Daerah

Mengenal MAN Manggarai Barat NTT

Gerbang Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT)

Gerbang Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT)

Manggarai Barat (Kemenag) – Berada di dataran tinggi gugusan pulau Flores, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki lanskap pemandangan elok dan menawan laut Labuan Bajo yang indah.

Dari jendela kaca ruangan tata usaha dan mushala, kita bisa melihat laut biru yang tenang dengan kapal-kapal pesiar dan nelayan yang tertambat jangkar di laut, hotel-hotel dan resort mewah yang terus bertumbuh seiring dengan Kawasan Labuan Bajo sebagai salah satu destinasi wisata internasional.

Semula MAN Mabar atau Mangarai Barat merupakan madrasah swasta bernama Madrasah Aliyah Muhammadiyah Labuan Bajo, lalu berubah menjadi MA Swasta Komodo. Selanjutnya, tahun 2008 diusulkan untuk penegerian, dan sejak 2009 menjadi MAN Labuan Bajo.

“Pada perkembangan selanjutnya, nomenklaturnya berubah menjadi MAN Manggarai Barat. Ini MAN satu-satunya di Manggarai Barat,” terang Kepala MAN Mabar Muhamad Wahidsin, Kamis (29/09/2022).

Dikatakan Wahidsin, MAN Mabar memiliki 4 jurusan, yaitu; Agama, IPA, Bahasa, dan IPS, memiliki 22 rombongan belajar, jumlah guru 47 orang, terdiri dari 15 guru PNS, 2 PNS tenaga kependidikan, dan lainnya berstatus honorer. “MAN Mabar secara keseluruhan saat ini memiliki 558 siswa,” kata Wahidsin yang juga alumni angkatan kedua madrasah ini saat masih bernama MA Muhammadiyah Labuan Bajo.

Menurutnya, siswa MAN Mabar berasal dari sejumlah wilayah di Manggarai Barat khususnya di wilayah pulau. Mereka, kata Wahidsin, rata-rata tinggal di kos karena sulit dan mahal kalau setiap hari menyeberang pulau.

Meski berada di daerah yang jauh, MAN Mabar cukup banyak menorehkan prestasi oleh siswa-siswanya. Pada tahun ini, siswa Safira Dwi Putri kelas XII berhasil meraih juara 1 OSN Tingkat Provinsi dan berhak mewakili provinsi NTT ke tingkat nasional untuk mata pelajaran Fisika.

“Tahun ini juga, MAN Mabar mengirim 11 peserta untuk mengikuti Kompetisi Sains Madrasah (KSM) Tingkat Provinsi. Mewakili NTT pada ajang KSM tingkat nasional untuk mata pelajaran Geografi mesti belum meraih juara, dan meraih medali emas beladiri Kempo tingkat Provinsi NTT,” kata Wahidsin.

Raihan prestasi yang diperoleh MAN Mabar ini merupakan buah dari upaya sistemik pembinaan yang dilakukan madrasah. Upaya dilakukan dengan membentuk tim pembinaan KSM, OSN yang dilakukan sejak awal tahun pelajaran.

“Kita sudah lalukan bimbingan terhadap siswa yang berprestasi di setiap kelas, dan bersyukur hasil yang diperoleh saat ini karena kerja keras dan pembinaan yang dilakukan seluruh tim. Prestasi yang diperoleh tidak kebetulan, tapi karena proses pembinaan,” ucapnya.

Menurut Wahidsin, jumlah siswa yang meneruskan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi relatif tinggi. Mereka banyak yang melanjutkan pendidikannya ke sejumlah perguruan tinggi negeri, seperti Universitas Nusa Cendana di Kupang, UIN Alaudin di Sulawesi Selatan, Universitas Mataram, NTB, UIN Yogyakarta, Universitas Brawijaya dan sejumlah perguruan tinggi swasta lainnya di Kupang dan di Pulau Jawa. “Selain meneruskan ke perguruan tinggi, setiap tahunnya ada siswa yang diterima di TNI dan Polri,” terangnya.

Selain pembinaan prestasi siswa, civitas guru MAN Mabar mengintensifkan pembinaan spiritual siswa-siswanya. Selain setiap hari dilakukan shalat zuhur berjamaah, pada setiap Jumat, ketika siswa laki-lakinya shalat Jumat, siswi-siswinya melakukan kajian keagamaan di kelas bersama-sama guru mata pelajaran agama. “Pada waktu tertentu, kami mendatangkan pemateri dari luar untuk kajian-kajian keagamaan siswa-siswa MAN Mabar,” jelas Wahidsin.

Sejatinya, kata Wahidsin, MAN Mabar memiliki asrama bagi siswa. Namun kondisinya tidak baik, dan ada kerusakan di sejumlah titik asrama. Saat ini, ada 14 siswa yang tinggal di asrama, mereka dibimbing oleh salah satu guru yang tinggal bersama mereka. “Kami berharap ada perhatian untuk perbaikan asrama siswa tersebut, karena selain membantu siswa yang berasal dari pulau-pulau juga siswa tersebut dapat bimbingan keagamaan yang baik dari guru asrama,” jelasnya.

Selain kondisi asrama siswa yang perlu perhatian, MAN Mabar menurutnya masih kekurangan ruang kelas, sarana laboratorium kimia, fisika, perpustakaan, dan penunjang lainnya. “Kami berharap, pada tahun depan atau tahun 2024, proposal pengajuan peningkatan sarana prasarana melalui pendanaan SBSN Madrasah dapat dikabulkan,” harap Wahidsin.


Editor: Dodo Murtado
Fotografer: Fadhlillah Hafizhan M

Daerah Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua