari dua bagian, yakni kasih kepada Allah Yang Esa dan kasih kepada sesama.

Perintah Tuhan yang Musa sampaikan kepada bangsa Israel itu tidak berhenti pada generasi itu, tetapi perintah ini secara konsisten dilakukan oleh bangsa Israel dan seluruh keturunannnya sampai dengan hari ini, mengingat konsekuensi dari perintah ini menunjukkan keberlangsungan dan eksistensi bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah sendiri.

Konsekuensi yang akan dialami bangsa Israel jika melakukan perintah ini adalah bangsa Israel akan mengalami lanjut usia-umur yang panjang, keadaan bangsa Israel menjadi baik-makmur, menjadi bangsa yang besar-bangsa yang terberkati, akan mendiami suatu negeri yang penuh dengan kelimpahan kesejahteraan-penuh susu dan madu.

Perintah ini sudah disampaikan Allah kepada nenek moyang mereka dan telah mereka alami sepanjang sejarah mereka. Perintah itu kini diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Secara singkat mau dikatakan di sini, jika semua keinginan bangsa Israel akan terpenuhi, tuntutannya cuma satu yakni “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dan dengan segenap kekuatanmu! Dan ini harus mereka tunjukkan dalam cara hidup dan perbuatan mereka.

Sementara dalam bacaan Injil hari ini kita tahu bahwa Yesus memberikan sebuah jawaban yang sangat luar biasa kepada seorang ahli Taurat yang bertanya kepada-Nya tentang perintah Allah yang paling utama, yakni Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Maksud teks ini mengingatkan kita semua bahwa seluruh alam semesta adalah ciptaan Tuhan dan dunia serta segala isinya diberikan kepada kita untuk dikuasai dan dimanfaatkan demi kesejahteraan hidup kita. Inilah wujud kasih Allah kepada kita sebagai mahkota ciptaan-Nya. Allah terlebih dahulu mengasihi kita dan kasih-Nya yang paling agung adalah mengorbankan anak-Nya demi menghapus dosa kita dan dunia secara keseluruhan dituntut untuk mengasihi Allah secara penuh, utuh dan sebulat hati, tidak setengah-setengah. Kita hanya beribadat kepada Allah saja sebagai Allah Yang Esa dan kita harus menunjukkan secara nyata dalam hidup baik melalui verbal dan tindakan konkret dalam dan melalui mengasihi sesama kita.

Tindakan mewujudkan kasih kepada sesama itu butuh perjuangan, sebagaimana seorang merawat diri, menjaga diri, berbuat baik dan benar, serta berusaha untuk bahagia dan sukses dalam hidupnya, tindakan serupa juga harus ditunjukkan kepada sesamanya, merawat persaudaraan yang telah dibangun, menjalin komunikasi yang baik, berbuat baik dan jujur, serta berusaha membahagiakan orang lain dan turut bersyukur jika sesamanya sukses dalam hidup. Mengasihi sesama adalah hukum utama yang kedua dan menjadi sesuatu yang wajib bagi setiap pengikut Kristus.

Yesus telah menunjukkan kasih kepada manusia dengan berkorban di salib demi keselamatan sejati, demi pengampunan dosa seluruh dunia dan umat manusia. Hasil pengorbanan Yesus di salib ini tidak dapat digantikan dengan upacara persembahan korban dalam agama Yahudi sekalipun, karena Yesus menjadi korban penebus dosa demi keselamatan umat manusia dan di sinilah letak kasih Allah yang sejati kepada manusia, kasih yang penuh pengorbanan demi kebahagiaan orang lain. Hendaknya keistimewaan kasih Kristus ini menjadi inspirasi sekaligus semangat yang menguasai diri kita dalam usaha dan perjuangan untuk mewujudkan kasih kepada Allah dan sesama kita. “Dimana ada kasih, di sana Allah hadir”.

Situasi dunia kita saat ini masih dilanda pandemi Covid-19. Situasi ini membuat segalanya berubah.

Sebelum pandemi, para siswa dilarang membawa handphone ke sekolah, tetapi dengan pandemi menjadi sebuah keharusan bagi para siswa untuk menggunakan handphone karena belajar daring dari rumah. Sebelum pandemi, orang tidak menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak, tetapi dengan pandemi menjadi sebuah kebiasaan baru harus dilakukan yakni menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak dalam interaksi sosial. Penerapan kebiasaan baru seperti ini justru menjadi sebuah perwujudan kasih kepada diri sendiri dan kepada sesama di mana tindakan menjaga dan merawat diri dari penularan Covid–19 agar tidak terpapar, juga sekaligus menjaga dan merawat sesama agar juga terhindar dari penyebaran Covid-19.

Dalam situasi yang serba sulit ini jika dimanfaatkan sebaik mungkin untuk mempererat relasi dengan Tuhan dan sesama (kepedulian dan kepekaan sosial), maka akan terasa dan terlihat wujud kasih Allah yang akan membawa keselamatan bagi dunia dan segala isinya. Tuhan memberkati. Amin.

Patricius KN Nico Ngatung, S.E., M.Si (Pembimas Katolik Prov. Kalimantan Utara)


Fotografer: Istimewa

Katolik Lainnya Lihat Semua

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua

Khutbah Jumat
Keagungan Ramadan
Ilustrasi
Kasih Sayang Ibu