Buddha

Kedamaian

Ilustrasi

Ilustrasi

Natthi ràgasamo aggi, natthi dosasamo kali, natthi khandhasamà dukkha, natthi santiparam sukham

Tiada api yang menyamai nafsu keinginan, tiada kejahatan yang menyamai kebencian, tiada penderitaan yang menyamai makhluk hidup, tiada kebahagiaan yang lebih tinggi dari kedamaian Nibbana. (Dhammapada, Syair: 202)

Kedamaian adalah dambaan setiap orang. Banyak orang pergi ke tempat-tempat yang hening, indah, dan jauh dari kebisingan untuk memperoleh rasa damai. Melepaskan penat, kebosanan dan masalah dengan cara duduk rileks menikmati keheningan dan keindahan semesta. Di sana mereka menemukan damai bebas dari beban hidup. Meski hanya sesaat tetapi mampu memberi energi hidup yang bermanfaat untuk dibawa kembali dalam dunia nyata yakni dunia kerja, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Bagaimana jika kita tidak mempunyai cukup waktu, uang dan kesempatan untuk dapat menikmati tempat-tempat hening tersebut? Atau saat mestinya menikmati moment tersebut, kita justru semakin terbayang masalah-masalah dan beban hidup kita sehingga tidak memperoleh kedamaian tetapi sebaliknya malah over thinking.

Damai adalah ketiadaan konflik baik konflik internal (di dalam diri, konflik batin) maupun konflik eksternal (diri dengan yang di luar diri). Konflik ini muncul karena ada pikiran, ucapan maupun tindakan yang tidak selaras dengan hukum alam semesta. Ketidakmampuan menyelaraskan dengan hukum alam semesta membuat kesenjangan antara keinginan dan kenyataan. Di sinilah ketidakdamaian muncul, konflik batin terjadi dan tidak jarang pula membesar menjadi konflik eksternal.

Damai bukanlah given tetapi proses latihan dan pembiasaan pikiran sehingga dapat lentur menghadapi berbagai kemungkinan hidup. Kelenturan pikiran memungkinkan kita mudah beradaptasi dalam berbagai kondisi sehingga tetap muncul kontrol diri. Yang membuat kita tidak lentur adalah keinginan yang dipaksakan dan menimbulkan obesesi (nafsu). Jika nafsu keinginan tersebut terpenuhi akan terus menerus minta dipenuhi (keserakahan) tetapi jika keinginan tersebut tidak terpenuhi muncullah kebencian. Keserakahan dan kebencian merupakan penghalang sulitnya memperoleh kedamaian. Meskipun kita duduk hening menikmati tempat yang indah, jika pikiran terus saja dipenuhi kebencian dan keserakahan akan sangat sulit merasakan damai. Hanya ketika pikiran bisa meletakkan benci dan serakah meskipun hanya sesaat maka pikiran menjadi damai.

Mengamati munculnya benci dan serakah sebagai reaksi atas keinginan yang muncul adalah salah satu latihan membangun kedamaian dari dalam. Inner peace akan berpengaruh pada ucapan dan perilaku kita saat menghadapi berbagai persoalan. Respon yang muncul dari inner peace tidak lain adalah respon baik yang tidak akan melukai orang lain. Ucapan dan tindakan yang disertai kewaspadaan sehingga meminimalisir munculnya konflik-konflik eksternal. Jika tiap tiap individu dapat mengembangkan inner peace akan sangat mungkin menghadirkan kedamaian bersama.

Selamat melatih diri untuk mengembangkan inner peace, semoga kedamaian ada pada diri kita. Semoga semua makhluk hidup berbahagia.


Fotografer: Istimewa

Buddha Lainnya Lihat Semua

Ilustrasi
Kasih Sayang Ibu
Buddha Wacana
Keyakinan Benar

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua

Khutbah Jumat
Keagungan Ramadan