Kolom

Mengenang Rahmah El Yunusiyyah, Penggerak Kesetaraaan Pendidikan Perempuan 

M. Fuad Nasar

M. Fuad Nasar

Kota Padang Panjang di Sumatera Barat abad dua puluh termasyhur sebagai kota pelajar dan pusat pergerakan kemerdekaan. Di kota Serambi Mekkah berhawa dingin itu, tepatnya di Jalan Abdul Hamid Hakim, terdapat dua kampus pendidikan Islam bersejarah di Minangkabau. Kampus pendidikan yang legendaris tersebut ialah Perguruan Thawalib yang didirikan oleh Dr. H. Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul) dan Perguruan Diniyyah Puteri yang didirikan oleh Rahmah El Yunusiyyah (1900 - 1969).

Rahmah menggagas lahirnya madrasah Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang pada 1 November 1923 dilatarbelakangi cita-cita dan kepedulian untuk mengangkat harkat dan derajat kaum perempuan. Ia mendobrak tradisi lama yang menghambat kaum perempuan mendapat kesempatan mengenyam pendidikan yang memadai setara dengan kaum laki-laki.

Kepribadian Rahmah dibentuk oleh kakaknya Zainuddin Labay El Yunusy pendiri Diniyyah School dan gurunya Abdul Karim Amrullah. Sepanjang hayatnya, Rahmah merupakan sosok perempuan pejuang yang gigih dan selalu menjaga kepribadian sebagai muslimat.

Perempuan diharapkan bisa tampil menjadi pemimpin di masyarakat atau pendidik di rumah tangga dan keluarganya. Filosofi pendidikan yang diajarkan Rahmah ialah mendidik seorang anak laki-laki berarti mendidik seorang manusia, sedangkan mendidik seorang anak perempuan berarti mendidik suatu keluarga dalam rumah tangga.

Dengan demikian pendidikan yang diselenggarakan Perguruan Diniyyah Puteri bertujuan untuk membentuk puteri yang berjiwa Islam dan ibu pendidik yang cakap, aktif serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air atas dasar pengabdian kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Rahmah masih sempat menyaksikan perjuangannya membuahkan hasil yang disyukuri. Murid-murid Diniyyah Putri berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei. Diniyyah Puteri Padang Panjang merupakan pesantren puteri pertama di Asia Tenggara. Diniyyah Puteri kemudian membuka cabang di beberapa propinsi yang diprakarsai oleh para alumni.

Di masa revolusi mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, Rahmah terjun ke medan perjuangan fisik. Ia menjadi Bundo Kanduang dari barisan Sabilillah dan Hizbullah di Sumatera Barat. Dalam masa revolusi kemerdekaan, Perguruan Diniyyah Puteri memberikan andil perjuangan dengan sarana yang dimilikinya untuk mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa.

Perguruan Diniyyah Puteri menolak subsidi dari pemerintah Hindia Belanda. Perguruan Islam itu tidak mau berada di bawah pengaruh kekuasaan kolonial. Sikap mandiri dan menjaga harga diri yang dipegang teguh Diniyyah Puteri sama dengan prinsip berdikari (berdiri di kaki sendiri) yang dianut Taman Siswa Yogyakarta.

“Kalau pada waktu sekarang orang mendirikan sekolah, adalah hal yang biasa. Akan tetapi pada waktu lebih 50 tahun yang lalu di mana orang menganggap wanita itu haram masuk sekolah, ada orang yang berani mendirikan sekolah untuk wanita, seperti Ibu Rahmah, maka itu adalah hal yang luar biasa. Di sinilah letak pentingnya Diniyyah Puteri, dan di situlah pentingnya Ibu Rahmah. Beliau telah meninggalkan jasa yang sangat besar, bukan untuk tanah Minang saja, tetapi juga untuk seluruh Indonesia bahkan untuk seluruh dunia wanita.” ungkap Menteri Agama RI periode 1971 – 1978 Prof. Dr. H. A. Mukti Ali ketika meresmikan salah satu bangunan gedung Asrama Diniyyah Puteri Padang Panjang tahun 1978.

