Katolik

Penjala Manusia

Mimbar Katolik

Mimbar Katolik

Saudara Saudari yang terkasih dalam Kristus. Injil suci yang kita dengarkan pada Hari Minggu Biasa III ini berkisah tentang panggilan Yesus kepada Petrus, Andreas, Yakobus, dan Yohanes untuk menjadi murid-murid-Nya. Ada dua hal penting yang bisa ditemukan dalam kisah tersebut.

Pertama, analogi yang Yesus gunakan dalam panggilan-Nya kepada Petrus dan Andreas, “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia”. Kedua, reaksi para murid atas panggilan Yesus yakni segera meninggalkan jala, perahu, dan ayah mereka kemudian mengikuti Yesus.

Di satu sisi, panggilan kemuridan itu secara serentak membawa perubahan radikal dalam diri para murid. Transformasi yang dialami Petrus dan Andreas dari penjala ikan menjadi penjala manusia mengubah seluruh visi dan orientasi hidup mereka. Hidup mereka tidak lagi terpusat di tepian Danau Galilea saja, tetapi menjadi lebih luas. Yesus mengajak mereka untuk keluar dari zona nyaman, tempat mereka sehari-hari berada dan bersosialisasi sambil mengumpulkan rezeki untuk pergi ke tempat baru dan menemui orang-orang baru.

Selain itu, transformasi yang dialami para murid juga serta-merta memberikan arti baru pada hidup mereka. Mereka bukan lagi penjala ikan yang hanya menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup satu hari, melainkan menjadi penjala manusia yang mewartakan kabar keselamatan kepada banyak orang untuk memperoleh hidup kekal.

Di sisi lain, panggilan kemuridan juga menuntut pemberian diri yang utuh. Narasi Matius dalam Injilnya yakni “mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Yesus.” atau “mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Yesus”, bukan sekedar penggambaran akan spontanitas sikap yang keluar begitu saja dari para murid tetapi lebih itu mewakili kesediaan mereka memberikan diri seutuhnya pada Yesus untuk dibimbing dan diarahkan.

Saudara Saudari yang terkasih dalam Kristus. Setiap kita mengalami panggilan yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Dalam perspektif yang lebih umum, pilihan hidup yang kita ambil entah menjadi Imam, biarawan/wati, ASN, pengusaha, atau apapun itu adalah panggilan yang mengandung dua unsur yang sama dengan panggilan yang dialami Petrus dan kawan-kawan. Pilihan hidup tersebut mengubah fokus dan mengarahkan kehidupan kita kepada tanggung jawab atas hasil dari pekerjaan yang dilakukan. Tidak hanya itu, dalam setiap pilihan hidup, ada tanggung jawab etis untuk memanusiakan manusia dan menjaga keutuhan alam ciptaan. Pilihan hidup kita juga menuntut pemberian diri yang utuh yang menyata lewat komitmen untuk bekerja sebaik-baiknya.

Sementara itu, dalam perspektif yang lebih khusus, sikap dan tindakan yang kita pilih berhadapan dengan situasi-situasi hidup juga dapat dibaca sebagai panggilan kemuridan. Sebagaimana para murid dipanggil untuk menjadi pewarta kabar baik, pilihan sikap dan tindakan kita juga adalah bentuk jawaban sederhana atas panggilan yang sama dari Tuhan. Di sini, kita sendiri yang memutuskan untuk memilih sikap, tindakan, dan perkataan yang menyejukan hati atau dipenuhi emosi. Tentunya pilihan itu memberikan dampak langsung baik pada diri kita maupun kepada orang di sekitar.

Mari kita memilih dan menjalankan setiap pilihan hidup kita dengan kesadaran bahwa masing-masing kita telah dipanggil Yesus untuk menjadi murid-murid-Nya.

Albertus Triyatmojo (Sekretaris Ditjen Bimas Katolik)


Fotografer: Istimewa

Katolik Lainnya Lihat Semua

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua

Khutbah Jumat
Keagungan Ramadan
Ilustrasi
Kasih Sayang Ibu