Internasional

Dirjen Pendis Serukan Pengarusutamaan Moderasi Islam pada Konferensi Islam Internasional Yordania

Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin beri sambutan pada International Conference on Islam and Its Contemporary Challenges di Amman, Yordania. (foto

Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin beri sambutan pada International Conference on Islam and Its Contemporary Challenges di Amman, Yordania. (foto

Amman (Kemenag) --- Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin mewakili Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin untuk menjadi pembicara pada International Conference on Islam and Its Contemporary Challenges. Konferensi Internasional ini digelar pada 27 April 2017, di Royal Cultural Center, Amman, Yordania. Konferensi ini dinaungi langsung oleh Raja Yordania, Abdullah II.

"Umat Islam harus melakukan pengarusutamaan atas pemahaman keagamaan yang moderat untuk merawat dan memperkokoh persatuan umat Islam," ujarnya di hadapan peserta seminar, Rabu (27/04).

Menurutnya, tradisi kesarjanaan umat Islam harus menjadi perhatian serius oleh umat Islam. Dunia Islam harus mewaspadai dan mengantisipasi panetrasi ajaran dan gerakan radikalisme global, baik melalui sosial media maupun melalui saluran lainnya.

"Islam sesungguhnya universal, sumber otoritas Islam (Al-Quran dan Sunnah) tetap sama di manapun, tetapi artikulasi dan manifestasinya bisa berbeda beda, karena Islam harus merespon dan berdialog dengan kebutuhan zaman dan tempat dimana Islam akan dimplementasikan," terangnya.

"Disinilah semangat Amman Message menemukan signifikansi dan relevansinya dalam menginspirasi keberagamaan yang sesuai dengan modernitas, demokrasi dan menghargai perbedaan dan kemajukan," tambahnya.

Dikatakan Kamaruddin, Indonesia memiliki sejumlah kekuatan sebagai poros kampanye moderasi Islam dunia. Pertama, Indoesia adalah negara terbesar keempat di dunia, negara demokrasi terbesar ketiga, negara muslim terbesar dunia, serta negara paling majemuk dengan 17 ribu pulau, ratusan bahasa dan suku bangsa.

Kedua, Indonesia memiliki lembaga pendidikan yang sangat banyak dan mempromosikan Islam moderat. "Tidak kurang dari 700 perguruan tinggi Islam negeri dan swasta dengan jumlah mahasiswa sekitar 800 ribu dan dosen sekitar 33 ribu. Di antara tenaga pengajar ini, tidak kurang 4 ribu sudah berkualifikasi doktor dan hampir lima ratus berkualifikasi professor dalam ilmu ilmu ke Islaman," paparnya.

Indonesia juga memiliki hampir 30 ribu pondok pesantren dengan jumlah santri sekitar 4 juta. Terdapat tidak kurang dari 72 ribu madrasah dengan jumlah siswa-siswi sekitar 10 juta. “Semua lembaga pendidikan Islam ini mengajarkan dan mempromosikan Islam yang damai, Islam yang rahmatan lilalamin,” tuturnya.

Ketiga, Indonesia memilki civil society berbasis Islam yang sangat kuat dan massif, antara lain: NU dan Muhammadiyah, al-Wasliyah, Matlaul Anwar, dan lainnya. Kerjasama antara pemerintah dan ormas Islam ini sangat baik dan produktif dalam menjaga Islam Indonesia yang damai dan toleran disatu sisi dan pemerintahan demokratis disisi lain.

"Pemerintah dan civil society ini terus bekerja sama dalam pengawal Islam yang damai dan pemerintahan yang demokratis," ucapnya.

Guru Besar UIN Alauddin Makassar ini berharap konferensi ini dapat memperteguh dan memperkokoh persatuan umat Islam dalam merawat, memperjuangkan dan mengarusutamakan Islam yang moderat, damai, toleran, demokratis dan menghargai perbedaan. Secara khusus, Kamaruddin berharap konferensi ini dapat memperteguh komitmen dalam Amman Message yang diterbitkan pada 9 November 2004 oleh Raja Abdullah II bin Al-Hussein dari Yordania yang menyerukan toleransi dan persatuan dalam umat Islam.

Konferensi Internasional ini merupakan gelaran kedua. Konferensi pertama diselenggarakan di Jakarta pada 23 - 24 April 2013.

Konferensi kedua ini diikuti para peserta dari 15 negara dari wilayah Timur Tengah dan Afrika. Untuk Asia, hanya diwakili Indonesia. Acara ini dibuka Menteri Agama Yordania dan Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI (mewakili Menteri Agama RI), serta Ketua Komite Prof. Dr. Abdul Salam Al Abbadi (Sekjen Fiqh International Islamic Community dan mantan Menteri Agama Yordania).

Indonesia diwakili 12 rektor dan pimpinan berbagai perguruan tinggi nasional, antara lain: Rektor IAIN Ternate, IAIN Cirebon, IAIN Palopo, IAIN Kediri, Direktur Pascasarjana UIN Walisongo Semarang, serta perwakilan dari UIN Malang, UIN Makassar, IAIN Palangkaraya, dan STAIN Papua. (rilis/mkd/mkd)

Tags:

Internasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua