Khonghucu

Mengelola dan Memilah Emosi

Dewi Laras Bumi, (Mahasiswi STIKIN, Purwokerto)

Dewi Laras Bumi, (Mahasiswi STIKIN, Purwokerto)

Hanya Kebajikan Tian Berkenan, Wei De Dong Tian. Dalam Kitab Thai Hak Bab VII:1, disebutkan: “Adapun yang dinamai untuk membina diri, harus terlebih dahulu membina hati,, itu ialah diri yang diliputi geram dan marah; tidak dapat berbuat lurus, yang diliputi takut dan khawatir tidak dapat berbuat lurus, yang diliputi suka dan gemar, tidak dapat berbuat lurus, dan yang diliputi sedih dan sesal, tidak dapat berbuat lurus.”

Perasaan merupakan salah satu bagian dari diri manusia. Manusia mempunyai perasaan atau emosi yang akan timbul dalam kehidupannya. Jiwa manusia dalam kehidupannya mempunyai tiga tingkatan kesadaran, yaitu sadar (concious), prasadar (preconcious), dak tak-sadar (unconscious). Adanya alam bawah sadar sangat mengendalikan perilaku manusia. Maka hanya dengan kesadaran kita dapat menimbang segala sesuatu agar semuanya dapat terkendali, tidak condong berlebihan namun seimbang.

Ketika sesuatu hal memantik emosi kita pada saat yang tidak tepat, maka sebagian orang dengan mudah tersulut dan memporak-porandakan segalanya. Ketika seseorang mengalami rasa takut yang berlebihan, sebagian orang dengan mudah melakukan hal-hal yang bahkan terasa konyol dan bodoh, misalnya dengan mencelakakan dirinya sendiri.

Perasaan bahagia atau senang yang berlebihan akan menjadi tidak baik jika diekspresikan dengan tindakan yang tidak terpuji. Misalnya, ketika sekelompok pelajar yang merayakan kelulusannya dengan mencoret-coret pakaian dan konvoi berkendara yang mengakibatkan kegaduhan di tempat umum. Manusia sesungguhnya telah diberikan cipta, rasa, dan karsa untuk mengelola segala hal atau perasaan-perasaan yang terjadi dari dalam atau luar dirinya yang bahkan bisa dikendalikan oleh dirinya sendiri. Manusia memegang kendali penuh atas apapun yang terjadi dalam kehidupannya. Apakah yang dimaksud dengan mengelola emosi? Bagaimana cara cerdas dalam mengelola emosi?

Psikolog Paul Ekman (1970) mengidentifikasi enam emosi dasar yang secara universal dialami manusia, yakni marah, takut, kaget, jijik, sedih, dan bahagia. Selanjutnya perasaan sombong, malu, dan gembira juga ditambahkan ke daftar emosi dasar tersebut. Secara umum, emosi dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Perasaan yang menyenangkan seperti bahagia dan gembira termasuk sebagai emosi positif. Sedangkan contoh emosi negatif paling umum adalah perasaan marah atau perasaan tidak menyenangkan. Jika perasaan negatif ini tidak dikendalikan, maka dapat menyebabkan perbuatan yang mungkin saja akan mengacaukan . Walaupun termasuk emosi negatif, marah merupakan salah satu emosi dasar manusia.

Bagaimana seorang ibu yang mengalami mom shaming (ketika bertemu teman lalu temannya mengatakan gendut, banyak lemak, tidak bisa menjaga badan setelah melahirkan dan menyusui dan sebagainya). Reaksi setiap orang akan berbeda-beda, tergantung dengan kondisi seseorang pada saat itu. Reaksi ibu ketika dalam keadaan yang baik, mungkin ibu itu hanya tersenyum dan akan mengabaikan perbincangan itu lalu mencari bahan pembicaraan lain yang lebih positif. Atau, ia akan memasukan kata-kata negatif itu ke dalam hatinya lalu bersedih atas perilaku orang lain kepadanya.

Baik juga, ketika mengalami perlakuan yang tidak baik dari orang lain, secara verbal atau non verbal, langsung menyampaikan bahwa kita tidak suka diperlakukan seperti itu dalam bahasa yang baik, namun tegas. Ini supaya orang lain tahu bahwa tindakannya tidak baik dan segera menyadari kesalahannya. Selain kita harus sadar akan segala tindakan kita dalam bersosialisasi dengan orang lain, kita juga sangat boleh untuk menyadarkan orang lain yang tipis akan tingkat kesadarannya.

Reaksi ketika marah pun dibedakan menjadi dua bagian, ada marah yang sehat dan marah yang tidak sehat. Demi kesehatan mental, seyogyanya kita perlu mengelola setiap perasaan yang muncul dengan baik. Tidak terlalu menyerap atau beraksi atas apa yang tidak bisa kita kontrol dari luar, seperti perkataan atau perbuatan orang lain terhadap kita. Marah yang sehat merupakan kemarahan yang dilandasi alasan tepat dan diekspresikan secara proporsional. Sedangkan marah yang tidak sehat tidak dilandasi alasan kuat dan diekspresikan dalam tindakan destruktif.