Rektor Universitas Al-Azhar Cairo Dr. Syekh Abdurrahman Taj tahun 1955 mengunjungi Indonesia dan meninjau Diniyyah Puteri Padang Panjang. Pemimpin tertinggi Al-Azhar itu terkesan dengan pendidikan Diniyyah Puteri. Di Mesir belum ada sekolah khusus untuk perempuan. Rahmah diundang ke Universitas Al-Azhar untuk membentangkan pengalamannya membangun pendidikan Islam di Indonesia. Pemimpin Diniyyah Puteri Rahmah El Yunusiyyah adalah ulama perempuan pertama yang dianugerahi gelar kehormatan “Syaikhah” dari Universitas Al-Azhar Cairo.

Sistem dan pola pendidikan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang menginspirasi Universitas Al-Azhar hingga mendirikan Kulliyatul Banat yakni fakultas khusus untuk perempuan. Pada tahun 1958 untuk pertama kali alumni Diniyyah Puteri mendapat beasiswa melanjutkan studi ke Universitas Al-Azhar Cairo, antara lain Isnaniyah Saleh dan Zakiah Daradjat.

Pahlawan pendidikan Islam yang tangguh itu meninggal pada malam takbiran Hari Raya Idul Adha tanggal 26 Februari 1969 di Padang Panjang. Rumah kediamannya sekarang menjadi Museum Rahmah El Yunusiyyah. Cita-cita Rahmah yang belum terwujud ialah mendirikan Rumah Sakit khusus untuk perempuan.

Setelah wafatnya Rahmah El Yunusiyyah, kepemimpinan Perguruan Diniyyah Puteri dilanjutkan oleh Dra. Hj. Isnaniyah Saleh. Setelah Isnaniyah Saleh meninggal dunia, Diniyyah Puteri secara berturut-turut dipimpin oleh Hj. Husainah Nurdin, Hj. Hasniah Saleh, dan sekarang Hj. Fauziah Fauzan El Muhammady, SE, Akt, M.Si.

Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang kini menyelenggarakan program Pendidikan Anak Usia Dini, Madrasah Ibtidaiyyah Swasta, Madrasah Tsanawiyyah Swasta, Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Aliyah Swasta Kulliyatul Mu’allimat El Islamiyyah, dan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT).

Keberadaan Diniyah Puteri membawa pencerahan bukan hanya bagi dunia pendidikan Islam di Sumatera Barat, tetapi mewarnai Indonesia melalui para alumninya. Dalam bidang kebudayaan, model busana jilbab pelajar Diniyah Puteri Padang Panjang yang memiliki kekhasan atau dahulu dikenal sebagai model kerudung Kak Amah menjadi trend-setter model busana muslimah di Sumatera Barat di masanya.

Seiring perkembangan zaman Perguruan Diniyyah Puteri mengembangkan visi menjadi pusat pendidikan Islam modern berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits yang menghasilkan karya di pentas dunia. Diniyyah Puteri menetapkan misinya ialah; (1) membangun dan mengembangkan berbagai pusat keunggulan pengetahuan bersumberkan Al Qur’an dan Hadits, (2) Menyiapkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas global dan berakhlak sesuai syariah, (3) Mengembangkan kegiatan usaha secara profesional untuk mencapai kemandirian berkarya.

Kurikulum Diniyyah Puteri sejak masa Rahmah meliputi pelajaran agama, bahasa Arab, pelajaran umum dan keterampilan. Perguruan Islam ini menerapkan perpaduan Kurikulum Kementerian Agama RI, Kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan kurikulum lokal Diniyyah Puteri.

Setiap memperingati Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei, selayaknya kita mengenang kembali cita-cita besar Rahmah El-Yunusiyyah. Srikandi emansipasi pendidikan perempuan dari Minangkabau Sumatera Barat tersebut merupakan pelaku sejarah yang turut menggerakkan perubahan bangsa.

Kebesaran pendidikan Islam di Sumatera Barat di masa lampau dengan icon Perguruan Thawalib Padang Panjang, Diniyyah Puteri Padang Panjang serta Sekolah Adabiah di kota Padang, dapat disejajarkan dengan kebesaran Taman Siswa yang berdiri pada 3 Juli 1922 di kota Yogyakarta. Legasi perjuangan Rahmah di pentas peradaban tidak memerlukan glorifikasi. Akan tetapi sebagai mutiara berharga dalam sejarah pendidikan Islam di Indonesia warisan Rahmah El Yunusiyyah patut dipelihara gemilangnya sepanjang masa.

M. Fuad Nasar (mantan Sesditjen Bimas Islam. Saat ini Kepala Biro AUPK UIN Imam Bonjol Padang)


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Kolom Lainnya Lihat Semua

Lainnya Lihat Semua