Nasional

Hidup dalam Kasih dan Perdamaian

Pdt. Agustinus R. Purba, S.Th., MA

Pdt. Agustinus R. Purba, S.Th., MA

Bapak, Ibu, Saudara-saudara terkasih, umat Kristen di Indonesia. Mimbar Kristen minggu ini membahas tentang 1 Petrus 3:8-12

“Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu. Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya. Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat."

Berbahagialah orang yang mendengarkan Firman Tuhan dan melakukannya di dalam kehidupannya sehari-hari.

Saudara-saudara umat Kristiani di seluruh penjuru tanah air. Minggu ini, kita melalui teks diingatkan bagaimana kehidupan ataupun karakter umat Kristiani sebagai orang-orang pilihan Tuhan. Kita diingatkan bahwa Allah sudah memilih dan menetapkan kita sebagai komunitas kasih dan damai. Tentunya ini menjadi satu ucapan syukur bagi kita sebagai umat pilihan yang sudah ditetapkan dan dipilih oleh Tuhan sebagai persekutuan yang tidak ada batasnya, tidak dihalangi oleh tempat, tidak dihalangi oleh ruang dan waktu. Persekutuan umat Kristiani di seluruh dunia adalah kehidupan yang menggambarkan komunitas kesatuan di mana di sana ada karakter yang sangat spesifik, yang khusus ditetapkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus.

Saudara-saudara yang terkasih. Untuk itu, ada juga yang menyebut bahwa umat Kristiani di dunia ini adalah sebagai komunitas (hagios), komunitas cinta kasih, komunitas yang membawa damai dari segala aspek kehidupan, dari segala aspek profesi. Setiap orang yang percaya, kita adalah orang-orang yang dipanggil, ditetapkan, diutus sebagai duta yang hidup untuk mewujudkan cinta kasih dan perdamaian, hidup dalam kasih dan perdamaian adalah anugerah Allah yang didemonstrasikan oleh Yesus Kristus. Itu bisa dilakukan pada saat Dia mengosongkan diriNya, Dia mengambil rupa seorang hamba, menjadi sama dengan manusia. Dia merendahkan diriNya dan taat sampai mati. Bahkan, matiNya pun di tempat yang sangat hina yaitu di kayu salib. Hanya demi kasih dan perdamaian, menyebabkan Ia memandang bahwa seluruh manusia yang sudah berdosa pada saat Tuhan datang ke dunia ini melalui Yesus Kristus, orang yang berdosa tidak dipandang lagi sebagai musuhNya, tetapi orang yang berdosa justru dipandang sebagai umat tebusanNya. Oleh karena Ia telah membenarkannya dalam diri Yesus Kristus.

Untuk itulah, kita harus hidup dalam suasana sukacita, damai sejahtera dan penuh anugerah Tuhan yang sudah dilimpahkan bagi orang yang percaya pengampunanNya, penebusanNya, dan keselamatanNya. Inilah yang menyebabkan kita dapat memiliki kasih dan damai dari Tuhan kita sehingga kita dimampukan untuk hidup menghargai sesama dan seluruh ciptaan Allah.

Saudara-saudara yang terkasih. Teks khotbah kita hari ini mengambil tema “Hidup Dalam Kasih Dan Perdamaian”. Kita tahu bagaimana Petrus yang mempunyai karakter temperamental, emosional, tetapi pada saat memberikan pengajaran dalam kehidupan gereja waktu itu, sifatnya berubah. Setelah mengalami internalisasi hidup bersama Yesus, memahami apa yang dilakukan Yesus, kerendahan dan kehinaan, justru Petrus mengajak jemaat untuk menolak praktik saling menghina. Padahal, saat itu, Jemaah banyak yang mengalami tekanan dan penderitaan oleh kekuasan pemerintahan Romawi yang mengintimidasi kehidupan kekristenan.

Petrus saat itu justru sangat tidak setuju bahwa Kekristenan adalah kehidupan yang penuh dengan hinaan atau menunjukkan kebencian dan kekerasan. Sebaliknya, Petrus mengajak untuk tidak mencaci maki, membalas kejahatan dengan kejahatan, namun orang percaya dipanggil justru untuk memberkati.

Jadi, kita lihat kehidupan Rasul Petrus yang sangat berbalik setelah Yesus naik ke surge. Dia melakukan tugas-tugas panggilannya justru sebagai seorang Rasul. Dia mengajak jemaat, komunitas orang-orang percaya untuk hidup dengan cinta kasih, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tidak membalas hinaan dengan hinaan. Dia bahkan justru menyampaikan ajakan yang sangat mulia bahwa setiap orang percaya, setiap orang Kristen yang menghadapi kejahatan dan kekerasan, justru harus melakukan dan menyampaikan berkat cinta kasih kepada sesama.

Nasehat Petrus kepada jemaat ini bukanlah ketika hidup jemaat dalam posisi aman dan nyaman, tetapi justru dalam kondisi tertekan oleh kekuasaan penguasa yang sangat kejam, sebagai kelompok minoritas tanpa perlindungan dari pihak penguasa. Ajaran tidak membalas kejahatan tidak sekedar etika yang indah atau sikap mengasihani diri, melainkan berlandaskan pada kekuatan dan kebaikan Tuhan sendiri.

Saudara, kita diingatkan bahwa umat Kristiani tidak hidup sebagai komunitas tertutup di dunia ini. Gereja hidup berdampingan dengan komunitas-komunitas lain. Gereja dipanggil untuk melakukan tindakan-tindakan perdamaian dengan perbuatan cinta kasih terhadap sesama dan seluruh ciptaan. Semua orang Kristen, gereja dan jemaat dipanggil untuk menjadi utusan dinamis dari Injil Yesus Kristus yang merupakan kabar baik, keselamatan menghadirkan kasih dan perdamaian sehingga kehidupan ini bisa berkembang.

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Yesus Kristus. Inilah kebenaran yang telah dipraktikkan oleh Kristus Yesus, yang hanya dapat ditiru oleh para pengikut Kristus. Inilah kebenaran yang unik yang tidak dimiliki oleh persekutuan manapun di muka bumi ini. Hendaklah kiranya kita semua menaruh pikiran dan perasaan kita ke dalam pikiran dan perasaan Kristus. Sehingga kita dimampukan untuk hidup seia sekata, seperasaan mengasihi, menyayangi dan rendah hati. Menyerahkan diri pada keadilan dan kebaikan Tuhan, bukan hal yang mudah saat kita menghadapi tekanan, kesulitan seperti hari-hari ini yang kita hadapi. Namun keberadaan teman seiman merupakan bagian dari kebaikan yang Tuhan sediakan dalam menghadapi masa-masa sulit. Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar yang hidup dalam persekutuanNya.

Saudara-saudaraku, marilah panggilan ini kita hayati untuk melanjutkan hidup persekutuan kita, gereja-gereja di Indonesia, umat-umat percaya, umat-umat Kristen di Indonesia. Tekanan seperti apapun beratnya, intimidasi, tantangan, pergumulan apapun seberat-beratnya yang kita hadapi, tapi cinta kasih Tuhan di dalam Yesus Kristus yang sudah mengaruniakan segala kelimpahan anugerah menjadikan kita mampu untuk hidup sebagai komunitas cinta kasih dan membawa perdamaian. Tuhan memberkati, amin

Pdt. Agustinus R. Purba, S.Th., MA (Ketua Moderamen Gereja Batak Karo Protestan / GBKP)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua