Nasional

Menanti Bersama Santa Maria dan Santo Yusuf

Saat memasuki minggu ke-4 adven, kita diberi tokoh yang sangat mengagumkan yakni Bunda Maria dan Santo Yusuf untuk kita teladani dalam masa khusus penantian ini. Meskipun Bunda Maria begitu sempurna dan Santo Yusuf terhitung orang saleh, mereka berdua masih sepenuhnya adalah manusia. Hati manusiawi yang penuh dengan kesediaan total inilah, landasan pijak Allah untuk memilih dan menetapkan keduanya sebagai orang yang amat berkenan mempersiapkan kelahiran Sang Juru Selamat, Tuhan kita Yesus Kristus.

Maria yang siap mengandung dan melahirkan Yesus dengan segala emosi dan pengalaman manusiawinya adalah Maria yang taat, Maria yang mendengarkan, Maria yang beriman total tanpa syarat, tanpa memperhitungkan untung rugi secara manusiawi. Fiatnya menjadi dasar jawaban yang tepat: ‘Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu’.

Demikian halnya dengan Santo Yusuf, ia menerima Maria dengan segala emosi dan pengalaman manusiawinya. Ia dihadapkan dengan misteri yang luar biasa saat dia menemukan istrinya sedang mengandung. Dia mengenal Maria sebagai wanita dengan kebajikan dan kekudusan yang luar biasa dan kini ia harus menerima kenyataan kehamilan Maria yang tak terduga itu.

Bahkan, setelah malaikat menampakkan diri kepadanya dalam mimpi, dia pasti masih memiliki pertanyaan yang muncul dalam pikirannya saat menghadapi situasi itu. Namun imannya kepada Tuhan mengatasi segala emosi dan kenyataan manusiawinya. Ia taat kepada Tuhan.

Dalam keadaan demikian, keduanya, Bunda Maria dan Santo Yusuf, tetap menaruh harapan yang kokoh, mendasarkan iman yang teguh dan kasih yang murni kepada Tuhan dan sungguh menyadari bahwa Allahlah yang menghendaki semuanya ini. Allah bertanggung jawab untuk membuat kemuliaan-Nya menjadi nyata.

Baik Bunda Maria maupun Santo Yusuf, keduanya adalah model iman dan ketaatan yang luar biasa. Mereka taat kepada kehendak Allah terlepas dari kenyataan bahwa kehendak itu begitu misterius dan tak terduga. Mereka adalah saksi pertama atas keselamatan dunia dan tindakan terhebat yang pernah ada. Mereka berdua menghayati misteri ini dan menerimanya dengan iman.

Inilah undangan Tuhan sekaligus undangan Tuhan untuk kita: untuk merangkul misteri kehidupan ini, selalu siap dalam semangat kepasrahan yang total hanya kepada Allah. Allah yang berkenan mendiami hati kita sebagai kemah Ilahi. Hati yang siap, hati yang taat, hati yang beriman.

Daud, dalam bacaan I menghendaki Allah berdiam dalam rumah yang ingin didirikan dengan tangan manusiawinya. Namun melalui Natan, Daud diingatkan agar hanya kepada apa yang Dia kehendaki, Daud boleh menjalankan keinginannya. Dan Tuhan menghendaki agar Allah menetap dalam kemah kediaman yang diciptakan melalui campur tangan Allah sendiri. ‘Kepada keturunanmu yang Aku kehendaki, Aku mau tinggal.’ Dan Daud taat.

Pada zaman putranya Salomo, keinginan Daud baru terwujud. Cara Tuhan, sering lebih dari yang dapat kita pahami dan rasakan. Maria dan Yusuf memberi kita kesaksian tentang bagimana kita menerima setiap misteri yang Tuhan inginkan untuk kita ikuti.

Semoga kita selalu terbuka untuk berkata “ya” kepada kehendak Allah seperti Bunda Maria dan Santo Yusuf. Dan semoga jawaban “ya” kita ini mewarnai hari-hari kita, teristimewa dalam menyambut kehadiran Tuhan dalam hati dan hidup kita.

Bersama Maria dan Yusuf, kita siap menyambut kelahiran Sang Juru Selamat. Amin.

Agustinus Tungga Gempa (Direktur Pendidikan Katolik)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua