Nasional

Menlu Australia: Perjuangan Melawan Teroris Bukan Perang Terhadap Agama Tertentu

Jakarta, 27/2 (Pinmas) - Menteri Luar Negeri Australia Alexander Downer berharap agar masyarakat tidak mendefinisikan perjuangan melawan teroris sebagai perang terhadap agama tertentu, karena akibat salah tafsir dapat memicu perpecahan antar peradaban. "Kita hidup di dunia di mana perjuangan melawan terorisme yang sesungguhnya adalah perjuangan antara pihak toleran melawan intoleran, antara orang dengan akal sehat melawan hawa nafsu dan ekstrimis yang tidak menghargai nilai dari kehidupan, bukan perang antara Islam dan Kristen," kata Downer dalam seminar internasional tentang pencegahan kejahatan yang diselenggarakan Lembaga Cegah Kejahatan Indonesia (LCKI) di Hotel Mulia, Jakarta, Senin, mengenai pengamatannya atas sejumlah aksi terorisme di Indonesia.

Mendefinisikan perang melawan terorisme sebagai perang melawan Islam, kata dia, tidak saja memicu perpecahan antar peradaban tetapi juga memperluas dukungan pada teroris. Menurut dia, upaya melawan terorisme, ekstrimis dan intoleran hendaknya tidak justru memicu konflik yang lebih luas dalam masyarakat. "Kita harus bekerja bersama, warga Australia dan Indonesia, muslim dan non-muslim untuk mengalahkan para pembunuh intoleran. Ada pepatah bagus yang mengatakan, kaum toleran seharusnya tidak mentoleransi intoleran," kata Downer.

Menurut Downer, target dari teroris adalah muslim, kristen, budha, yahudi, hindu, agnostik, atheis, tidak pandang agama, filosofi dan kebangsaannya. Mengenai fenomena bom bunuh diri yang marak beberapa waktu terakhir, Downer berpendapat bahwa sekalipun semua serangan terorisme yang mengakibatkan hilangnya nyawa manusia yang tidak bersalah harus memperoleh perhatian lebih, tetapi bom bunuh diri memang lebih memancing perhatian. Kesediaan dari kaum muda yang salah didik beberapa diantaranya bahkan wanita untuk rela mati dalam aksi terorieme, kata dia, membuat rencana dan eksekusi aksi terorisme menjadi lebih mudah, kerusakan juga lebih besar. "Tetapi yang jauh lebih penting adalah kini serangan bom bunuh diri telah menjadi senjata penting bagi teroris secara politik. Penggunaan bom manusia membuat teroris mencapai publisitas maksimal dari aksinya. Hal itu memungkinkan mereka menampilkan diri dan aksi mereka dalam kerangka heroik," katanya.

Aksi bom bunuh diri, kata dia, juga memungkinkan para teroris menghubungkan aksi mereka dengan sejarah tertentu atau tradisi agama tertentu mengenai pengorbanan diri, sekaligus upaya untuk menggaet sebanyak mungkin orang-orang yang mudah dipengaruhi. "Motivasi para pelaku bom bunuh diri tidak mudah untuk didefinisikan. Kita harus melihat jauh ke dalam slogan mereka dan mempelajari apa yang menyebabkan orang-orang tersebut mau menghancurkan hidup mereka untuk membunuh manusia yang lainnya," katanya.

Sejak serangan 9/11 di AS, kata dia, banyak kalangan akademisi yang tertarik untuk mempelajari psikologi dari teroris dan pelaku bom bunuh diri. Downer menyebutkan bahwa, penelitian dari Robert Pape yang menerbitkan sebuah bank data tentang para pelaku bom bunuh diri sejak 1980-an menunjukkan kenyataan bahwa dalam sejarah tidak ada hubungan spesial antara pelaku bom bunuh diri dengan Islam. Tetapi, lanjut dia, bom bunuh diri kini telah menjadi hal penting bagi teroris transnasional modern, yang biasa dilakukan oleh kelompol Al-Qaeda dan Jamaah Islamiah (JI) yang mengklaim Islam di belakang setiap aksinya. "Tetapi, sebagaimana kaum muslim ketahui, bunuh diri adalah hal yang dilarang dalam Islam, begitu juga pembunuhan," katanya.

Jadi, kata dia, entah bagaimana sehingga para anak muda pengikut JI di Bali dan Jakarta selama empat tahun terakhir yang berpikir membunuh wisatawan, petugas restauran dan pekerja kantor di mana sebagian besar dari korban adalah muslim dapat melakukan aksinya atas nama Tuhan. Menurut Downer, wajar jika muncul rasa marah akibat aksi bom bunuh diri yang menghilangkan nyawa orang. "Tetapi, kita juga harus merasa kasihan pada anak-anak muda yang telah dicuciotaknya sehingga percaya bahwa aksi mereka adalah demi melayani Tuhan," ujarnya. (Ant/Ba)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua