Nasional

Membantu Makhluk Lain Mencapai Kebahagiaan

Tanca kammamkatam sadhu, yankatva nanutappati yassa patito sumano, vipakampatisevati. Jika suatu perbuatan setelah selesai dilakukan tidak membuat seseorang menyesal, maka perbuatan itu adalah perbuatan baik. Orang itu akan menerima buah perbuatannya dengan hati yang gembira dan puas. (Dhammapada, Syair 68)

Setiap perbuatan yang dilakukan tentu didasari oleh kehendak. Apabila kita membantu orang lain, hal itu juga didasari oleh kehendak. Menolong orang, membantu orang, tentu ada kehendak yang mendasarinya.

Dalam kehidupan ini akan menjadi lebih bermakna jika seseorang memiliki kepedulian terhadap sesama. Memberi, membantu atau menolong orang merupakan salah satu wujud sikap kepedulian. Sikap seseorang yang membuka hati dan mengulurkan tangan kepada siapa saja yang membutuhkan pertolongan.

Perbuatan memberi merupakan perbuatan baik. Dalam kehidupan bermasyarakat tradisi budaya memberi ini masih menghiasi tradisi budaya di masyarakat Indonesia.

Tradisi yang masih berkembang di masyarakat itu seperti memberikan sumbangan pada saat suatu keluarga memiliki hajatan, demikian pula tradisi gotong-royong atau kerja bakti di lingkungan tempat tinggal yang tanpa undangan seluruh anggota masyarakat datang saling membantu. Kedatangan mereka bukan karena dipaksa namun tumbuh dari kesadarannya sebagai anggota masyarakat.

Dalam Buddha Dhamma, sikap tolong menolong merupakan landasan dasar berbuat kebajikan. Perbuatan memberi itulah yang akan membangun sikap kepedulian. Praktik memberi ini hendaknya dilakukan secara terus-menerus sehingga menjadi kebiasaan hidup.

Guru Agung Buddha mengajarkan hendaknya orang memberi walaupun hanya sedikit kepada yang membutuhkan. Untuk itu semangat yang harus dibangun adalah tekad untuk menolong orang lain. Jika kita memang dapat menolong orang lain, kita perlu untuk segera melakukannya. Namun jika ternyata kita belum mampu, maka setidaknya kita dapat menahan diri untuk tidak merugikan orang lain. Karena itulah budaya tolong menolong dengan memberi akan membuat hidup menjadi lebih bermakna.

Ajaran Guru Agung Buddha mengingatkan kepada para siswanya untuk mengembangkan sikap kepedulian kepada sesama ini. Hal itu jelas tertuang dalam Kitab Samyutta Nikaya, yang menyatakan:

“Mengembaralah, O Para Bhikkhu, demi kesejahteraan banyak makhluk, demi kebahagiaan banyak makhluk, demi belas kasih terhadap dunia, demi kebaikan, kesejahteraan, dan kebahagiaan para dewa dan manusia”.

Sangat jelas bahwa Guru Agung Buddha berpesan agar setiap perbuatan yang dilakukan tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri, tetapi juga memperhatikan kepentingan orang lain. Sehingga, dapat terwujud kebahagiaan, kebaikan, dan kesejahteraan bersama.

Untuk dapat mengembangkan diri sebagai orang yang peduli, yang tidak hanya mementingkan kesejahteraannya sendiri, tetapi juga untuk kesejahteraan orang lain, Guru Agung Buddha telah menunjukkan jalan agar ketika seseorang berlatih untuk melenyapkan nafsu, kebencian, dan delusinya sendiri, ia juga mendorong orang lain untuk melenyapkan nafsu, kebencian dan delusi mereka. Dengan cara itu maka sikap dan perilaku sabar, rendah hati, tidak mencelakai, cinta kasih, dan simpati akan tumbuh dan berkembang menghiasi kehidupannya. Hal itu mengandung makna bahwa seseorang telah mampu melindungi dirinya sendiri dan juga melindungi orang lain.

Seiring dengan itu Yang Mulia Bante Sri Pannavaro Mahathera memberikan pesan bijak, agar kita terus maju, dengan Khanti dan Viriya; sabar dan berjuang dengan tekun dan ulet, tidak mudah menyerah serta tidak mudah mengeluh. Sikap itulah yang dibutuhkan untuk maju, untuk mengurangi penderitaan, untuk mencapai kebahagiaan tertinggi.

Janganlah berhenti untuk selalu berbuat baik, demi kebahagian dan kesejahteraan semua makhluk. Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Caliadi (Dirjen Bimas Buddha)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua