Khonghucu

Mengembangkan Laku Bakti dalam Kehidupan

Ws. Wichandra, SE (Rohaniwan Khonghucu)

Ws. Wichandra, SE (Rohaniwan Khonghucu)

“Di antara watak-watak yang terdapat di antara langit dan bumi, sesungguhnya manusialah yang termulia. Di antara perilaku manusia tiada yang lebih besar daripada Laku bakti. Di dalam Laku Bakti tiada yang lebih besar daripada penuh hormat dan memuliakan orangtua. Hormat memuliakan orangtua itu tiada yang lebih besar daripada selaras dan harmonis kepada Tuhan" ( Xiao Jing IX : 1-2 )

Tidak ada manusia yang terlahir ke atas dunia ini tanpa melalui orangtua. Mengembangkan laku bakti merupakan kewajiban bagi setiap manusia yang terlahir ke atas dunia ini. Disabdakan di dalam Kitab Xiao Jing (Kitab Bakti), “Laku bakti itulah Pokok Kebajikan dan daripadanya ajaran agama akan berkembang."

Dijelaskan dalam ayat suci tersebut, bahwa kewajiban berbakti memiliki nilai tertinggi di dalam kehidupan. Bagaimana kita bisa berbuat kebajikan-kebajikan lainnya, apabila untuk melakukan bakti saja tidak dapat kita laksanakan. Melalui laku bakti inilah, maka kewajiban-kewajiban kita di dunia ini dapat berkembang dengan baik sesuai dengan tuntunan agama.

Laku bakti merupakan salah satu ajaran Nabi Kongzi, yang dimulai dari yang dekat dan pada akhirnya meliputi kenyataan yang ada di alam semesta ini. Penerapan Bakti dimulai dari yang paling dekat, yakni hubungan antara orangtua dan anak, hubungan pengikut dan seterusnya sampai menjangkau yang lebih jauh yaitu hubungan dengan alam dan Tian.

Sebagai anak sepantasnya berbakti kepada orangtua yang telah menjadi perantara Tian memberikan kehidupan di atas dunia ini. Kehidupan yang diterima sudah selayaknya patut disyukuri, karena merupakan anugerah Tian. Hormat dan patuh kepada orang tua adalah langkah awal untuk sujud dan taat kepada Tian.

Orang tua merupakan sosok yang wajib kita hormati, muliakan dan banggakan di dalam kehidupan ini. Semasa hidup mereka, kita harus berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakannya. Sebab, kapan lagi kalau tidak saat ini. Orangtua dengan penuh kasih sayang telah menjaga, merawat, dan membesarkan kita.

Kemudian apakah yang menjadi kewajiban kita dalam membahagiakan mereka? "Jalan Suci antara ayah dan anak itulah oleh watak sejati karunia Tian. Seorang anak menerima hidupnya dari ayah bunda. Adakah pemberian yang lebih besar daripada ini? Maka, bila orang tidak mencintai orangtuanya, tetapi dapat mencintai orang lain, itulah Kebajikan yang terbalik. Tidak hormat kepada orangtuanya, tetapi dapat dapat hormat kepada orang lain, itulah Kesusilaan yang terbalik."

Di dalam Kitab Lun Yu (Sabda Suci ) II: 5, disabdakan: “Pada saat orang tua masih hidup, layanilah sesuai dengan kesusilaan….”. Melayani dengan Kesusilaan yaitu memperlakukan orangtua dengan penuh hormat, sopan santun yang dipenuhi dengan ketulusan hati.

Dijelaskan di dalam Lun Yu (Sabda Suci) II: 7-8: "Sekarang yang dikatakan laku bakti katanya asal dapat memelihara, tetapi anjing dan kudapun dapat memberi pemeliharaan. Bila tidak disertai hormat, apa bedanya? Sikap wajarlah yang sukar. Ada pekerjaan, anak melakukan sekuat tenaga. Ada anggur dan makanan, lebih dahulu disuguhkan kepada orangtua, kalau hanya demikian saja, cukupkah dinamai laku bakti?”

Dari ayat suci tersebut kita diingatkan kembali, bagaimana seharusnya memperlakukan orang tua saat kita melayani mereka. Terkadang ada rasa malas, enggan, terpaksa dan sebagainya saat kita melayani mereka. Seharusnya kita mengingat budi kecintaan mereka dalam menjaga dan merawat kita, bagaimana mereka dengan penuh kasih sayang dengan ketulusan hati yang luar biasa dilakukan hanya demi kita semua. Mereka mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran, bahkan materi hanya untuk kebahagiaan kita.

Mereka kurang tidur, saat kita terbangun di malam hari karena lapar, buang air kecil atau buang air besar. Dengan ketulusan, mereka tanpa menggerutu dan terpaksa melayani kita. Kita dibesarkan dengan penuh kasih sayang, dijaga jangan sampai cedera saat bermain, merawat saat kita sakit, dan sebagainya dalam membahagiakan kita. Maka sudah menjadi kewajiban kita dalam membalas budi kecintaan mereka dengan ketulusan hati juga.

Apa yang harus dilakukan kita sebagai anak terhadap orang tua? Di dalam Kitab Xiao Jing Bab X: “Demikianlah seorang anak berbakti mengabdi/ melayani orangtuanya. Di rumah, sikapnya sungguh hormat; di dalam merawatnya sungguh-sungguh berusaha memberi kebahagiaan; saat orang tua sakit, ia sungguh-sungguh prihatin; di dalam berkabung, ia sungguh-sungguh bersedih; dan di dalam menyembahyanginya, ia melakukan dengan sungguh-sungguh hormat. Orang yang dapat melaksanakan lima perkara ini, ia benar-benar boleh dinamai melakukan pengabdian kepada orangtua".

Dari ayat suci tersebut sudahkah kita melakukan itu semua? Mari kita merenungkan kembali. Memang di dalam melayani/mengabdi kepada orangtua bukanlah perkara mudah untuk dilakukan, namun setidak-tidaknya kita harus berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakannya.

Dijelaskan pula ada tiga tingkatan berbakti yaitu Laku Bakti yang besar ialah mampu memuliakan orangtua; yang kedua, tidak memalukan orangtua; dan yang terendah, hanya mampu memberi perawatan.

Hal memuliakan orangtua, mengandung makna, bahwa derajat orangtua harus kita jungjung di mana pun kita berada, jangan sampai kita merendahkan martabat orangtua kita sendiri, seperti menceritakan kekurangan yang dimilikinya.

Hal tidak memalukan orang tua mengandung makna bahwa di dalam kita berperilaku dan berbuat di dalam kehidupan, tidak merusak nama baik orangtua karena perbuatan kita yang tercela. Pertaruhan perbuatan baik atau buruk yang kita lakukan pasti akan membawa nama orangtua.

Hal hanya mampu memberi perawatan mengandung makna bahwa kita harus memberi pelayanan kepada orangtua dalam kondisi apapun, yang dilandasi dengan ketulusan. Jangan sampai terjadi kita menyia-nyiakan orangtua, seperti menempatkan di panti jompo atau panti sosial.

Dalam memberi perawatan memiliki tiga jenis perbuatan yang dapat kita lakukan, yaitu: 1) yang kecil: hanya menggunakan tenaga; 2) yang sedang: dengan menggunakan kejeripayahan; 3) yang besar: tidak dapat diukur dengan pikiran.

Karena cinta dan sayangnya sehingga kita melupakan jerih payah, boleh dinamai menggunakan tenaga, menjunjung cinta kasih dan damai-sentosa dalam kebenaran, boleh dinamai menggunakan kejeripayahan, dan yang dapat menyiapkan segala-galanya dalam pengabdian, boleh dinamai tidak dapat diukur dengan pikiran.

Dan perlu diingat, bahwa orangtua bukanlah sosok yang senantiasa sempurna. Mereka juga manusia biasa yang mempunyai kekurangan. Apabila menjumpai kesalahan/ kekurangan orangtua, bukan serta merta kita memarahi atau menghardik dengan keras, namun ada kesusilaan yang harus kita tunjukkan dalam hal ini.

“Di dalam melayani ayah bunda boleh memperingatkan tetapi hendaklah lemah lembut. Bila tidak diturut, bersikaplah lebih hormat dan janganlah melanggar. Meskipun bercapai lelah, janganlah menggerutu".

Bagaimana tanda-tanda anak berbakti? "Pada saat orangtua masih hidup, periksalah cita-citanya; ketika meninggal dunia, periksalah perbuatannya. Bila selama tiga tahun tidak mengubah jalan suci orangtuanya, boleh ia disebut seorang putra yang berbakti".

Orangtua pasti memiliki harapan-harapan terhadap anak-anaknya dan menginginkan anaknya menjadi orang yang sukses, dipenuhi dengan kebahagiaan dan keharmonisan di dalam hidupnya. Mereka tidak menginginkan yang di luar batas kemampuan anaknya, maka menjadi kewajiban anak untuk senantiasa melanjutkan cita-cita mulia daripada orangtuanya. Begitupun dengan pekerjaan mulia, orangtua berharap ada penerus dalam mengembangkan yang sudah dilakukan orangtua, sehingga apabila sudah dilakukan, maka orangtua akan merasa senang dan bahagia.

Orangtua bukanlah sosok yang sempurna, selama menjalankan kehidupannya, banyak perbuatan – perbuatan yang telah dilakukan, apakah perbuatan baik atau tidak baik. Maka tugas seorang anak harus dapat melihat perbuatan-perbuatan apa saja yang telah dilakukan. Andaikan ada perbuatan yang baik, maka dijadikan suri teladan dan apabila ada perbuatan yang tidak baik, maka dijadikan renungan/ pembelajaran untuk tidak diikuti.

Ws. Wichandra, SE (Rohaniwan Khonghucu)


Fotografer: Istimewa

Khonghucu Lainnya Lihat Semua

Js Jenny Sudjiono (Rohaniwan Khonghucu)
Berkah di Jalan Tian

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua