Nasional

Mengapa Jemaah Indonesia tak Lakukan Tarwiyah?

MINA, (MCH) Sebagian besar jemaah haji dari seluruh dunia mabit di Mina, tanggal 8 Zulhijah atau 25 November malam untuk melakukan tarwiyah di Mina. Pagi setelah subuh, 26 November, mereka kemudian menuju ke Arafah untuk melakukan wukuf di Arafah, dari mulai matahari tergelincir ke arah Barat hingga matahari terbenam, atau dari zuhur hingga magrib. Hanya jemaah Indonesia yang malam itu tidak melakukan tarwiyah, sebagaimana Rasulullah pernah mencontohkannya. Mengapa jemaah Indonesia sejak 8 Zulhijah atau 25 November langsung menuju ke Arafah, bukan melakukan tarwiyah di Mina? Jemaah haji Indonesia jumlahnya sekitar 200.000 orang. Kalau mereka melakukan tarwiyah di Mina pada malam 8 Zulhijah, dan pagi hari setelah subuh harus ke Arafah, maka jemaah haji belum tentu sampai ke Arafah pada saat zuhur. Bahkan hingga waktu magrib datang pun belum tentu jemaah Indonesia sudah tiba di Arafah. Padahal, inti ibadah haji adalah wukuf. Padahal, tidaklah berhaji seseorang yang tidak wukuf pada tanggal 9 Zulhijah. Selain teknis transportasi yang sangat menyulitkan bagi Muassasah (panitia penyelenggara haji Arab Saudi) maupun Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia, kesehatan jemaah haji Indonesia juga amat rentan. Bayangkan, tanggal 25 malam, jemaah di Mina, pagi hari harus ke Arafah, zuhur wukuf, setelah magrib berjalan menuju ke Muzdalifah, baru setelah malam sekitar pukul 00.00 WAS, jemaah menuju Mina. Setibanya di Mina, jemaah melontar Jumrah Aqabah. Sebagian jemaah kemudian baru bisa beristirahat di tenda di Mina. Meski demikian, sebagian jemaah langsung menuju ke Masjidilharam untuk melaksanakan Tawaf Ifadhah yang dilanjutkan dengan sai dan tahalul. Usai melaksanakan tawaf dan sai, jemaah kembali ke Mina. Semua aktivitas itu sesungguhnya tidak menghabiskan energi jika dilakukan menggunakan kendaraan, apalagi kendaraan sendiri. Tapi, menunaikan ibadah haji tidak dapat dilakukan sendiri. Semua dilakukan secara bersama-sama dalam satu kloter atau setidaknya dalam satu rombongan atau satu regu. Perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain tidak cukup ditempuh dalam waktu satu atau dua jam, tapi berjam-jam. Bahkan, perjalanan dari Arafah menuju Mina yang dapat ditempuh dalam waktu 30 menit dalam keadaan normal, bisa ditempuh dalam waktu lebih dari 10 jam saat wukuf. Selain sopir yang tidak hafal jalan, kondisi Arafah, Muzdalifah, dan Mina memang amat padat. Berjalan satu atau dua meter memerlukan waktu puluhan menit. Maklum, tiga juta orang turun ke Armina. Dalam kondisi yang demikian padat dengan jadwal yang sangat ketat, maka kesehatan jemaah menjadi pertaruhan. Itulah sebabnya, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk tidak melakukan tarwiyah di Mina pada tanggal 8 Zulhijah malam, melainkan langsung menuju ke Arafah. Meski demikian, PPIH tidak melarang jemaah Indonesia bergabung dengan jemaah lain untuk melakukan tarwiyah. Syaratnya, kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH) yang menyelenggarakn tarwiyah harus menandatangani surat perjanjian bahwa mereka bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi dalam pelaksanaan tarwiyah tersebut. KBIH atau jemaah haji yang melakukan tarwiyah ini kemudian disebut "tanazzul", atau keluar dari rombongan, sehingga segala risiko, termasuk kemungkinan tidak mendapatkan wukuf di Arafah ditanggung masing-masing jemaah. Apa yang dilakukan jemaah saat di Mina untuk tarwiyah? Mabit, yaitu berdiam diri. Secara harfiah, sekadar ada di Mina saat malam tarwiyah sudah termasuk mabit. Bahkan sekadar makan dan minum atau sekadar merebus mie di Mina, maka jemaah tersebut disebut telah mabit. Namun secara spiritual, malam tarwiyah sangat utama dan mengikuti sunah Rasul. Pada malam itu, jemaah melakukan salat fardhu dengan cara dijamak dan qashar. Dan malam tarwiyah merupakan malam yang terkabul doa-doanya jemaah haji. Maka alangkah sayangnya, jika seseorang sudah tanazzul dari kloternya, kemudian melaksanakan tarwiyah tapi tidak berdoa. Memanjatkan doa untuk kebaikan diri, kebaikan keluarga, sanak saudara dan handai tolan, serta untuk agama dan tanah air adalah aktivitas terbaik yang dapat disumbangkan jemaah bagi kehidupan. (Wachu)
Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua