Kolom

Menggali Makna Hidup dari Khazanah Kutipan Bijak Bestari

Cover buku (ilustrasi)

Cover buku (ilustrasi)

Resensi Buku
Judul Buku: Imam Syafe'i Quotes, Renungan Tentang Kehidupan, Pendidikan, dan Keberagamaan
Penerbit: LeKDis Nusantara
Jumlah halaman: xi+303 hal
Tahun penerbitan: 2023

Dalam sebuah ruang kelas, seorang guru, sebagaimana lazimnya, melakukan tugas mengajar. Hal demikian dilakukannya pada siswa yang sama-sama memiliki dua telinga, bangku kelas yang sama, dan materi pelajaran yang juga sama. Namun demikian, yang serba sama itu akan berubah sewaktu para siswa menghadapi tes sebagai evaluasi capaian belajar.

Saat hasil tes atau ujian itu disajikan, terlihat nilai yang dicapai masing-masing siswa itu berbeda. Ada siswa yang mendapat nilai tinggi, tapi beberapa lainnya biasa saja atau malah jeblok. Pertanyaan "nakal"nya, apa yang membuat siswa dengan banyak kesamaan itu memiliki capaian yang berbeda di ujung upaya mereka?

Jawaban responsif atas pertanyaan di atas bisa langsung diajukan dengan sederhana, yakni masing-masing siswa punya kapasitas otak yang berbeda. Dengan kapasitas berbeda itu, akan berbeda pula hasil dari upaya yang dijalani.

Akan tetapi, sesungguhnya gambaran perjalanan hidup tidak sesederhana itu. Dari kumpulan siswa yang berbeda itu, kelak ada yang sukses dalam kehidupannya, padahal hasil belajarnya biasa-biasa saja. Anehnya, sayangnya, dan apapun ungkapan yang bersifat restrospektif, kondisi sebaliknya bisa terjadi pada siswa yang pintar dalam kehidupan selanjutnya.

Agung Adiprasetyo, dalam buku Memetik Matahari (2013) menjelaskan bahwa faktor pembeda yang turut menentukan arah dan jalan hidup, tentu saja semua atas rahmatNya dan potensi diri, adalah "sikap" atau "attitude". Sikap yang dimaksudnya bisa beragam; sikap dalam memandang hidup dan masalah, sikap dalam bekerja, meraih peluang, bergaul, dan sikap lainnya.

Agung menambahkan, perkara sikap ini pula yang tetap menghiasi tema-tema pembahasan motivasi hidup dalam ruang seminar, pelatihan, dan workshop dengan tekanan pada diksi "berubah", "transformasi", "disrupsi", dan semacamnya.

Buku Imam Syafe'i('s) Quotes, Renungan Tentang Kehidupan, Pendidikan, dan Keberagamaan (2023) ini berada dalam semangat yang juga berupaya menbedah kesadaran diri dan sikap mengarungi hidup.

"Banyak orang menghadapi masalah atau peluang yang sama, tapi menyikapinya yang berbeda-beda. Di depan sang pemimpi, semua masalah menjadi peluang. Sebaliknya, di depan sang pengeluh, semua peluang menjadi masalah,” tulisnya pada halaman 44.

Melihat desainnya, sepertinya buku ini ditulis dan di-lay-out dengan semangat kembara dan kelana yang ingin disulut pada diri pembacanya. Penulis, yang pernah memimpin Direktorat Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama, membiarkan kutipan-kutipannya bertebaran dengan tema yang bisa jadi berbeda dari satu halaman ke halaman berikutnya, lalu kembali pada tema awal lagi. Mungkin, persis seperti itu pula makna dan misteri kehidupan dalam kontestasi kalam dan falsafi tentang daur dan tasalsul.

Namun, bagi Imam Syafe'i, yang masih misteri itu tetap harus digali dan dijelajahi. Di halaman 83, dia menulis: "makin terus mencari, semakin banyak yang tidak diketahui. Jelajahi dan kaji agar terbuka rahasia keajaiban dan misteri".

Kita tahu, semangat yang ingin ditularkan olehnya lewat kutipan di atas adalah bahwa hidup bukan hanya tentang bagaimana "mengejar", namun juga "menggali". Inilah sikap hidup yang kadang luput dipraktikkan di tengah godaan dan tekanan untuk memiliki yang kadang menjadi berlebihan dan nirmakna.