Dari sini terlihat, penting bagi kita untuk memahami beberapa faktor yang memengaruhi kondisi emosi, yaitu mengelola emosi secara cerdas di semua kondisi. Apa yang harus dilakukan ketika sedang marah dan bagaimana cara melepaskan emosi negatif? Mari kita urai satu per satu.

1. Saat ada kejadian yang tiba-tiba membuat marah, sebaiknya kita langsung mengambil jeda beberapa detik untuk menenangkan diri. Pejamkan mata dan tarik napas yang dalam secara perlahan. Ini dapat membuat kita merasa lebih nyaman. Kemampuan untuk melakukan self-hypnosis akan sangat membantu.

2. Sesederhana menulis kalimat positif atau membuat jurnal harian atau melakukan hal-hal produktif yang positif, yang tentunya kita sukai.

3. Salah satu cara melepaskan emosi negatif yang efektif adalah melakukan aktivitas olahraga secara rutin. Dengan berolahraga, tubuh akan menghasilkan hormon endorfin yang mendorong munculnya paradigma positif. Jika tidak sempat, sesederhana kita melakukan peregangan otot dengan menggerakkan tangan, leher, dan kaki.

4. Cara mengelola emosi selanjutnya adalah dengan mendengarkan musik yang disukai. Carilah tempat yang tenang dan gunakan earphone untuk mendengarkan lagu favorit. Biarkan alunan lagu mengikis emosi negatif yang sedang dirasakan.

5. Melakukan hal positif yang menyenangkan misalnya dengan merawat tanaman, memasak, melukis, dan lain-lain.

Tertulis dalam Kitab Tyong Yong Bab Utama:4, “Gembira, marah, sedih, senang, sebelum timbul itu dinamai tengah, setelah timbul tetapi masih tetap di dalam batas tengah, dinamai harmonis. Tengah itulah pokok besar daripada dunia dan keharmonisan itulah cara menempuh jalan suci di dunia.”

Emosi yang positif akan membawa dampak yang baik bagi tubuh kita. Rasa senang, bahagia, sering tersenyum akan memacu hormon yang baik pada tubuh kita sehingga tubuh kita pun akan menjadi sehat dan pikiran kita akan jauh lebih positif. Emosi positif tidak hanya perasaan senang atau bahagia saja,tapi berani, simpati, damai, tenang, cinta kasih juga termasuk ke dalam bagian dari emosi yang positif. Maka, energi inilah yang perlu kita kembangkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Namun tentunya, dalam menjalani kehidupan kita tidak akan hanya mengalami emosi yang positif saja. Orang yang dominan dalam memiliki emosi negatif adalah adalah orang yang sebenarnya hanya butuh mengenal dirinya. Untuk itu sebagai manusia hendaknya kita mengenali diri kita sendiri, tahu bagaimana memperlakukan diri dengan baik dengan hal yang sederhana misalnya mencintai diri apa adanya tanpa harus membandingkan diri dengan orang lain. Sebenarnya yang memiliki perasaan takut yang besar, menyembunyikan kelemahannya, depresi, trauma masa lalu atau bahkan terlalu sering diperlakukan tidak baik oleh orang lain.

Berdamai dengan diri sendiri, mau menerima kekurangan diri adalah kunci utama untuk terbebas dari perasaan yang negatif. Ketika kita terluka oleh pasangan yang kita cintai, Ketika seseorang bersedih karena kehilangan, Ketika seseorang mengalami kegagalan akan suatu pencapaian dalam hidup, pasti hal ini akan menganggu kondisi kesahatan mental dan emosi. Emosi negatif seperti kemarahan pasti dimiliki oleh semua manusia. Rasa marah ini dapat muncul kapan saja sesuai dengan kejadian yang dialami masing-masing orang.

Menguasai cara mengelola emosi dengan cerdas, maka kita tidak perlu khawatir dengan berbagai kondisi yang harus dihadapi. Selanjutnya penting untuk kita membangun spiritualitas dalam diri kita supaya semuanya bisa berjalan seimbang antara fisik, mental dan rohani. Ketika tubuh kita sehat, mental kita kuat dan kebutuhan rohani kita terpenuhi maka apapun yang akan kita hadapi di depan, niscaya akan bisa dihadapi.

“Gembira, marah sedih, takut, hanyalah emosi atau perasaan yang sementara. Belajar untuk tidak terpengaruh oleh hal-hal yang datang dari luar diri dan mengingatkan diri untuk selalu sadar bahwa kita tidak dapat mengendalikan hal yang ada dari luar diri kita. Maka, satu-satunya cara adalah mengenal dengan baik diri sendiri dan tahu bagaimana cara mengendalikan emosi atau rasa yang sedang terjadi dalam diri.” Shanzai

Dewi Laras Bumi, (Mahasiswi STIKIN, Purwokerto)


Fotografer: Istimewa

Khonghucu Lainnya Lihat Semua

Js Jenny Sudjiono (Rohaniwan Khonghucu)
Berkah di Jalan Tian

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua

Khutbah Jumat
Keagungan Ramadan