Opini

Kita Ingin Melihat Pandemi Benar-Benar Berakhir 

M. Fuad Nasar (Mantan Sesditjen Bimas Islam. Saat ini Kepala Biro AUPK UIN Imam Bonjol

M. Fuad Nasar (Mantan Sesditjen Bimas Islam. Saat ini Kepala Biro AUPK UIN Imam Bonjol

Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau disingkat PPKM telah dicabut. Kendati demikian, seluruh masyarakat dan komponen bangsa, seperti disampaikan oleh Presiden Jokowi tanggal 30 Desember 2022 lalu di Istana Negara Jakarta, tetap diminta hati-hati dan waspada. Pemakaian masker di keramaian dan ruang tertutup harus tetap dilanjutkan, kesadaran vaksinasi harus terus digalakkan karena ini akan membantu meningkatkan imunitas, dan masyarakat harus semakin mandiri dalam mencegah penularan, mendeteksi gejala dan mencari pengobatan.

Menurut tinjauan ilmiah, infeksi COVID-19 disebabkan oleh virus Beta Corona tipe baru yang dinamakan Severe Acut Respiratory Syndrome Corona Virus-2 (SARS-CoV-2). COVID-19 tergolong penyakit zoonosis yakni penyakit yang dapat ditularkan dari hewan kepada manusia ataupun sebaliknya. COVID-19 berasal dari koronavirus yang hidup pada hewan kelelawar dan ditularkan kepada hewan intermedier trenggiling sebelum menular kepada manusia. Koronavirus menular sangat cepat antarmanusia.

Saya mendapat pencerahan setelah membaca buku Mengenal COVID-19, karya almarhum Dr. dr. Adi Teruna Effendi, SpPD, Ph.D dan tim penulis Dr. dr. Mira Dewi, M.Si, Dr. Naufal Muharam Nurdin, S.Ked, M.Si, Dr. Karina Rahmadia Ekawidyani, M.Gizi, dan Dr. Yekti Hartati Effendi (IPB Press, 2020). Karya terakhir almarhum dokter Adi Teruna Effendi saya peroleh dari Ibu Dokter Yekti Hartati Effendi beberapa bulan sebelum ia berpulang menyusul suaminya.

Buku Mengenal COVID-19 menjelaskan faktor-faktor seperti ledakan penduduk, kemiskinan, dan gangguan ekosistem berimplikasi kepada masalah yang kita hadapi sekarang. Padahal dunia telah menyaksikan demikian banyak wabah penyakit yang merenggut nyawa, seperti the black death di Eropa, Spanish Flu yang juga merambah ke bumi Nusantara pada awal kuartal abad kedua puluh. Belakangan wabah SARS, COVID-19 dari Cina, dan MERS dari Arab Saudi telah menjadi kekhawatiran yang mendalam bagi umat manusia. Pertanyaan besarnya, kapankah manusia mau belajar dari kesalahannya?

Pandemi COVID-19 muncul dan lenyap mengikuti sunnatullah. Pandangan keagamaan mengajarkan bahwa tidak ada musibah yang menimpa manusia, kecuali dengan izin Allah. Dan tidak pula ada musibah atau bencana yang berlangsung secara terus-menerus. Dalam segala peristiwa Al-Quran mengingatkan, “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah, lalu (Allah) menjadikan mereka lupa terhadap diri sendiri. Itulah orang-orang yang fasik.” (QS Al Hasyr [59]: 19).

Saat puncak pandemi tahun 2020 – 2021 tercatat lebih dari 600-an dokter Indonesia meninggal akibat terinfeksi COVID-19. Dapat dibayangkan, masa pendidikan di Fakultas Kedokteran untuk menghasilkan seorang dokter umum di Indonesia rata-rata membutuhkan waktu minimal 7 sampai 8 tahun, sedang untuk menjadi dokter spesialis membutuhkan waktu rata-rata 12 sampai 15 tahun.

Pandemi COVID-19 merenggut nyawa sekian banyak guru di sekolah dan guru besar dalam berbagai disiplin ilmu. Tidak sedikit alim ulama, mubaligh, tokoh agama, pegawai negeri, pemuda dan aktivis kemanusiaan meninggal akibat kasus COVID-19.