Pada titik ini, penulis buku ini seperti mengingatkan ungkapan Blaise Pascal, filsuf dan ahli Matematika Prancis Abad-16, bahwa manusia lebih sering tergoda untuk "mengejar" ketimbang "menggali". Pilihan seperti ini, bagi Pascal, sering menjerumuskan manusia untuk tidak mampu memaknai hidup dengan pendekatan substansial, bukan hanya yang elementer dan bersifat "kulit" semata.

Tentunya, dengan latar belakang pesantren yang kental pada diri Imam Syafe'i, inspirasi yang menghiasi tebaran kutipan-kutipannya berkorelasi kuat dengan khazanah literatur Islam. Dalam pengantar buku ini, KH Zulfa Musthofa (saat ini adalah salah satu Ketua PBNU), memiliki dugaan kuat bahwa apa yang ditulis oleh Imam Syafe'i dalam buku ini terinspirasi dari salah satu kitab ternama rujukan ilmu tasawuf, yakni Al Hikam buah karya Syeikh Ibnu Atha'illah As Sakandari.

KH Zulfa Musthofa juga mengingatkan perlunya langkah reflektif atas perjalanan hidup, terlebih dalam konteks kekinian yang penuh tantangan. Apa yang digaungkan sebagai era disrupsi, misalnya, kerap mengaburkan makna kebenaran karena sikap manusia yang cenderung instan dan materialistis.

Senada dengan Pascal, KH Zulfa Mustofa juga mengingatkan bahwa orang kerap tertipu oleh hal-hal instrumental dan artifisial (semu). Dalam ranah posmodernisme, hal demikian dikenal sebagai simulacra (dunia seolah-seolah; "seolah-olah" paling beragama dan bahagia, "seakan-akan" paling penting, dan sebagainya).

Di tengah fenomena realitas yang artifisial ini, KH Zulfa Mustofa menambahkan, al-Hikam dapat menjadi bahan perenungan dan pengingat agar keberagamaan seseorang bukan hanya berupa kuantitas, akan tetapi juga kualitas. Melalui lautan kalimat yang menggetarkan jiwa dalam kitab al-Hikam, kita diajak untuk kembali kepada makna spiritualitas yang hakiki. Diyakininya, buku Imam Syafe'i('s) Quotes, Renungan Tentang Kehidupan, Pendidikan, dan Keberagamaan (2023) memiliki konteks semangat yang sama dengan al-Hikam.

Prof Nur Syam, Guru Besar UIN Sunan Ampel yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Kementerian Agama, juga dalam pengantar buku ini, memberi kesaksian bahwa penulis buku ini adalah sosok yang inspiratif dengan kemasan jokes dan humor yang penuh makna. Nur Syam menuturkan, pada beberapa kesempatan bertemu langsung penulis, humor dan jokes menjadi identitas kuatnya. Dalam beberapa quote di buku ini, kita juga dapat menemukan beberapa ujarannya yang bernada humor.

Dengan begitu, apakah humor memang punya makna dan cukup berharga menghiasi kutipan mengenai makna hidup? Dalam kaitan ini, Seno Gumira Adjidarma dalam buku Antara Tawa dan Bahagia (2012) menuturkan bahwa humor memiliki kekuatannya sendiri. Di balik guyon yang tersaji, sering terdapat lautan paradoks; bahwa yang menyenangkan itu kadang berupa getir, dan kerap kegetiran itu malah menyenangkan.

Di atas semua itu, ratusan kutipan (quotes) ini adalah khazanah makna kehidupan yang dalam. Karena kedalamannya, sesungguhnya pada masing-masing quotes tersimpan pembahasan yang ekstensif dan kaya makna. Bab-bab pembahasan itu diserahkan pada sidang pembaca untuk dijadikan "buku" kehidupan masing-masing. Selamat membaca.

Saiful Maarif (Asesor SDM Aparatur Kemenag)


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Kolom Lainnya Lihat Semua

Ruchman Basori (Inspektur Wilayah II, Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI)
Puasa Birokrat

Lainnya Lihat Semua