Nasional

DPD Minta Kanwil Agama Bina Warga Ahmadiyah

Mataram, 20/02 (Pinmas) - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Drs. H. Sahdan Ilyas minta kepada Kanwil Departemen Agama Nusa Tenggara Barat (NTB) melakukan pembinaan terhadap warga Ahmadiyah di daerah itu. Sedikitnya 132 orang warga Ahmadiyah kini ditampung di Asrama Transito Majeluk, Mataram setelah rumah mereka di Dusun Ketapang, Desa Gegerung, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat dirusak dan dibakar massa beberapa waktu lalu.

Sahdan anggota DPD utusan NTB ketika ditemui di obyek wisata Senggigi, Lombok Barat, 12 km utara Mataram kepada wartawan mengatakan, Kanwil Agama beserta tokoh agama dan masyarakat seharusnya memberikan pengarahan kepada warga Ahamdiyah agar mau kembali ke jalan yang benar. Warga Ahmadiyah sebaiknya dibina sehingga mau kembali ke ajaran agama Islam, karena ajaran yang diyakini sekarang sudah difatwakan sebagai ajaran sesat, sehingga apapun alasannya harus meninggalkan ajaran itu.

Menurut Sahdan, warga Ahmadiyah juga jangan mau menang sendiri tanpa mau membaur dengan masyarakat, kalau mereka mau tidak dibenci masyarakat jangan mengasingkan diri dengan masyarakat. Lebih dari 100 orang warga Ahmadiyah kini masih ditampung di Asrama Transito Majeluk, mereka belum berani kembali ke rumahnya karena takut ancaman warga masyarakat. "Apapun alasannya pembinaan kepada warga Ahmadiyah harus dilakukan agar mereka mau kembali ke ajaran Islam, sebagaimana halnya aliran `Waktu Telu` yakni sholat tiga waktu yang berkembang di Lombok, setelah diberikan pembinaan para Tuan Guru, mereka kembali ke ajaran Islam yang sebenarnya," katanya.

Salah seorang warga Ahmadiyah Abidin ketika ditemui dipenampungan mengatakan, hingga kini belum ada dari pihak Kanwil Agama maupun tokoh agama yang datang ke penampungan untuk memberikan penyuluhan. " Kita pernah minta agar Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Lombok Barat Tuan Guru Haji Mahally Fikri mau berdialog, namun Ketua MUI menolak," jelasnya. Warga Ahmadiyah sudah bosan dipenampungan dan ingin kembali ke rumah mereka di Ketapang, namun karena belum ada jaminan keamanan, mereka terpaksa tetap bertahan di penampungan.

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua