Daerah

Kerukunan Umat Beragama Maluku Utara Bisa Jadi Contoh Daerah Lain

Jakarta,26/5 (Pinmas)--Kerukunan antar umat beragama di Maluku Utara, dapat dijadikan contoh bagi daerah-daerah lain di Indonesia, khususnya daerah yang rawan konflik. Ini ditegaskan Nuhrison M Nuh, peneliti utama Puslitbang Kehidupan Keagamaan Depag dalam pertemuan antar tokoh umat beragama di Kantor Litbang, Depag, Jakarta (26/5). ``Pemeliharaan kerukunan umat beragama di sana dilakukan oleh semua pihak. Namun yang paling utama adalah para pemuka agama serta pemerintah daerah.

Yang juga melibatkan pimpinan ormas keagamaan, guru, keluarga serta masyarakat itu sendiri. Tentunya ini bisa dijadikan sebagai contoh bagi umat yang lain,`` papar Nuhrison. Paparan Nuhrison merupakan pembekalan bagi tokoh-tokoh atau pemuka agama di tingkat pusat, menjelang keberangkatan ke Maluku Utara untuk melakukan dialog dan audiensi dengan pemuka agama di Provinsi Ternate dan kabupaten Halmahera Barat.

Pagi dinihari ini (27/5), rombongan pemuka agama pusat beserta litbang Depag yang berjumlah sekitar 30 orang, bertolak ke Maluku Utara. Selain akan beraudiensi dengan semua umat dari seluruh agama yang ada di Maluku Utara, rombongan juga dijadwalkan mengunjungi tempat-tempat ibadah seluruh agama yang ada di sana. Dikatakan Nuhrison, pasca kerusuhan di Maluku dan Maluku Utara beberapa waktu silam, masyarakat di Maluku Utara makin erat rasa persaudaraan dan kerukunannya antar umat beragama.

``Mereka saling menjaga, sangat berhati-hati jika berbicara karena takut menyinggung umat beragama lain. Yang paling menonjol, mereka semua sepakat untuk menjadikan musuh bersama, siapapun yang mencoba mengusik atau mengganggu kerukunan beragama yang sudah terjalin sangat harmonis saat ini,`` tandas Nuhrison.

Bahkan digambarkan Nuhrison, karena eratnya hubungan persaudaraan antar agama, ada hal-hal yang sangat unik dan mungkin baru terjadi di Maluku Utara. Misalnya dalam satu kegiatan keagamaan umat Islam, nanti biasanya ketua panitianya adalah orang Kristen. Demikian juga sebaliknya.

Bila ada perayaan keagamaan umat Nasrani, ketua panitianya adalah orang Islam,`` katanya. Pada kesempatan yang sama, Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan Depag, Abdul Rahman Mas`ud, mengungkapkan bahwa kegiatan ini dimaksudkan dapat terjalinnya hubungan yang lebih harmonis antara para pemimpin agama dari agama yang berbeda.

``Juga diharapkan dapat memperluas wawasan multikultural serta meningkatkan keterbukaan, saling pengertian, serta saling menghargai di antara pemimpin agama di pusat dan daerah,`` kata Mas`ud. Selain itu menurut Mas`ud, juga untuk membangun visi dan misi bersama tentang pemeliharaan kerukunan umat beragama ke depan.

``Serta menginventarisir kearifan-kearifan lokal yang dapat mendukung kerukunan umat beragama. Dengan kegiatan ini pula, berbagai sekat perbedaan baik vertikal maupun horisontal yang ada dalam masyarakat, diharapkan dapat terjembatani,`` ungkap Mas`ud. (rep/ts)

Daerah Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua