Nasional

Perlindungan Lingkungan Aceh Gunakan Pendekatan Islam

*Jakarta, 10/2 (Pikda) - Ajaran Islam tidak dapat dipisahkan dengan sejarah serta pola kehidupan masyarakat Aceh saat ini sehingga pendekatan Islami dalam perlindungan lingkungan hidup dapat digunakan untuk melaksanakan proses rekonstruksi dan rehabilitasi di provinsi itu. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Koordinator World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia untuk Program Aceh Nana Firman saat diminta komentarnya mengenai pendekatan ideal dalam proses rekonstrusi dan rehabilitasi Aceh oleh Badan Rekonstruksi Dan Rehabilitasi (BRR) Aceh-Nias dan sejumlah LSM baik lokal maupun internasional.

"Aceh merupakan satu-satunya propinsi yang memiliki otonomi khusus dalam menerapkan hukum Syariah Islam sehingga tata pemerintahan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan merupakan suatu hal yang harus `diterapkan`," kata Nana Firman.

Oleh karena itu, kata dia, nilai- nilai Islami harus diadaptasi selama proses rekonstruksi dan rehabilitasi di Aceh guna memperkuat dan melindungi lingkungan hidup Aceh terhadap ancaman di masa yang datang serta memastikan masyarakat Aceh terlibat dalam setiap pengambilan keputusan. Sementara itu menurut Pimpinan dan Pendiri Lembaga Ilmu Ekologi dan Lingkungan Hidup Islami (Islamic Foundation for Ecology and Environmental Sciences/ IFEES) Fazlun Khalid, perhatian utama dalam tata pemerintahan yang Islami adalah meningkatkan perbuatan baik dan menghindari perbuatan buruk dan sebagai bagian dari fungsi ini terdapat mandat untuk melindungi bumi dan sumber daya alam dari eksploitasi dan penyalahgunaan.

"Sebagai khalifah-Nya, manusia berkewajiban untuk melindungi lingkungan hidup," kata Fazlun dalam Lokakarya Menuju Tata Pelaksanaan Kepemerintahan yang Baik: Islam dan Konservasi Alam, yang diselenggarakan oleh WWF-Indonesia dan IFEES (UK) didukung oleh Muslim Hands (UK). Eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam, kata dia, dapat dilihat sebagai penyebab utama terjadinya bencana alam seperti longsor maupun banjir di Indonesia dalam kurun waktu setahun terakhir ini. Bencana alam itu, menurut dia, tidak hanya telah mengakibatkan ratusan manusia kehilangan nyawa, tetapi juga ribuan manusia kehilangan tempat tinggal mereka.

"Oleh karena itu, pada saat ini upaya untuk menghindari atau paling tidak mengurangi dampak bencana alam secara serius sedang dikembangkan.Pemahaman untuk melindungi lingkungan hidup merupakan bagian dari perwujudan ibadah," ujar editor buku Islam pertama mengenai ekologi dalam bahasa Inggris "Islam and Ecology" yang diterbitkan oleh Cassell London pada 1992 itu. Ajaran Islam, Fazlun menambahkan, menawarkan kesempatan untuk memahami "Sunatullah" serta menegaskan tanggung jawab manusia. Ajaran Islam tidak hanya mengajarkan untuk mengambil manfaat dari sumber daya alam, tetapi juga mengajarkan aturan main dalam pemanfaatannya dimana kesejahteraan bersama yang berkelanjutan sebagai hasil keseluruhan yang diinginkan.

"Salah satu Sunnah Rasullullah SAW menjelaskan bahwa setiap warga masyarakat berhak untuk mendapatkan manfaat dari sumberdaya alam milik bersama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya," katanya. Namun sepanjang dia tidak melanggar, menyalahi atau menghalangi hak-hak yang sama yang juga dimiliki oleh orang lain sebagai warga masyarakat, katanya. Penggunaan sumberdaya yang langka atau terbatas harus diawasi dan dilindungi, katanya.

Kerjasama Sementara itu pada kesempatan sebelumnya Deputi Pembangunan Perumahan dan Pemukiman BRR Andy Siswanto menyebutkan bahwa BRR telah melakukan perjanjian dengan BRI sebagai penopang utama untuk menjalankan pembangunan berbasis komunitas. "Tanpa dukungan pembiayaan sulit bagi masyarakat Aceh dan Nias untuk berperan aktif, apalagi pembangunan 120 ribu rumah baru di Aceh dan Nias merupakan proyek raksasa yang harus diselesaikan dalam waktu singkat," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, BRR meminta dukungan semua pihak sekaligus mengerahkan semua potensi yang ada baik lokal, nasional maupun internasional. "Kerjasama dengan BRI hanya salah satu cara dari upaya yang akan ditempuh," katanya. Di masa datang, lanjut dia, BRR juga akan melibatkan Real Estate Indonesia (REI), Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi), pabrikan pembangunan rumah, perusahaan bahan bangunan maupun konsultasi ahli. Untuk 2006, BRR akan membangun 40 ribu rumah dengan dana dari APBN dan mengkoordinasikan 38 ribu rumah yang dibangun oleh LSM dan donor(Ant/myd)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua