Nasional

Hajar Aswad

Mekkah,26/11 (MCH)--Bagi jamaah yang menunaikan ibadah umah maupun ibadah haji, tampaknya belum puas atau belum mantap kalau belum berhasil mencium secara langsung Hajar Aswad atau mencapai dinding Multazam, salah satu tempat mustajab untuk berdoa. Sementara kondisi di Masjidil Haram beberapa hari trakhir saat ini sudah terasa lumayan padat. Kepadatan ini tentunya akan semakin bertambah seiring bertambahnya waktu hingga menjelang puncak haji di Armina. Madzhab Maliki, Syafi`i, Hambali dan Hanafi, mensunnatkan untuk menyentuh dan mencium Hajar Aswad.

Namun keempat madzhab itu juga mengatakan bahwa jika tidak mampu menyentuh secara langsung, maka bisa menyentuhnya dengan menggunakan tongkat. Jika tidak bisa, cukup dengan isyarat tangan. Menggunakan tangan kanan lebih utama. Kegiatan menyentuh dan mencium Hajar Aswad ini dinamakan dengan istilah Istilam. Kondisi Masjidil Haram yang sudah mulai padat, mungkin akan sulit bagi jamaah baik itu dari Indonesia maupun negara-negara lain untuk bisa mencium atau menyentuh Hajar Aswad secara langsung. Namun memang dikatakan pula bahwa ini Tanah Haram, apapun bisa terjadi atas Kehendak-Nya. Maaf, mungkin kalau saya boleh menyarankan, melihat kondisi tersebut, memang sebaiknya jamaah tidak memaksakan diri untuk bisa mencium Hajar Aswad secara langsung.

Namun bagaimanapun memang setiap manusia diminta untuk berusaha terlebih dulu. Mungkin ini bisa dilakukan usai melaksanakan putaran ketujuh Thawaf. Sembari secara prlahan semakin masuk putaran arus Thawaf terdalam, saat melakukan putaran Thawaf. Pada jarak sekitar dua atau tiga meter atau mungkin lebih dari Hajar Aswad, jamaah atau pembaca yang Insya Allah berangkat menunaikan ibadah haji dan umrah, akan menemukan situasi crowded jamaah. Di mana jamaah saling mendorong bahkan tak sedikit yang sengaja dengan cara kasar mendorong dan menggunakan kedua sikutnya berusaha menghalau jamaah lain demi bisa mencium Hajar Aswad. Di sinilah saya harap jamaah bisa bersikap bijak dan berpikir jernih.

Pada titik ini, saat menentukan apakah Anda merasa sanggup meneruskan `perjuangan` mencium Hajar Aswad atau mundur perlahan menjauhi kerumunan jamaah yang sudah saling dorong tersebut. Keputusan pikiran yang terbersit pertama kali itulah, yang harus jamaah lakukan. Jika otak atau pikiran Anda jamaah telah memutuskan dan `memerintahkan` Anda untuk segera menjauhi kerumunan, maka menjauhlah. Akan sangat membahayakan jika Anda teruskan `perjuangan`. Saya harap Anda juga jangan percaya dengan joki yang menjanjikan Anda bisa mencium Hajar Aswad dengan membayar sejumlah uang. Kadang tak sedikit jamaah yang ditawari oleh orang Indonesia juga, yang menjadi mukimin yang menjadi joki Hajar Aswad ini.

Tarif yang mereka tawarkan bervariatif, antara 200 hingga 500 real. Namun logikanya, bagaimana si joki bisa mengupayakan membantu kita, sementara semua orang juga berusaha keras dan tidak ada `jalur khusus` untuk bisa mencapai atau mendekati Hajar Aswad. Yang ada, mungkin akan dengan mudah uang Anda dibawa kabur oleh si joki yang dengan mudah menghilang di padatnya kerumunan jamaah. Hajar Aswad adalah batu hitam sangat harum yang terletak di salah satu sudut Ka`bah . Tepatnya, Hajar Aswad terletak di sudut sebelah tenggara `Ka`bah, di sebelah kanan pintu Ka`bah. Jarak antara tempat Hajar Aswad dengan lantai Ka`bah sekitar 1,5 meter. Sedangkan antara tempat Hajar Aswad dan pintu Ka`bah dipisahkan oleh dinding selebar krta-kira dua meter yang dinamakan dinding Multazam.

Salah satu tempat yang mustajab untuk berdoa. Pada awalnya Hajar Aswad merupakan salah satu batu yang ditemukan oleh Nabi Ibrahim as dan Ismail as, pada saat mereka sedang membangun Ka`bah. Pada sekitar lima tahun sebelum Nabi Muhammad diangkat sebagai Nabi dan Rasul, yaitu usia 35 tahun, dilakukan pemugaran Ka`bah karena adanya beberapa kerusakan. Pemugaran dilakukan berdasarkan kesepakatan para pemuka kabilah suku Quraisy yang ada di kota Mekah. Terjadi perselisihan yang makin memuncak di antara tokoh masyarakat Quraisy saat menentukan siapa yang berhak untuk menempatkan kembali batu tersebut usai pemugaran. Nabi Muhammad kemudian menjadi penengah, menghamparkan kainnya dan menempatkan Hajar Aswad di atas bentangan kain tersebut. Rasulullah SAW meminta setiap pemuka kabilah Quraisy memegang masing-masing sudut dan sisi kain tersebut dsn bersama-sama mengangkatnya untuk membawa Hajar Aswad ke tempatnya semula. Kemudian Rasulullah SAW yang kemudian mengangkat batu tersebut dan meletakkannya ke tempat semula.(Osa)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua