Kolom

Jalan Tengah: Random Acts of Kindness

Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin Makassar)

Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin Makassar)

Kali ini saya beri judul "random acts of kindness," biar terkesan canggih sedikit, meskipun saya pinjam juga istilah ini dari kawan lain. Artinya, aksi kebaikan yang bersifat acak. Mari kita mengikuti kisah di bawah ini, bagaimana random acts of kindness itu bekerja.

Seorang perempuan tua yang melambaikan tangan dekat mobilnya di sebuah jalan bebas hambatan. Saat itu situasi badai, hujan keras bercampur angin kencang. Sepertinya perempuan tua mengalami masalah dengan mobilnya. Sudah begitu lama mencoba menahan seseorang, tidak ada satupun yang berhenti. Perempuan tua itu sudah mulai hilang harapan.

Sampai tiba-tiba laki-laki paruh baya dengan mobil tuanya berhenti di belakang mobil mewah perempuan tua tersebut. Sambil menahan gempuran badai hujan, laki-laki itu menemukan ternyata masalah mobil itu adalah ban kempes. Laki-laki itu meminta perempuan tua itu masuk ke mobilnya saja, sambil dia mendongkraknya untuk menggantinya dengan ban serep.

Setelah semua beres, laki-laki paruh baya itu mempersilahkan nenek itu pergi. Namun nenek itu dari dalam mobil menanyakan berapa yang harus dia bayar dengan kebaikannya itu? Laki-laki itu menjawab tidak perlu membayarnya apa-apa. Nenek itu bersikeras untuk membayarnya sambil menjulurkan beberapa helai dollar. Tapi laki-laki itu menolak dan hanya mengatakan: "Silakan jalan, ini cuacanya kurang bersahabat, hanya satu permintaan saya, jangan sampai kebaikan ini hanya berhenti di sini, Nek."

Nenek itu tergugah dengan kata-kata laki-laki paruh baya yang penampilannya sangat sederhana. Nenek itu pergi sambil merenungkan pesan laki-laki itu yang sangat mengetuk hatinya. Tiba-tiba nenek itu berpikir untuk singgah membeli minuman hangat di kedai kopi. Saat di kedai kopi, dia dijemput oleh perempuan ramah yang sedang hamil. Dia dipandu oleh perempuan hamil itu untuk duduk sambil disodorkannya handuk kecil untuk mengeringkan tubuhnya.

Setelah memesan kopi dan meminumnya, nenek itu pergi membayar kopinya dengan uang 100 dollar. Harga kopi itu tidak sampai 10 dollar. Lalu nenek itu dengan senangnya mengatakan sisanya untuk anda. Segera setelah nenek itu pergi, perempuan hamil itu membereskan mejanya dan di bawah handuk kecil itu, terdapat uang 900 dolar disertai catatan kecil. "Jangan pernah menolak pemberian ini, karena ini bagian dari rantai kebaikan yang dipesankan oleh laki-laki yang sangat baik hati, yang baru saja membantu saya di tengah badai."

Perempuan hamil itu begitu bahagia mendapatkan hadiah yang menghampiri 1000 dollar dari nenek tua itu. Dia bergegas pulang untuk menceritakan ke suaminya, tentang keajaiban yang dialami sore itu. Dia ingin sekali mengatakan kepada suaminya, bahwa kebutuhan 500 dollar untuk kelahiran bayinya dipenuhi oleh nenek yang tidak dikenalnya itu. Singkatnya, saat tiba di rumah dia memeluk suaminya yang lebih dahulu datang. Suami perempuan hamil itu ternyata laki-laki paruh baya yang telah membantu nenek itu.

Pembaca, random acts of kindness itu ganjarannya adalah rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Yang melakukan kebaikan itu sifatnya acak dan yang menerima kebaikan itu juga acak. Jadi berbeda dengan tiga kasus yang saya ceritakan pada seri sebelumnya, di mana penerima kebaikan terkait langsung dengan orang yang pernah dibantu sebelumnya. Random acts of kindness, pemberi dan penerima kebaikan terjadi secara acak, dan sepertinya tidak perlu terkait langsung.

Tapi tampaknya random acts of kindness itu memiliki hukum kejadian. Pertama, kejadiannya berada dalam lingkaran siklus, seperti cerita di atas. Siklusnya boleh panjang atau pendek. Dengan siklus ini, seakan-akan tidak ada hubungan dengan pelaku kebaikan, tetapi hubungannya ada pada bekerjanya rantai kebaikan itu. Artinya, pemberi dan penerima sama-sama pernah berbuat baik.

Hukum kejadian berikutnya, adalah ketulusan. Dalam bahasa modernnya, tidak transaksional, tidak berpikir untung rugi. Laki-laki paruh baya di atas itu saat menyebutkan rantai kebaikan kepada nenek itu, tidak terbayang sedikitpun kerumitan ekonominya dengan kehamilan isterinya. Andai dia memikirkan itu, dia sudah lebih awal menerima pemberian nenek itu.

Dalam kaitan dengan hukum kejadian yang kedua dari random acts of kindness ini, saya teringat dengan kritik seorang teman tentang sebuah pertanyaan yang sering muncul dalam interaksi sosial: "Adakah..." yang bisa dimaknai sebagai pamrih. Saat diminta tolongi, pertanyaan baliknya, adakah.....? Saat diundang oleh orang tertentu, pertanyaannya: Adakah.....? Pertanyaan dimulai dengan "adakah" bisa saja menjauhkan terjadinya random acts of kindness.

Terakhir, apakah anda punya pengalaman pribadi pernah berada pada peristiwa random acts of kindness? Maaf, pertanyaan saya dimulai dengan "apakah" bukan "adakah".

Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin Makassar)


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Kolom Lainnya Lihat Semua

Lainnya Lihat Semua