Kolom

Jalan Tengah: Tidak Punya Waktu Tidak Punya Duit

Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin Makassar)

Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin Makassar)

Para pembaca, tulisan ini adalah kelanjutan dari catatan sebelumnya yang berjudul “Jalan Tengah: Banyak Waktu Banyak Duit. Tulisan ini akan mengulas tipe ketiga dan keempat tentang keterkaitan orang dengan waktu dan uang.

Tipe ketiga adalah yang punya waktu tapi tidak punya duit, atau duitnya sedikit. Orang dengan jenis ini memiliki varian. Pertama, banyak waktu karena dia sudah merasa tidak keberatan dengan ketiadaannya secara material. Orang dengan jenis ini bisanya tertarik pada aspek sosial hidup dibanding dengan aspek material. Mereka senang kumpul-kumpul; main gaple, main remi, atau kongkow. Intinya makan atau tidak makan yang penting kumpul. Hidup orang seperti ini biasanya gampang diajak, selalu ada waktu untuk orang lain.

Varian lain adalah banyak waktu karena memang malas, karena malas akibatnya tidak punya duit. Varian ini sering disebut tidak memiliki etos, tidak mampu mendefinisikan dirinya sebagai manusia berkarakter. Orang dengan varian ini kalau masih bujang tidak disukai oleh calon mertua. Imagenya gampang jatuh. Bagaimana wataknya anak itu? Pemalas! Bahkan Lebih senang tidur daripada makan. Orang dengan jenis ini tidak bisa berpikir untuk dirinya, apalagi untuk orang lain. Jadinya, tidak memiliki pemetaan hidup.

Jenis terakhir dan yang paling memprihatinkan, orang yang tidak punya waktu dan tidak punya duit. Mengapa dia tidak punya waktu, karena selalu bekerja terus. Mengapa tidak punya duit padahal bekerja terus? Karena mereka hanya bekerja tapi tidak berkinerja. Mereka hanya bekerja keras tapi tidak bisa bekerja cerdas.

Jadinya, orang dengan jenis ini selalu menjadi buruh sepanjang hidupnya. Mereka tidak bisa belajar pada orang sukses yang meskipun dulu juga seorang buruh. Mereka tidak punya perencanaan hidup, tidak bisa diharap untuk melawan takdir, melawan persepsi takdir keterbelakangan dari orang-orang di sekitarnya yang membentuk persepsinya tentang takdir.

Dari keempat jenis ini, kuncinya ada pada persepsi kita tentang waktu. Semua orang punya waktu, sekalipun pada orang yang mengatakan tidak punya waktu. Semua orang memiliki waktu yang sama, termasuk pada orang yang selalu terlihat punya waktu berlebih. Waktu juga yang akan menjadi saksi utama perjalanan kehidupan kita di Hari Pertanggungjawaban nantinya. Waktu kamu kaya, kamu mengapa? Waktu kamu kuat, kamu jalan ke mana? Waktu kamu luang, kamu melakukan apa?

Terakhir, sekali lagi saya bertanya, anda berada di mana? Saya berharap anda tidak berada pada quadran tiga, apalagi empat. Paling tidak anda berada di jenis kedua kalau belum sampai pada jenis pertama. Kalau anda berada di jenis tiga dan empat, khawatirnya anda tidak bisa membaca coretan saya, karena anda tidak punya duit untuk membeli Smartphone.

Hamdan Juhannis (Rektor UIN Alauddin Makassar)


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Kolom Lainnya Lihat Semua

Lainnya Lihat Semua