Opini

Marhaban Bulan Penuh Berkah

Menag Yaqut Cholil Qoumas

Menag Yaqut Cholil Qoumas

Allah SWT kembali mempertemukan umat Islam dengan bulan suci Ramadan 1444 H. Berdasarkan sidang Isbat, umat Islam akan memulai ibadah puasa Ramadan mulai Kamis (23/3/2023) besok. Sudah selayaknya umat Islam bergembira menyambut kehadiran bulan penuh berkah ini. Bulan ini istimewa karena di dalamnya terdapat Lailatul Qadar yang nilainya lebih baik dari pada seribu bulan dan Al-Qur'an diturunkan. Pada bulan ini pula, seluruh pahala ibadah dilipatgandakan.

Pada bulan Ramadan, umat Islam diwajibkan melaksanakan puasa selama sebulan penuh. Melalui puasa diharapkan umat beriman menjadi orang yang bertakwa (muttaqin). Muttaqin merupakan derajat kemanusiaan tertinggi yang membedakan secara substantif antara satu manusia dengan manusia lainnya. Suatu gabungan kualitas paripurna seseorang yang beriman. Wujud dan aktualitasnya bisa berupa dan tidak hanya sebatas kesalehan ritual dan sosial semata. Mungkin lebih dari itu.

Setiap muslim memiliki pengalaman unik dan bersifat individual saat berpuasa di bulan Ramadan. Bahkan, orang yang sama bisa jadi mengalami 'rasa' yang berbeda saat berpuasa di moment Ramadan yang berbeda. Adakalanya Ramadan dijalani dengan asyik dan penuh makna. Di saat yang lain terasa biasa-biasa saja atau bahkan hambar. Ramadan tak bermakna apa-apa. Rasa yang berbeda saat menjalani puasa Ramadan, sangat mungkin berkaitan dengan kualitas taqwa diri dan kesiapan batin kita untuk menyambut dan menjalaninya.

Umat Islam masih terus mencari jawaban mengapa perintah berpuasa (QS, 2: 183) dihubungkan dengan harapan agar pelakunya menjadi muttaqin (la'allakum tattaqun)? Mengapa pula pahala puasa dirahasiakan dan Allah SWT sendiri yang akan membalasnya nanti? Apakah karena berpuasa merupakan ibadah sirri (rahasia)? Mungkin. Nyata memang, tidak ada orang yang tahu saat kita berpuasa, kecuali diri sendiri dan Allah SWT. Jawaban atas pertanyaan itu akan kita temukan sendiri saat kita berpuasa.

Tepat jika ada yang berpandangan bahwa Ramadan merupakan madrasah ruhani. Tempat di mana umat Islam belajar banyak hal, baik secara teori maupun praktik langsung. Ramadan mengajarkan umat Islam tentang ikhlas dalam beribadah. Jadi, jalankan saja perintah-Nya, soal pahala bukanlah urusan manusia. Yang paling penting bagi hamba adalah menunjukan totalitas dan ketaatan kepada-Nya. Pasti Allah SWT akan mengkalkulasi seluruh amal saleh kita.

Tidak sebagaimana salat, zakat apalagi haji, puasa betul-betul merupakan ibadah ruhani yang tidak kasat mata. Tidak ada orang yang tahu apakah kita sedang berpuasa atau tidak. Soal makan sahur dan berbuka puasa bukan penanda ia berpuasa. Karena banyak orang yang melakukan dua hal itu, tetapi seharian ia makan dan minum seperti biasa.

Berpuasa mengajarkan umat Islam beribadah tanpa pamer (flexing/ riya). Dengan latihan ini, diharapkan ibadah-ibadah yang lain dilakukan penuh keikhlasan dan semata berharap ridha-Nya. Sebagai manusia biasa, menerapkan laku ikhlas dalam kehidupan tidak mudah. Karena itu dibutuhkan latihan. Ramadan merupakan wahana yang pas untuk berlatih memendam motif duniawi itu.

Puasa yang secara bahasa berarti menahan (al-imsak) merupakan arena yang tepat agar setiap orang melatih kontrol diri. Kontrol diri berisi gabungan nilai-nilai utama yang dapat mengantarkan seseorang memiliki kualitas hidup yang paripurna (muttaqin). Di dalam sikap menahan diri, ada nilai kesabaran, tahan banting, kedisiplinan, berorientasi target, taat pada aturan dan sekaligus merasakan kedekatan kepada-Nya.

Sekian jenis makanan dan minuman yang dihidangkan, tidak akan mengganggu puasanya. Sebab orang yang berpuasa tahu bahwa sebelum waktu magrib tiba, segala hal yang membatalkan puasa harus dihindari. Ia harus sabar menunggu dan tetap beraktifitas seperti biasa supaya kesabarannya menunggu tidak mengintimidasi batin.

Berpuasa jelas merupakan ibadah yang sangat berat. Penyebabnya karena ada kewajiban menahan diri untuk melakukan hal yang sebelumnya dibolehkan selama sebelas bulan. Semua orang akan rewel dan bahkan marah jika kesukaannya dilarang. Melalui puasa, kita diajarkan untuk mengendalikan nafsu hewaniah agar tunduk pada hatinya.

Puasa mengajarkan pelakunya untuk disiplin dan berorientasi target. Perintah berpuasa Ramadan selama sebulan penuh. Sampai Idul Fitri tiba, jangan pernah tidak berpuasa, jika tidak berhalangan syar'i. Jangan berhenti berpuasa jika belum sampai penghujung Ramadan. Rasulullah SAW memberikan panduan praktis bagaimana puasa dilakukan. Mengakhirkan makan sahur dan menyegerakan berbuka puasa pada waktunya.

Jika waktu sahur habis dan tanda imsak berbunyi, saatnya umat Islam berhenti makan dan minum. Jika bedug magrib tiba, jangan tunda dan segera berbuka puasa. Waktunya sahur kita sahur. Waktunya berbuka puasa kita berbuka dan waktunya berpuasa kita berpuasa. Ramadan melatih umat Islam untuk disiplin saat menjalankan kewajiban.

Rasulullah SAW memotivasi umatnya untuk bergembira saat menyambut Ramadan. Suatu kegembiraan yang akan membuat orang berpuasa betul-betul menikmati indahnya beribadah. Kegembiraan ini juga tidak hanya monopoli umat Islam saja. Semua orang yang beragam keyakinannya, merasakan atmosfer kehadiran Ramadan dan berharap mendapat berkahnya.

Di bulan ini, aktivitas ibadah melejit, semangat mencari ilmu dan berbagi kebahagiaan bertambah, ekonomi bergerak dan semoga kualitas ketakwaan juga meningkat. Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadan 1444 H.

Yaqut Cholil Qoumas (Menteri Agama RI)

Artikel ini sebelumnya terbit di detiknews pada Rabu (22/3/2023), dengan judul "Marhaban Bulan Penuh Berkah".


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Fadhlillah Hafizhan M

Opini Lainnya Lihat Semua

Keislaman Lainnya Lihat Semua

Ruchman Basori (Inspektur Wilayah II, Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI)
Puasa Birokrat