Nasional

Penasihat DWP Kemenag Eny Yaqut Cholil: Kebaya Bisa Menjadi Simbol Untuk Bermoderasi 

Penasihat DWP Kemenag bersama Perempuan Berkebaya Indonesia (Foto: Sugito)

Penasihat DWP Kemenag bersama Perempuan Berkebaya Indonesia (Foto: Sugito)

Jakarta (Kemenag) --- Penasihat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemenag, Hj. Eny Yaqut Cholil, menerima kunjungan Ketua Umum Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Rahmi Hidayati dan jajaran pengurus.

Pertemuan yang berlangsung penuh keakraban di kediaman rumah dinas Menteri Agama, Komplek Widya Chandra, Jakarta Selatan itu membahas pelestarian jati diri perempuan Indonesia lewat pakaian tradisional 'Kebaya' serta peran perempuan Indonesia dalam pengarusutamaan Moderasi Beragama.

Dalam pertemuan itu, Hj. Eny Yaqut Cholil tampak serasi mengenakan songket padanan dres hitam dengan jilbab abu-abu. Begitu juga dengan Ketua Umum Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Rahmi Hidayati dan jajaran pengurus yang mengenakan songket dalam berbusana.

Hj. Eny Yaqut Cholil mengatakan, Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia merupakan para ibu dan perempuan Indonesia yang memang ingin sekali menggaungkan dan membudayakan kebaya agar diakui dan tersosialisasikan dengan baik ke semua lapisan.

"Bahwa kebaya ini bisa dipakai buat siapa saja, di mana saja, bahkan untuk aktivitas keseharian dan sangat nyaman dipakai. Perempuan Berkebaya Indonesia juga akan mensinergikan program-program dengan Dharma Wanita Persatuan Kemenag RI, termasuk dalam agenda pada April mendatang yakni Kongres Berkebaya Nasional," ujar Eny Yaqut Cholil, Senin (25/01).

"Di sana kami akan ikut bergabung. Selaku Penasihat DWP Kemenag, saya mendukung kegiatan tersebut dan mensinergikannya dengan program DWP Kemenag. Apalagi saat ini Kemenag sedang menggaungkan semangat baru Kemenag dan moderasi beragama," sambungnya.

Eny Yaqut Cholil menambahkan, ada tiga pesan penting dalam semangat baru Kementerian Agama yang digaungkan Menag Yaqut Cholil Qoumas. Pertama tentang transparansi birokrasi yang harus lebih baik lagi. Kedua, moderasi beragama. Dan ketiga, persaudaraan antar umat maupun persauadaraan berkebangsaan.

Dalam konteks Perempuan Berkebaya Indonesia, lanjutnya, DWP Kemenag akan masuk melalui moderasi beragama dan persaudaraan antar umat maupun persaudaraan berkebangsaan. Pasalnya, kebaya bisa dipakai oleh semua perempuan Indonesia dan bisa menjadi alat pemersatu

"Saya ingin sekali mengajak kepada segenap keluarga besar DWP Kemenag, baik pusat dan daerah, termasuk PTKN, mari kita berlomba-lomba untuk menjadi agen moderasi beragama. Kebaya bisa menjadi simbol kita untuk bermoderasi. Kebaya bisa dipakai untuk siapa saja dan tidak melihat agamanya apa, sukunya apa. Jadi siapapun bisa mengenakan kebaya, mau muslim dan non muslim juga bisa," kata Eny.

Ia berharap kebaya dapat dipandang sebagai alat pemersatu. Sebagai agen untuk mensosialisasikan moderasi beragama, wajib hukumnya bagi keluarga besar DWP Kemenag untuk memberi contoh.

"Karena tidak mungkin bisa mengajak orang lain kalau kita tidak moderat. Moderasi itu adalah tentang menghormati kebebasan orang lain dalam berpendapat, dalam beragama dan memilih apapun dalam hidup mereka masing-masing," tandas Eny Yaqut Cholil.

Sementara itu, Ketua Umum PBI Rahmi Hidayati menyatakan kebaya sebagai busana Nasional Indonesia merupakan warisan para leluhur. Sejak dahulu, kebaya dipakai oleh banyak perempuan Indonesia yang tersebar di banyak daerah di seluruh Indonesia. Kebaya mengandung filosofi mendalam dengan nilai sejarah yang tinggi.

"Tujuan Kongres Berkebaya Nasional nanti adalah untuk memperkuat gerakan pelestarian budaya khususnya busana tradisional Indonesia. Dengan cara melalui pengenalan dan ajakan menggunakan kebaya kepada generasi muda," ujarnya.

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua