Kristen

Memperhatikan Anugerah Tuhan (Amsal 27:23-27)

Pdt. Hendy Ferli Nggosual, S.Th

Pdt. Hendy Ferli Nggosual, S.Th

Untuk memahami teks Amsal 27:23-27, maka kita akan membaginya dalam beberapa bagian melalui pendekatan semacam seseorang yang sedang mengembangkan ekonomi. Memang, pesan dalam ayat 23-27 secara sepintas cukup mendukung ide ini.

Paling tidak dalam mengembangkan ekonomi ada tiga hal yang harus kita perhatikan, yaitu: modal (ay. 23), proses (ay. 25), dan hasil (ay. 26-27). Selanjutnya pada bagian akhir penjelasan teks ini akan kita kaitkan secara rohani (ay. 24).

1. Modal. Ayat 23 mengatakan bahwa kenalilah baik-baik keadaan kambing dombamu, perhatikanlah kawanan ternakmu. Dengan kata lain, kita perlu memperhatikan dengan serius anugerah Tuhan yang ada pada kita. Seringkali ucapan syukur kita hilang bukan karena Tuhan tidak memberikan berkatnya kepada kita, melainkan kita salah dalam memperhatikan.

Paling tidak ada tiga cara yang salah dalam memperhatikan. Pertama, kita cenderung memperhatikan hal-hal besar. Seringkali hal-hal kecil luput dari perhatian kita sehingga kita lupa untuk mengucap syukur. Namun jika kita sungguh-sungguh memperhatikan hidup kita, justru Tuhan menopang hidup kita melalui hal-hal yang kita anggap kecil, misalnya makanan, minuman, kesehatan, dan lainnya.

Kedua, kita cenderung memperhatikan apa yang tidak ada pada kita. Memperhatikan apa yang tidak ada pada kita membuat kita selalu merasa kekurangan. Padahal ada kelebihan lain yang ada pada kita yang tidak kita perhatikan.

Ketiga, kita cenderung memperhatikan apa yang ada pada diri orang lain. Memang tidak salah untuk belajar hal-hal baik dari orang lain. Namun, pada umumnya banyak orang justru memperhatikan apa yang ada pada orang lain bukan untuk belajar hal baik, tetapi justru mengundang rasa iri hati. Oleh karena itu, dalam bagian ini, penulis Amsal mengajarkan agar kita memperhatikan apa yang ada pada kita.

2. Proses. Ayat 25 mengatakan bahwa kalau rumput menghilang dan tunas muda nampak, dan rumput gunung dikumpulkan. Ini merupakan proses yang dilakukan setelah seorang peternak memperhatikan kawanan ternak yang ada padanya (ay. 23). Artinya bahwa tidak cukup hanya memperhatikan, melainkan perlu dilakukan proses agar apa yang dimiliki itu dapat berkembang.

Ayat 25 ini menjelaskan tentang pemanfaatan setiap musim dalam peternakan. Pada musim panas, seorang peternak membawa kawanan ternaknya di padang rumput agar ternak dapat langsung makan rumput yang segar. Hal ini ditunjukkan dalam kalimat: kalau rumput menghilang dan tunas muda nampak (ay. 25a).

Rumput menghilang itu karena ternak telah memakan rumput yang ada. Selanjutnya pada musim dingin, peternak mengumpulkan rumput kemudian membawanya ke kandang ternak agar ternaknya dapat makan. Hal ini ditunjukkan dalam kalimat: dan rumput gunung dikumpulkan (ay. 25b).

Dari bagian ini kita belajar bahwa diperlukan sebuah proses kerja keras untuk dapat mengembangkan apa yang ada pada kita. Kerja keras itu meliputi pemanfaatan kesempatan (musim panas dan musim dingin) yang Tuhan berikan kepada kita.

Pertanyaan penting yang perlu kita jawab adalah apa artinya berkerja? Memang berkerja merupakan sebuah proses untuk mengembangkan apa yang Tuhan telah berikan kepada kita. Tetapi di sisi lain, ada hal yang lebih penting.

Pertama, orang yang bekerja akan melihat jauh lebih banyak campur tangan Tuhan dalam kehidupannya. Ayat 25 ini menyatakan bahwa peternak hanya mengerjakan sebagian kecil yang mampu dikerjakannya, yaitu membawa ternak ke padang rumput pada musim panas dan mengumpulkan rumput di musim dingin. Selebihnya dalam hal menumbuhkan rumput itu adalah pekerjaan Tuhan. Jadi, Tuhan melakukan jauh lebih banyak dari apa yang dapat kita lakukan. Hanya orang yang melalui proses yang dapat melihat dan menikmati itu semua.

Kedua, melalui pekerjaan, Tuhan menyibukkan kita dengan hal-hal baik agar kita tidak punya waktu untuk melakukan hal-hal buruk. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bekerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, melainkan juga merupakan anugerah Tuhan agar kita lupa melakukan hal-hal buruk karena kita disibukkan dengan pekerjaan kita.

3. Hasil. Benarlah apa yang dikatakan orang bahwa proses tidak mengkhianati hasil. Proses yang baik akan membuahkan hasil yang baik pula (ay. 26-27). Namun tidak berhenti sampai di situ, hasil yang telah kita terima melalui proses yang ada, perlu kita pergunakan dengan baik sebagai bentuk pertanggungjawaban kita kepada Tuhan.

Dalam ayat 26-27, paling tidak ada tiga cara untuk mempertanggungjawabkan hasil yang telah kita terima. Pertama, menggunakan hasil untuk kebutuhan. Hal ini dapat kita lihat dari kalimat: maka engkau mempunyai domba-domba muda untuk pakaianmu (ay. 26a). Bulu dari domba-domba muda memang sangat baik digunakan sebagai bahan untuk membuat pakaian pada waktu itu. Yang kita perlu perhatikan adalah hasil yang diperoleh digunakan untuk pakaian.

Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Oleh sebab itu, hasil yang sudah diperoleh harus digunakan untuk hal-hal yang benar-benar menjadi kebutuhan. Uang pasti akan cukup jika digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, tapi tidak akan pernah cukup jika untuk memuaskan gaya hidup.

Kedua, menggunakan hasil untuk menunjang kehidupan masa depan. Hal ini dapat dilihat dari kalimat: dan kambing-kambing jantan untuk pembeli ladang (ay. 26b). Mengapa hasil harus digunakan untuk membeli ladang? Karena ladang akan berguna bagi kehidupan anak cucu ke depan. Oleh sebab itu, hasil yang kita dapatkan hari ini, pergunakanlah untuk sesuatu yang berguna bagi masa depan.

Ketiga, mempergunakan hasil untuk kebutuhan orang-orang di sekitar kita (ay. 27). Dalam ayat 27 ini ada penyebutan keluargamu dan pelayan-pelayanmu. Ini menunjukkan orang-orang yang ada di sekitar kita. Oleh karena itu, penggunaan setiap hasil harus membawa manfaat bagi orang lain. Permasalahan kebanyakan orang Kristen adalah bukan pada Tuhan tidak memberkati, tetapi salah dalam mempergunakan berkat Tuhan.

4. Bagaimana dengan hal-hal rohani? Ayat 24 muncul sebagai alasan mengapa kita harus memperhatikan hal-hal jasmani yang ada pada kita. Ayat 24 ini mengalihkan fokus pembaca dari dimensi jasmani masuk ke dalam dimensi rohani.

Penulis Amsal menyampaikan bahwa kita perlu memperhatikan dengan seksama hal-hal jasmani yang merupakan anugerah Tuhan agar kita menyadari kefanaan dari hal-hal itu. Kesadaran akan kefanaan dari hal-hal jasmani akan membuat kita mengalihkan pandangan kita kepada hal-hal kekal. Dengan kata lain, hal-hal jasmani kita harus perhatikan dengan baik, apa lagi hal-hal rohani. Peringatan akan kefanaan hal-hal jasmani dalam ayat 24, merupakan hal yang sangat penting agar kita tidak berfokus kepada hal-hal jasmani saja.

Pertanyaan selanjutnya, apakah hal-hal rohani juga memiliki modal, proses, dan hasil? Ya!

a. Modalnya adalah karya penebusan Kristus. Melalui karya penebusan Kristus, kita yang berdosa menjadi anak-anak Allah, yang tentunya diperlengkapi dengan potensi-potensi rohani.

b. Proses adalah pergumulan hidup sehari-hari orang percaya. Potensi-potensi rohani perlu kita kembangkan agar makin bertumbuh dan berkembang. Allah seringkali menggunakan pergumulan-pergumulan hidup sebagai sarana untuk mengembangkan potensi-potensi rohani yang kita miliki.

c. Hasil adalah kemuliaan Allah dan kesaksian hidup yang menjadi berkat bagi orang lain.

Pdt. Hendy Ferli Nggosual, S.Th (Gereja Eleos Indonesia Jemaat Batangono Kecamatan Buko, Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah)


Fotografer: Istimewa

Kristen Lainnya Lihat Semua

Pdt. Dr. Andreas Agus (Rohaniwan Kristen)
Layak Dipercaya

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua

Khutbah Jumat
Keagungan Ramadan