Nasional

Eny Yaqut dan Alissa Wahid Bekali Siswa MAN IC Serpong dengan Penguatan Moderasi Beragama

Penasehat DWP Kemenag RI

Penasehat DWP Kemenag RI

Serpong (Kemenag) --- Penasehat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemenag RI Eny Retno Yaqut mengajak para siswa MAN IC Serpong untuk memahami konsep moderasi beragama. Ia mengajak para siswa untuk terus mengutamakan persatuan di tengah perbedaan.

“Kita tahu bahwa Indonesia adalah negara multikultural. Ada sekitar 250 agama tradisional dan enam agama besar, serta lebih dari 17 ribu suku bangsa. Nah, bagaimana bisa mengakomodir itu semua kalau tidak bersatu?,” ungkap Eny dalam seminar Moderasi Beragama yang digelar di MAN Insan Cendikia Serpong, Kamis (1/12/2022).

Ia pun menjelaskan kepada para siswa, bahwa perbedaan-perbedaan yang ada di Indonesia justru merupakan sebuah anugerah. Namun, itu juga mesti diakomodir dengan baik karena bisa menciptakan potensi konflik.

Di tengah banyaknya agama tersebut, salah satu upaya yang bisa dilakukan, lanjut Eny, adalah dengan cara moderasi beragama. “Kita tidak memodarasi agamanya. Karena agama itu sudah baku tidak bisa diubah, tapi bagaimana kita bersikap antar umat beragama, tentu bisa kita usahakan,” jelasnya.

Ia juga menerangkan, bahwa salah satu sikap yang menimbulkan perbedaan dan konflik adalah pemikiran yang bias. Yaitu kecenderungan pikiran yang kuat atau pendapat yang terbentuk sebelumnya tentang sesuatu atau seseorang. Sehingga pemikiran tersebut sangat mudah melabeli sesuatu.

Pemikiran bias ini, lanjut Eny, bisa timbul akibat latar belakang masing-masing orang, baik lingkungan, ekonomi, sosial, pendidikan, dan juga pengalaman. “Yang bahaya adalah pemikiran bias ini dijadikan mutlak, padahal belum tentu bener,” terangnya.

Eny juga menjelaskan salah satu upaya untuk menghindari pemikiran bias tersebut adalah mengakui kebenaran lain. Mengakui apa yang dilakukan itu belum tentu benar. “Dan mengakui salah itu butuh kedewasaan dan tidak mudah, tapi itu perlu,” ungkapnya kepada para Siswa.

Ia juga mengajak siswa untuk berlatih menjaga hati dan pikiran untuk terus positif, dan menjauhkan pemikiran yang bias. “Ayo kita perlu bisa menerima opsi-opsi lain, terus cari bukti, informasi, serta fakta yang tidak harus mengikuti keinginan kita,” ungkapnya.

Terakhir, Eny mengajak para siswa untuk bersikap empati agar mampu memahami posisi orang lain. “Kita perlu mencoba belajar memahami posisi orang lain, mencoba empati dengan posisi orang lain. Karena apalah kita, kalau lihat dari bima sakti, kita dimana? Tentu tidak bisa diilihat kan? Karena kita tidak ada apa-apanya. Jadi apa yang perlu kita sombongkan,” tutup Eny.

Hadir juga sebagai pembicara Direktur Nasional Gusdurian Network (GNI) Alissa Wahid. Pada kesempatan ini Alissa juga memberikan penguatan moderasi beragama. Ia mengajak para siswa sebagai penganut Islam yang merupakan agama mayoritas di Indonesia, mampu mengayomi agama minoritas lainnya.

"Saya selalu ingat bagaimana dulu Gusdur saat jadi presiden ditanya kenapa ia membela kaum minoritas di Indonesia, kenapa tidak menguatkan kekuatan Islam saja sebagai mayoritas? Gusdur menjawab, karena Islam di luar sana juga minoritas, makanya saya ingin Islam di luar sana juga diperlakukan baik," cerita Alissa.

Karena itu, Alissa mendorong siswa MAN IC Serpong untuk melakukan perubahan lebih baik. Karena anak muda saat ini mampu berbuat banyak untuk masa depan. "Kalian sebagai anak muda merupakan calon-calon pemimpin masa depan. Karenanya saya mendorong kalian untuk membuat perubahan untuk Indonesia dan juga dunia," jelasnya.

Usai memberikan seminar, Eny menyempatkan meninjau fasilitas sekolah, mulai dari area olah raga hingga perpustakaan. Tak ketinggalan Eny juga menjadi narasumber pada podcast yang dibuat oleh para siswa MAN IC Serpong.

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua