Opini

Hijrah "Kita" dari Pandemi Covid 19

Penghulu Muda KUA Kuta Malaka

Penghulu Muda KUA Kuta Malaka

Beberapa hari lagi kita akan memasuki tahun baru hijriah 1443 H yang ditandai dengan 1 Muharram. Hijriah sendiri merujuk pada sebuah peristiwa agung dalam upaya mempertahankan keimanan yaitu perjalanan baginda Rasulullah SAW dari Mekkah menuju Madinah, yang dikenal dengan hijrah.

Peristiwa hijrah ini mengajarkan kita banyak pelajaran, ia bukan peristiwa biasa. Peristiwa ini mengharuskan baginda Rasulullah SAW dan para sahabat untuk meninggalkan tanah kelahiran yang amat dicintainya Makkah Al Mukaramah, menuju Madinah. Tujuannya, mempertahankan dan menegakkan risalah Allah, berupa akidah dan syariat Islam.

Ini merupakan peristiwa yang agung yang harus kita renungi dan peringati dengan penuh khidmat. Hanya saja kondisi kita saat ini masih seperti tahun sebelumnya. Dunia masih digerogoti virus Covid-19.Wabah yang telah merubah kehidupan masyarakat menjadi new normal, sehingga pergantian tahun dan peringatan peristiwa agung ini terkesan biasa saja, karena semua fokus pada Covid-19.

Hijrahnya baginda Rasulullah SAW merupakan perintah Allah, perjuangan yang besar, sebagai bentuk perlawanan terhadap kaum musyrikin Makkah, sehingga kehilangan nyawa adalah taruhan paling dekat saat itu. Nabi dan para sahabat meninggalkan tempat yang tidak kondusif untuk berdakwah.

Saat itu, Rasulullah SAW bersama para sahabat mendapat perlakuan buruk dan kasar dari orang-orang Quraisy yang masih kafir, umat muslim dikejar-kejar dan dianiaya. Ketika melihat kondisi Makkah tak lagi aman bagi umatnya, Nabi Muhammad SAW mengizinkan sahabatnya untuk hijrah.

Walau demikian, sulitnya perjalanan, hijrah tersebut bukanlah melarikan diri, apalagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam baru berhijrah tatkala semua sahabatnya telah berangkat menuju Madinah.

Beliau meminta Abu Bakar ash-Shiddiq dan seorang pemandu jalan Abdullah bin Uraiqit untuk menemaninya, menempuh jarak lebih kurang 500 KM dan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk sampai ke tempat tujuan dengan melewati medan yang sangat sulit dan transportasi yang masih manual, ditambah lagi dengan musuh yang terus mengejar baginda Rasulullah Saw bersama sahabat.

Melihat peristiwa agung tersebut menyisakan hikmah dan pelajaran penting dalam kehidupan kita saat ini untuk senantiasa berproses ke arah lebih baik. Hijrah, mengajarkan kita untuk menjadi mukmin dan muslim sejati, menjadi penolong agama Allah dan berjuang untuk keluar dari kondisi sulit.

Di masa ini, maka hijrah yang harus kita lakukan adalah bagaimana berjuang mengalahkan pandemi Covid-19 ini.

Karena hijrah itu bergerak sepanjang hayat, berhijrah juga meninggalkan segala hal yang buruk baik, negatif, maksiat, kondisi yang tidak kondusif di rumah, kampung dan tempat kerja menuju keadaan yang lebih baik, positif dan kondisi yang menguntungkan serta menata diri melawan semua penyakit hati.

Seperti kondisi kita hari ini yang sedang menghadapi Pandemi Covid-19.
Sungguh, wabah Covid-19 ini telah menyita perhatian semua pihak di seluruh dunia, termasuk pemangku jabatan di negara kita dan terus berjuang untuk bisa keluar dari keadaan sulit ini.

Akibatnya, kondisi hari ini telah mempengaruhi psikologi masyarakat, rasa khawatir, cemas dan rasa was-was terhadap penyebaran penyakit tersebut, sehingga saat ini mereka lebih fokus ke Covid-19.

Tentu, berbagai kebijakan pemerintah terus dilakukan sebagai bentuk ikhtiar melawan pandemi ini. Pemerintah mencari cara dan solusi terbaik untuk menghentikan ganasnya Covid-19. Mulai dari penerapan protokol kesehatan, vaksinasi, hingga pemberlakuan PPKM. Berbagai kebijakan ini bertujuan agar kita dapat segera keluar dari pandemi ini.

Namun, pemerintah tidak bisa bergerak sendiri. Sejatinya, kondisi hari ini mampu menyatukan kita, bersama-sama hijrah, meninggalkan perbedaan warna politik, dan sepakat berhijrah untuk keadaan lebih baik, sabar dan ikhlas meninggalkan banyak hal yang biasa dilakukan dalam keadaan normal demi mewujudkan keadaan lebih baik.

Kita harus hijrah untuk berjuang melawan ini, dari normal menjadi new normal, berhenti dan menghentikan hoax dan provokatif, mengambil peran masing-masing untuk bersama sama berjuang, sampai akhirnya kita menikmati kemenangan bersama, menang melawan pandemi.

Hijrah di tengah pandemi ini bukan berarti lari dari daerah atau negara kita, akan tetapi ikhtiar untuk mewujudkan kondisi lebih baik. Menjalani anjuran medis dan kebijakan pemerintah dalam melawan Covid-19, terus bergerak ke arah lebih baik dengan komitmen dan konsekuensi yang harus dilakukan untuk berpindah dari keadaan yang buruk menjadi keadaan yang baik, dari kondisi yang sudah baik menjadi kondisi yang lebih baik, itulah hijrah di tengah pandemi.

Disampaikan dalam beberapa literatur bahwa hijrah terbagi menjadi dua macam. Pertama, hijrah makaniyah yakni berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Kedua, hijrah maknawiyah yakni mengubah diri, dari yang buruk menjadi lebih baik demi mengharap keridhaan Allah SWT, dari maksiat menuju ketaatan.

Meski saat ini kita tidak lagi dituntut berhijrah dari satu tempat ke tempat lain karena alasan musuh dan faktor yang membahayakan bagi diri dan agama, sejatinya kita dapat mengambil makna hijrah secara maknawi. Ikhtiar berjuang untuk kondisi lebih baik, menjadi insan lebih baik dan terus bergerak ke arah lebih baik, karena berpindah dari keadaan yang semula buruk menjadi keadaan yang baik, dari kondisi yang sudah baik menjadi kondisi yang lebih baik, itulah hijrah.

Setelah berikhtiar dengan berbagai usaha, kini saatnya kita mengetuk pintu langit bermunajat pada Tuhan, siapapun anak negeri tak terkecuali untuk mengadah tangan memohon ampun dan pertolongan Allah SWT.

Meluangkan waktu sejenak dan menghentikan aktivitas lain, untuk bermunajat meminta kepada Allah agar wabah ini segera berakhir. Selain berdoa di rumah secara individu, jamaah, juga selipkan doa dan qunut nazilah di dalam shalat.

Tak hanya itu, agar pandemi ini segera berakhir, ambillah peran masing-masing, saling mendukung dan membantu sesama dan senantiasa menebar kebaikan, juga amanah bagi yang menjalankan tugas.

Hijrah tidak boleh salah kaprah, hijrah bukanlah tren atau mazhab, bukan milik sebagian kelompok. Namun, hijrah adalah keharusan, milik semua insan untuk terus-menerus memperbaiki diri. Memperbaiki cara berpikir, cara berucap, serta bersikap, sehingga dengan berhijrah kita bertekad bagaimana menjadi hamba yang baik menurut Allah.

Untuk kita semua, bersiap-siaplah untuk hijrah, hijrah ke arah yang lebih baik dalam segala aspek selama menjalani kehidupan dan kini saatnya kita Hijrah menuju keadaan lebih baik, melawan pandemi dan wabah Covid 19 ini segera pergi, damai negeri ini.[]


Penulis: Muhammad Nasril, Lc.,MA (Penghulu Muda KUA Kuta Malaka)


Editor: Indah

Tags:

Opini Lainnya Lihat Semua

M. Fuad Nasar (mantan Sesditjen Bimas Islam. Saat ini Kepala Biro AUPK UIN Imam Bonjol Padang)
Imsak Setelah Puasa

Keislaman Lainnya Lihat Semua