Kasus harian COVID-19 di Indonesia pernah mencapai angka tertinggi dengan pertambahan 47.899 orang. Data tersebut merupakan yang tertinggi selama masa pandemi. Peristiwa kematian akibat pandemi bukan hanya sekadar angka-angka, tetapi persoalan hilangnya nyawa manusia.

Kedaruratan kesehatan akibat COVID-19 mempengaruhi berbagai sektor kehidupan publik. Situasi pandemi menyebabkan banyak warga kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Situasi COVID-19 mempengaruhi sistem pembelajaran di sekolah dan perguruan tinggi serta membatasi keakraban sosial di masyarakat. Sungguh tak terbayangkan seandainya sampai kini COVID-19 menghalangi keberangkatan jemaah haji ke tanah suci Mekkah hingga bertahun-tahun.

Selama pandemi COVID-19 institusi pemerintah termasuk TNI/Polri, para tenaga medis, pakar sains, organisasi keagamaan, organisasi filantropi dan media massa mengerahkan segala daya, sarana, anggaran dan pemikiran untuk mengatasi pandemi, membantu masyarakat yang terdampak pandemi dan mengedukasi publik dengan informasi yang relevan. Para ulama melalui Majelis Ulama Indonesia dan ormas-ormas Islam lainnya melakukan ijtihad hukum mengenai pelaksanaan ibadah sesuai protokol kesehatan selama masa pandemi.

Indonesia sedang menuju pemulihan pasca pandemi. Satgas Penanganan COVID-19 Nasional dan Provinsi melaporkan Kasus Harian, Zonasi, Kasus Aktif, BOR (Bed Occupancy Ratio) Rumah Sakit mengalami grafik turun secara signifikan, meski dalam mingggu kedua Februari 2023 terjadi sedikit kenaikan. Dalam Al-Quran dinyatakan hari-hari itu dipergilirkan Tuhan di antara umat manusia. Nabi Muhammad menggambarkan dalam Hadis, sesungguhnya zaman beredar musim berganti.

Pengalaman menghadapi pandemi diharapkan menjadikan bangsa Indonesia lebih tangguh, rukun, harmonis dan bersatu. Cerita dan nestapa pandemi COVID-19 biarlah menjadi sejarah bagi generasi yang akan datang.

Kalau diamati di negara-negara maju pandemi COVID-19 mendorong kemajuan riset dan teknologi di bidang epidemiologi, virologi dan imunologi. Pandemi memicu perkembangan bisnis kesehatan dan farmasi. Indonesia seyogianya bisa mengejar ketertinggalan dibanding negara-negara maju dalam kinerja riset, pengembangan ilmu pengetahuan serta dalam melayani kebutuhan para akademisi dan peneliti.

Salah satu contoh ialah memberdayakan para ahli di bidang kedokteran molekular, seperti epidemiologi, virologi dan imunologi serta sarana dan kebijakan riset unggulan. Indonesia harus punya daya tarik bagi para saintis anak negeri dan peneliti muda untuk menjadi SDM unggul dan berkarya bagi kepentingan bangsa.

Ke depan, pengembangan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) ke arah teaching university dan research university harus dioptimalkan. Para ahli perlu difasilitasi oleh negara untuk mengembangkan riset yang berguna bagi keberlangsungan kehidupan bangsa dan kemanusiaan.

Pendemi COVID-19 memberi hikmah pembelajaran dalam menyongsong hari esok yang lebih baik, dengan kekuatan iman, ilmu dan amal. Sektor kesehatan masyarakat selalu ada kaitannya dengan sektor-sekor lain, begitu pula sektor-sektor lain harus mengerti masalah kesehatan.

Kita ingin melihat pandemi benar-benar berakhir.

M. Fuad Nasar (Mantan Sesditjen Bimas Islam. Saat ini Kepala Biro AUPK UIN Imam Bonjol Padang).


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Opini Lainnya Lihat Semua

Keislaman Lainnya Lihat Semua

Ruchman Basori (Inspektur Wilayah II, Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI)
Puasa Birokrat