Opini

Pejabat Kemenag: antara Dedikasi dan Public Opinion Maker

Rektor IAIN Surakarta Mudofir Abdullah. (foto: rusdi)

Rektor IAIN Surakarta Mudofir Abdullah. (foto: rusdi)

Dalam pidato penutupan Rakernas di Shangri La Hotel Jakarta, Jumat (25/01), Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (LHS) menekankan kembali tentang pentingnya nilai dedikasi yang harus dimiliki aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Kementerian Agama. Pidato tanpa teks lebih dari satu jam itu berisi penyegaran kembali tentang materi-materi Rakernas yang dimulai sejak 23 sd 25 Januari.

Rakernas dengan tema "Moderasi Beragama untuk Kebersamaan Umat" seperti telah disimpulkan dengan sangat smart oleh pidato penutupan tersebut. Dengan sangat fasih, Menag memaparkan kesimpulan-kesimpulan yang telah dipaparkan para narasumber mulai dari Menkeu Sri Mulyani, Rhenald Kasali, Azyumardi Azra, hingga Inayah Wahid.

Seperti diakui sendiri oleh Menag dan juga Sekjen Kemenag M Nur Kholis Setiawan, narasumber yang dihadirkan adalah para pakar di bidangnya. Mereka dihadirkan untuk mengisi dirkursus penting tentang peran APBN sebagai instrumen pembangunan bangsa (Sri Mulyani), perubahan untuk merespons tantangan peradaban (Rheinald Kasali), perlunya debirokratisasi kampus untuk mengoptimalkan peran para rektor sebagai public opinion maker/leader (Azyumardi Azra), dan pentingnya memahami generasi millineal untuk menutup gap persimpangan antar generasi (Inayah Wahid). Semua ide besar para narasumber, menurut Menag, harus ditujukan untuk memperkuat mantra moderasi beragama, kebersamaan, dan integrasi data.

Dengan nada keras, Menteri LHS mengingatkan agar kepercayaan Tuhan dan negara kepada para peserta Rakernas--yang adalah para pemimpin--derajat diri mereka tidak direduksi oleh perilaku tak terpuji dan sekadar menjadi aparat sipil negara yang bekerja hanya menggugurkan kewajiban. Mereka/kita harus bekerja melampaui kewajiban dengan dasar "nilai dedikasi dan cinta kasih" yang ukuran-ukurannya adalah nilai-nilai ketuhanan dan pengabdian kepada bangsa. Bukan baru mau bekerja karena imbalan dan hukuman--ini model ASN yang mirip masa kanak-kanak. Di level pimipinan, Menag mengutip Azra, mengingatkan agar para pimpinan PTKIN dan para Kanwil jangan hanya menjadi kepala-kepala kantor yang sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan teknis birokratis, tetapi harus memainkan peran profetik sebagai public opinion leader.

Keterpilihan sebagai pemimpin, kata Menag, tidaklah semua orang memilikinya. Karena itu, pikiran dan tindakan kita harus melampaui ukuran-ukuran orang biasa. Ada tuntutan untuk memiliki sikap integratif, inovatif, profesional, tanggung jawab, dan keteladanan. Dari pikiran yang baik akan lahir tindakan yang baik; dari tindakan yang baik akan melahirkan kepuasan, dan dari kepuasan akan melahirkan pengakuan.

Selanjutnya, Menag mengingatkan perlunya rasa syukur tiada akhir pada kondisi bangsa kita yang sangat damai dengan pemerintahan yang peduli pada pembangunan, pendidikan, dan kehidupan beragama. ASN, meskipun harus netral, tapi harus cerdas membaca kemajuan yang telah dicapai pemerintah dan mengarahkan pengabdiannya untuk sebaik-baiknya kebaikan-kebaikan bangsa.

Akhirnya, hasil-hasil Rakernas yang telah dipaparkan Kementerian dan diterima para peserta agar menjadi panduan dalam pelaksanaan program di lembaga masing-masing.

Mudofir Abdullah (Rektor IAIN Surakarta)

Opini Lainnya Lihat Semua

Keislaman Lainnya Lihat Semua

Ruchman Basori (Inspektur Wilayah II, Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI)
Puasa Birokrat