Opini

Memperkuat Mentalitas dan Kemandirian Mahasiswa Melalui PBAK

Riswadi

Riswadi

“Ikat pinggangnya mana?!” teriak kakak-kakak komite disiplin (komdis) ospek salah satu perguruan tinggi yang kemudian viral di media sosial. Peristiwa tersebut direkam oleh peserta ospek melalui smartphone, dan akhirnya dishare ke media sosial yang mengundang kemarahan warganet.

Peristiwa ospek di kampus tersebut lalu menjadi topik pembahasan. Sosok mbak yang kata warganet mirip Suzanna dan Mas yang mirip Arya Wiguna itu telah mencuri perhatian.

Istilah ospek sudah tidak digunakan lagi pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam binaan Kementerian Agama. Istilah ini telah diganti dengan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) seiring terbitna Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 4962 Tahun 2016 tentang Pedoman Umum PBAK.

Pedoman tersebut mengatur bahwa PBAK memiliki fungsi untuk mendidik, membimbing, dan mengarahkan peserta untuk mengenali dan memahami sistem pendidikan di lingkungan PTKI. PBAK wajib diikuti mahasiswa baru, termasuk juga mahasiswa lama yang belum pernah mengikuti. PBAK menjadi persyaratan penyelesaian studi dan persyaratan menjadi pengurus lembaga kemahasiswaan.

Keikutsertaan dalam PBAK penting karena dinilai sebagai sarana efektif bagi mahasiswa, utamanya yang baru, untuk memahami lingkungan serta budaya akademik kampus. Apalagi sistem pembelajaran kampus menuntut kemandirian mahasiswa. Sehingga, penting bagi mereka memahami sejak dini terkait tempat belajar, sarana prasarana pendukung dalam pembelajaran, civitas akademika kampus, model pembelajaran, administrasi pembelajaran, dan lainnya.

Selain pengenalan, PBAK juga sarana melatih mental mahasiswa dan menumbuhkan kemandirian. Konsepnya dilakukan dalam batas nilai-nilai edukatif. Karenanya, teguran dengan suara keras, tidak identik dengan kemarahan, tapi dilakukan dalam batas melatih mental. Penugasan yang diberikan bukan berorientasi mempersulit, tapi melatih kemandirian. Jadi, PBAK bukan latihan kekerasan, tapi latihan mental dan kemandirian.

Hujair AH. Sanaky dalam “Masa Orientasi Siswa dan Mahasiswa Mewujudkan Pendidikan Tanpa Kekerasan” membagi tiga jenis kekerasan. Pertama, kekerasan terbuka. Yaitu, kekerasan yang dilakukan seseorang terhadap orang lain yang dapat dilihat dan diamati secara langsung, seperti perkelahian, tawuran, bentrokan massa, dan yang berkaitan dengan tindakan fisik lainnya. Kedua, kekerasan tertutup. Yaitu, kekerasan yang dilakukan seseorang terhadap orang lain secara tersembunyi, seperti mengancam dan intimidasi. Ketiga, kekerasan agresif. Yaitu, kekerasan yang dilakukan seseorang terhadap orang lain dengan tujuan mendapatkan sesuatu, seperti perampokan, pemerkosaan, dan lainnya.

Penyelenggaraan PBAK tidak dan tidak boleh dilakukan dalam konteks tiga jenis kekerasan tersebut. PBAK adalah kegiatan edukatif dalam rangka melatih mental dan kemandirian. Jika dalam prosesnya ada panitia atau aktor pembina yang keliru dan mengarah pada tindak kekerasan, kewajiban bersama, termasuk peserta PBAK untuk menyampaikan koreksi dan kritiknya.

Pedoman sudah mengatur sejumlah kegiatan yang dilakukan dalam PBAK untuk mencapai tujuan. Misalnya, dalam rangka memperkuat mental, giat PBAK yang bisa dilakukan antara lain latihan: (a) mengingat Tuhan sesering mungkin, (b) berpikir positif, (c) asah kemampuan diri, (d) olah raga, (e) bijak bermedia sosial, dan beragam aktifitas luar ruangan yang melatih tanggung jawab dan keberanian mengambil resiko

Sementara kegiatan PBAK yang bertujuan melatih kemandirian antara lain: (1) disiplin mengurus diri sendiri, (2) melatih inisiatif dan kepekaan, (3) menghargai waktu, dan aktivitas lainnya.

Selamat mengikuti PBAK Mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI). Mandiri dan bermental kuat, spiritualitas, disiplin, tekun, pantang menyerah, kreatif dan inovatif menjadi bagian kunci sukses belajar di kampus.

Riswadi, M.Pd. (ASN pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Samarinda Kalimantan Timur)

Tags:

Opini Lainnya Lihat Semua

M. Fuad Nasar (mantan Sesditjen Bimas Islam. Saat ini Kepala Biro AUPK UIN Imam Bonjol Padang)
Imsak Setelah Puasa

Keislaman Lainnya Lihat Semua

Ahmad Zainul Hamdi, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kemenag RI
Kenangan dan Kemenangan