Internasional

Konferensi Internasional Perguruan Tinggi Buddha, Kemenag: Jadikan Borobudur Pusat Studi dan Inspirasi

Staf Khusus Menteri Agama bidang Media dan Komunikasi Wibowo Prasetyo

Staf Khusus Menteri Agama bidang Media dan Komunikasi Wibowo Prasetyo

Magelang (Kemenag) --- Kementerian Agama hari ini menggelar International Buddhist Conference of Indonesia di kawasan Candi Borobudur, Magelang. Konferensi internasional ini diselenggarakan bekerja sama dengan Asosiasi Perguruan Tinggi Agama Buddha Indonesia.

Staf Khusus Menteri Agama bidang Media dan Komunikasi Wibowo Prasetyo mengapresiasi konferensi internasional yang melibatkan para akademisi Buddhist.

Mengangkat tema: “Encountering the Sacred: Borobudur as A Site of Pilgrimage and Tourism for the Buddhist World”, Wibowo melihat konferensi ini semakin menguatkan komitmen bersama dalam mewujudkan Candi Borobudur sebagai tempat peribadahan bagi umat Buddha Indonesia dan dunia. Komitmen ini tertuang dalam nota kesepakatan bersama antara 4 Menteri dan 2 Gubernur yang ditandatangani bersama pada Februari 2022.

"International Buddhist Conference of Indonesia ini menjadi momentum yang sangat tepat untuk menjadikan Candi Borobudur sebagai pusat studi dan inspirasi bagi kita semua dalam membangun peradaban baru," tegas Wibowo saat memberi sambutan mewakili Menteri Agama, di Magelang, Jumat (18/11/2022).

Hadir, Dirjen Bimas Buddha Supriyadi serta sejumlah tokoh agama dan masyarakat Buddha, Kemenko PMK dan lainnya.

Menurutnya, keberadaan Candi Borobudur tidak hanya untuk dikagumi keindahan seni arsitektur dan relief-reliefnya. Lebih dari itu, Candi Borobudur juga harus dikembangkan fungsinya sebagai sumber inspirasi dan juga kekuatan spiritualitasnya. Dalam pengembangannya sebagai daya tarik wisata, kata Wibowo, perlu memperhatikan unsur pendidikan sebagai nilai utama yang harus disampaikan kepada pengunjung, sehingga mendapatkan pengalaman berwisata yang lebih bermakna.

"Berbagai kegiatan dalam pemanfaatan dan pengembangan tentu tetap memperhatikan keberadaan Candi Borobudur sebagai warisan dunia yang harus dijaga kelestariannya, agar anak cucu kita juga dapat memiliki kebanggaan terhadap para pendahulunya," pesannya.

Candi Borobudur, terang Wibowo, dibangun sebagai simbol keagungan ajaran Buddha. Banyak ditemukan berbagai kajian bahwa agama Buddha yang telah lama tumbuh berkembang di Indonesia, nilai-nilai ajaran Buddha dituangkan dalam relief candi Borobudur. Karena itu, ujarnya, tidak berlebihan jika kemudian Candi Borobudur disebut sebagai piwulang atau pelajaran dari ajaran Agama Buddha Nusantara.

"Atas dasar itulah umat Buddha menempatkan Candi Borobudur sebagai tempat suci yang patut untuk dikunjungi, bukan hanya semata-mata melakukan Dharmayatra ke India," ujarnya.

Setiap umat Buddha, lanjut Wibowo, tentu ingin ber-dharmayatra ke tempat-tempat suci yang berkaitan dengan kehidupan Buddha sebagaimana yang dijelaskan dalam Mahaparinibana sutta. Namun, kata dia, berkunjung ke tempat yang berkaitan dengan Dhamma seperti mengunjungi Candi Borobudur, merupakan perilaku baik untuk memupuk kebajikan dan keberkahan.

"Umat Buddha Indonesia hendaknya memiliki kebanggaan tersendiri atas keberadaan Candi Borobudur, sebagai karya agung, yang tiada duanya di dunia," tuturnya.

Wibowo berharap, upaya-upaya luhur yang telah dilakukan selama ini dapat meningkatkan kualitas kehidupan keeagamaan umat Buddha. Selain itu, umat Buddha juga dapat kembali menjalankan rutinitas ritualnya di Candi Borobudur. Umat Buddha kembali menjalankan tradisinya leluhurnya, melakukan puja tidak hanya di vihara, akan tetapi juga kembali melakukan ritual puja di candi-candi suci, seperti Candi Borobudur.

"Sangat diharapkan ke depan, umat Buddha akan terus mengisi ruang-ruang suci di Candi Borobudur dengan berbagai kegiatan keagamaan, sehingga akan menumbuhkan kembali kekuatan keyakinan umat Buddha Indonesia dan dinia," tandasnya.

Konferensi internasional ini dihadiri kurang lebih 10 negara dan partisipan dari luar negeri sekitar 20 orang serta peserta kita sekitar 300, 400 orang dilaksanakan di Bukit Dagi. Mereka antara lain berasal dari Sri Lanka, Thailand, Myanmar, Vietnam, India, Amerika, Nepal, Kamboja.


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Internasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua