Nasional

Bukit-bukit dan Padang Pasir Jeddah- Makkah Menghijau

Jeddah(MCH)--Pasca peristiwa hujan lebat sekitar lima jam yang mengakibatkan banjir bandang di Makkah dan terutama Jeddah, Arab Saudi, Rabu (25/11), menjadi catatan sendiri bagi negeri petro dolar Timur Tengah ini. Peristiwa alam yang megangetkan dunia mengingat Kota Suci ini sangat langka hujan, sebagaimana dikutip "Arab News" sempat merenggut 117 jiwa manusia, tidak termasuk 47 yang belum ditemukan. Hujan hari itu, merupakaan hujan keempat kalinya di Makkah. Tig kali sebelumnya hanya berlangsung beberapa menit saja, sejam paling lama. Selain banyak korban jiwa, terdapat 8.000 mobil rusak diterjang air bah atau terpuruk ke lembah serta hanyut terseret air yang mengalir deras di jalan-jalan raya bebas hambatan khususnya di "Haramaian Exspres Way". Sementara bangunan yang terendam mencapai 10.000 lebih. Kawasan terparah adalah bagian timur dan selatan kota Jeddah, yang berbatasan dengan kota Makkah. Di jantung kota Makkah sendiri, sebagai daerah hulu, hujan dan banjir tidak banyak menimbukan kerusakan, justru daerah kemana air mengalir atau hilir yang parah, termasuk jalan raya s sebelum menuju "check point" masuk Makkah. Peristiwa cukup mengerikan, bahkan ada yang menyebut bak"Tsunami" ini tidak hanya disaksikan tetapi juga ikut terjebak empat bus yang ditumpangi anggota PPIH Arab Saudi Daker Jeddah yang berjumlah sekitar 200 orang yang hari itu ditugaskan mengkavr kegiatan jamaah haji Indonesia memasuki di Arafah untuk wukuf. Bus pun tak bisa bergerak selama dua atau tiga jam baik maju atau mundur. Panitia dijadwalkan berangkat dari Hotel pukul 01.00 tetapi karena salah satu bus terkendala macet, baru bisa bersma-sama berangkat empat jam kemudian. Setelah empat busa bergerak dua jam, bus terjebak kemacetan luar biasa di kawasan Sulamaniyah, sekitar 11 Km dari markas Daker Jeddah di jalan Palesteen. Belakangan diketahui telah terjadi banjir luar biasa. Kepastian terjadi hujan deras yang dideteksi sebagai hujan terlebat, mencapai 2/3 dari rata-rata curah hujan sepanjang tahun di Arab saudi, mengakibatkan banjir luar biasa di kawasan hilir itu bisa didapat ketika melihat air mengalir cukup deras di jalur sebelah kini (kendaraan di Arab Saudi melaju di jalur kanan-Red), karena menyeret atau menghanyutkan mobil, perabot rumah tangga dan lainnya. Hujan hari itu memang cukup luas, selain di Makkah, Arafah pun ikut diguyur hujan sehingga tenda-tendak banyak yang rusak akibat tidak bisa menahan air, dan seluruh karpet (alas) untuk kegiatan Wukuf semua basah. Rombongan Menteri Agama Suryadharma Ali juga ikut terjebak dalam perjalanannya menuju Arafah sehinmgga diputuskan memunda keberangkatannya dan kembali ke hotel. MAKKAH merupakan tanah haram negeri yang paling dicintai oleh Allah SWT dan juga Rasul-Nya, kiblatnya kaum Muslim. Di sana antara lain ada Masjidil Haram dan Ka`bah. Mendapat keutamaan bagi yang beribadah di masjid tersebut dengan kelipatan pahala 100.000 kali. Kota Makkah sendiri kini berpenduduk 1,7 jiwa, berada di suatu lembah diantara perbukitan letaknya pada ketinggian 280 m diatas permukaan laut (DPL). Dalam musim haji tahun ini, Kota Makkah (termasuk jeddah-Madinah) kedatangan sekitar tiga juta tamu Allah. Karena itu ketika ada kabar telah terjadi hujan lebat dan banjir bandang di terutama Makkah dan Jeddah keluarga di negeri asal jamaah sedikit was-was dan bertanya-tanya, sehingga untuk beberapa saat komunikasi di kedua kota ini mengalami gangguan. Makkah sebagai tanah haram telah ditetapkan batas-batasnya, arah barat adalah jalan Jewddah-mekkah, di Asy Syumaisi (Hudaiaibiyah) yang berjarak 22 Km. Arah selatan, di Idha`ah Liben, jalan Yaman-Makkah untuk yang datang dari Mihamah, yang berjarak 12 Km dari Ka`bah. Sebelah arah timur, di tepi lembah Uranah barat yang berjarak 15 Km dari Ka`bah. Arah timur laut, jalan Ji`ranah dekat dari Kampung Syara`i Al Mujahiddin, berjarak 16 Km dari Ka`bah. Arah utara, batasnya adalah Tan`im, berjarak 7 Km dari Ka`bah. TEKSTUR tanah di Arab Saudi, khususnya kawasan Makkah dan Jeddah yang penuh bebatuan dan pasir, agaknya berbeda dengan kondisi di Tanah Air, karena itu air hujan yang turun tak mudah terserap dan masuk tanah. Di Arab Saudi, khususnya lintas Jeddah-Makkah atau sebaliknya, seperti bisa disaksikan ketika Minggu (29/11) atau empat hari setelah peristwa itu, rombongan MCH kembali ke Jeddah, masih melahat genangan-genangan air di daerah rendah di sisi kini-kanan jalan utama bebas hambatan tersebut. Ini sebuah bukti bahwa kepadatan tanah di negeri padang pasir ini luar biasa sehingga air sulit meresap. Bahkan ketika MCH kembali ke Makkah Sabtu (12/12), dimana peristiwa banjir itu sudah dua minggu lebih, genangan air bekas banjir tersebut masih bisa dilihat di daerah rendah. Dalam kaitan peristiwa ini, Pemerintah Arab Saudi sangat tanggap. Mengantisipasi kemungkinan terjadi musibah susulan. Beberapa alat penyelamatan disiapkan di beberapa titik, puluhan perahu karet, alat berat disiapkan di kawasan bekas bandara lama. Raja Abdullah setelah mendapat laporan adanya peristiwa itu, langsung memerintahkan untuk membentuk komisi investigasi untuk meneliti penyebab terjadinya musibah itu. Termasuk memanggil pejabat-pejabat terkait dalam pembangunan prasarana perkotaan, pekerjaan umum, pengairan dan sebagainya. Bahkan pejabat-pejabat yang sudah pensiun pun diminta penjelasannya. Komisi investigasi yang terdiri dari para pejabat terkait dan akademisi serta pakar-pakar pembangunan perkotaan telah melakukan sidang pertamanya pekan lalu, diharapkan dalam pekan mendatang telah mendapatkan hasil temuannya untuk disampaikan kepada Raja Abdullah. Karena struktur tanah yang sulit menyerap air, merangsang tumbuhnya biji-bjian sehingga pemandangan sepanjang kiri kanan jalan bebebas hambatan Makkah-Jeddah kini tampak benih-benih tersebut menghijaukan bukit maupun padang pasir. Ternak domba dan onta sudah banyak ditemui digembala. Arab Saudi tampaknya memang tidak main-main dalam hal penghijauan, khususnya di tiga kota yang kami saksikan, Makkah, Madinah, Jeddan. Taman-tamah kota dipelihara dengan baik, rumput pun hijau, pohon-pohon di pinggir jalan rindang, bahkan boleh dibilang masih lebih baik dibanding jalan utama Thamrin atau Gatot Subroto, di Jakarta. Menjadi lain tentu saja bila setiap bulan turun hujan di Arab Saudi, atau setidaknya turunnya hujan lebih inten pada musim dingin November sampai Januari. Kalau itu terjadi, Arab Saudi akan menjadi negeri yang rindang. (h salamun nurdin)
Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua