Opini

Kiat Menumbuhkan Kasih Sayang

Ihsan Faisal

Ihsan Faisal

Salah satu potensi manusia yang Tuhan berikan adalah memiliki kasih dan sayang. Kasih dan sayang inipun termasuk di antara nama Allah (Al-Asma al-Husna), Rahman dan Rahim. Dengan kata lain, ketika manusia bisa mengaktualisasikan kasih dan sayangnya, pada hakikatnya ia sudah mengaktualisasikan nama Tuhannya.

Potensi rasa itulah yang bisa mengekspresikan kasih dan sayang manusia. Seorang ayah atau ibu akan senantiasa mencurahkan kasih sayangnya kepada anak yang mereka cintai, secara alami tanpa didorong pretensi apapun. Bahkan induk ayampun akan melindungi anak-anaknya secara alami, karena ‘kasih sayang’ yang dimilikinya.

Kasih dan sayang muncul dari dalam manusia, bersumber dari hati. Hati itu sendiri memiliki kecenderungan potensi naik turun (fluktuatif). Karena itu perlu perawatan yang rutin dan baik untuk menjaga kualitas kasih sayang. Sebagai bahan pengetahuan, ada beberapa kiat untuk menumbuhkan kasih sayang, di antaranya :

Pertama, Ikhbaru Hubbah (melihat atau memberitakan sisi positif dari seseorang). Seorang shaleh, Lukmanul Hakim pernah mengatakan kepada anaknya, “Ananda, lupakanlah kebaikanmu pada orang lain dan lupakanlah kejelekan orang lain kepadamu.” Senantiasa mengedepankan sikap berbaik sangka (husnudzan) pada orang lain akan berbalik pada diri kita sendiri. Ketika selalu melihat sisi positif atau kebaikan orang lain, maka yang akan muncul dari diri kita adalah kasih dan sayang antar sesama, begitupun sebaliknya.

Kedua, Al-Du’a fi al-Dhuhri wa al-Ghaib (mendoakan orang lain di waktu ada ataupun tidak). Mendoakan orang lain tidak perlu diktehaui oleh yang bersangkutan. Hakikatnya itulah makna keikhlasan dalam berdoa. Seorang anak yang shaleh akan senantiasa mendoakan orang tuanya walaupun mereka sudah tiada dan itu termasuk pada kategori amal jariyah. Dua sahabat yang baik akan selalu saling mendoakan satu sama lain tanpa harus memberitahukan bahwa ia mendoakan saudaranya. Rasul SAW bersabda dalam sebuah hadits, “sebaik-baik doa seseorang adalah mendoakan orang lain yang tidak mengetahui bahwa ia didoakan.”

Ketiga, Abghathul Wajhi (memberikan senyum kegembiraan). Ekspresi wajah seseorang akan mengindikasikan isi hati orang tersebut. Saling memberikan senyum kegemberiaan ketika bertemu/bersua akan mempererat kasih sayang sesama manusia. Respon positif berupa senyum kegembiraan akan dinilai lebih berharga daripada hanya sekedar materi semata. Satu contoh, petugas resepsionis yang baik akan memberikan kesan pada konsumennya manakala ia selalu memberi senyum persahabatan/kegembiraan. Rasul SAW bahkan menegaskan bahwa “Senyumanmu pada saudaramu adalah termasuk shadaqah.”

Keempat, Al-Mushafahah (bersalaman ketika bertemu). Secara psikologis, bersalaman tangan dengan lawan bicara akan mempererat ikatan batin. Eratnya bersalaman akan memberikan kesan tersendiri bagi orang yang melakukannya. Beda dengan orang yang bersalaman dengan asal-asalan, tidak ada kontak mata, dan sebagainya. Rasul SAW berpesan, “Ketika dua orang bersalaman, maka dosa keduanya akan bercucuran dari tangannya.”

Kelima, Ziyarah (saling mengunjungi/shilaturahim). Intensitas berkunjung antar sesama manusia akan mempengaruhi nilai kasih sayang. Semakin sering berkunjung, akan semakin mengetahui kondisi seseorang dan semakin memupuk kasih dan sayang antar sesama. Doa yang keluar dari lisan kedua orang yang saling berkunjung pun akan saling tersampaikan. Rasul SAW memberikan motivasi, “Jika ingin panjang umur dan banyak rezeki, maka saling berkunjunglah.”

Keenam, Tahniah (menyampaikan ucapan selamat). Saling memberikan ucapan selamat (congratulation) kepada saudara kita yang mendapatkan kebahagiaan, kesenangan, prestasi, kebahagiaan dan sebagainya bisa menumbuhkan kasih sayang tersendiri. Sejatinya manusia itu memiliki kebutuhan terhadap penghargaan atau pengakuan. Berikanlah penghargaan atau ucapan selamat, sekecil apapun, untuk menambah kasih sayang. Bahkan Allah SWT menyuruh kita, “Jika kamu diberi penghargaan, maka balaslah dengan yang lebih baik atau yang semisalnya.”

Ketujuh, Ihtimam (ada perhatian/kepedulian). Perhatian atau kepedulian antar sesama bisa membuktikan kasih dan sayang yang ada. Dari hal tersebut, muncullah sikap simpati, empati, dan sebagainya. Perhatian atau kepedulian, sekecil apapun, yang diberikan adalah bentuk nyata ekspresi hati manusia. Rasul SAW menegaskan, “Barangsiapa yang tidak peduli dengan urusan kaum muslim yang lain, maka ia bukan dari golongan mereka.”

Kedelapan, melaksanakan hak-hak sesama muslim. Dalam keterangan sebuah hadits disebutkan bahwa hak antar sesama muslim setidaknya ada enam hal: saling mengucapkan salam, saling memberi nasihat, saling menengok, saling mendoakan yang bersin, saling menepati undangan, dan menziarahai orang yang meninggal.

Kesembilan, Tahaadii (saling memberi hadiah). Saling memberi hadiah termasuk pada kategori shadaqah, apalagi disertai pada momen-momen tertentu. Hakikatnya bukan hadiah berupa fisik/materi yang diberikan, tapi rasa perhatian yang ada dari si pemberi. Seorang ibu yang memberikan hadiah buat anaknya karena prestasi, maka sebenarnya bukan materi semata yang ia berikan. Lebih dari itu, dia memberikan rasa sayangnya kepada anak tersebut. Motivasi tersebut diberikan oleh Rasul SAW dalam sebuah haditsnya, “Saling memberi hadiahlah, niscaya kalian akan saling mencinta.”

Pada akhirnya kita ingat hadits qudsi, “Irhamuu man fil ardh, yarhamkum man fissamaa’i (sayangilah makhluk yang ada di bumi, niscaya akan menyayangimu yang di langit).

Ihsan Faisal (Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah)

Opini Lainnya Lihat Semua

M. Fuad Nasar (mantan Sesditjen Bimas Islam. Saat ini Kepala Biro AUPK UIN Imam Bonjol Padang)
Imsak Setelah Puasa

Keislaman Lainnya Lihat Semua

Ahmad Zainul Hamdi, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kemenag RI
Kenangan dan Kemenangan