Buddha

Prestasi Didapat melalui Semangat

Ilustrasi Mimbar Buddha

Ilustrasi Mimbar Buddha

Uṭṭhānenappamādena, saññamena damena ca; Dῑpaṁ kayirātha medhāvῑ, yaṁ ogho nābhikῑrati. Dengan usaha yang tekun, semangat, disiplin, dan pengendalian diri, hendaklah orang bijaksana, membuat pulau bagi dirinya sendiri, yang tidak dapat ditenggelamkan oleh banjir. (Dhammapada syair 25)

Dalam kehidupan dunia kerja maupun dunia akademik, prestasi merupakan sesuatu yang didambakan oleh mayoritas pelaku kerja maupun seseorang yang masih menempuh dunia pendidikan. Prestasi merupakan indikator penting dalam sebuah kegiatan atau program. Berdasarkan pengertian dari sisi bahasa, prestasi merupakan suatu hasil yang dicapai (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Prestasi dapat dianggap sebagai hasil dari seseorang dalam melakukan suatu kegiatan tertentu. Seseorang yang berprestasi akan dihargai oleh pihak lain, sebaliknya prestasi yang buruk cenderung memiliki resiko menuju kegagalan.

Prestasi bukanlah sesuatu yang datang dari langit melainkan hal yang harus diusahakan dengan sungguh-sungguh. Prestasi tidak lahir dari nepotisme, kedekatan emosional, dan kekeluargaan. Prestasi murni lahir dari usaha yang penuh semangat serta dedikasi. Kedekatan personal antara pimpinan dan bawahan dalam kondisi tertentu dapat menguntungkan berupa kemudahan atau penghargaan tetapi penghargaan dari sebuah prestasi yang murni jauh dari aspek kedekatan dan ikatan emosional.

Prestasi yang sesungguhnya adalah menguntungkan institusi dan lembaga yang lebih besar, bukan hanya sebatas menyenangkan pimpinan. Pimpinan yang baik akan dapat melihat secara jernih karyawan yang berprestasi dan yang tidak berprestasi melalui kinerja harian yang terukur dengan capaian output dan outcomenya.

Dalam dhamma, prestasi memiliki penghalang atau musuh utama yaitu kemalasan. Orang yang malas, menurut pandangan ini tidak akan pernah mencapai prestasi yang diharapkan. Malas adalah musuh terbesar bagi prestasi.

Seseorang yang hidupnya hanya ditujukan pada hal-hal menyenangkan, yang inderanya tidak terkendali, yang makannya tidak mengenal batas, malas serta tidak bersemangat, maka mara penggoda akan menguasai dirinya, bagaikan angin menumbangkan pohon yang lapuk (Dhammapada, syair 7).

Perumpamaan syair dhammapada sangat jelas menyebutkan seorang yang malas seperti pohon lapuk yang terancam dirobohkan oleh angin. Pemalas dalam dunia kerja dan dunia pendidikan hanya akan menjadi beban baik bagi dirinya maupun institusinya. Pemalas akan banyak mencari alasan demi menuruti kemalasanya sehingga tidak akan produktif meghasilkan sesuatu.

Prestasi berakar dari semangat dalam mengerjakan sesuatu. Secara teknis semangat dalam konteks dhamma disebut sebagai kualitas batin viriya.

Viriya adalah sebuah kondisi batin yang memiliki energi, tekad atau usaha. Viriya menjadi kata kunci yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin meraih kesuksesan atau prestasi dalam hidupnya. Api semangat yang membara akan menghasilkan buah manis keberhasilan. Semangat pantang menyerah akan menuntun seseorang untuk mencapai cita-cita atau target yang diharapkan.

Semangat atau viriya dalam Dhamma sering dikonotasikan dengan usaha benar atau Sammā Vāyāma. Sammā Vāyāma sendiri adalah semangat atau usaha benar untuk: (1) tidak memunculkan hal atau kondisi tidak baik yang belum muncul, (2) meninggalkan hal atau kondisi tidak bermanfaat yang telah muncul, (3) memunculkan hal atau kondisi bermanfaat yang belum muncul, dan (4) mempertahankan hal atau kondisi bermanfaat yang telah muncul (A.4.13).

Dengan penjabaran dari nilai semangat, maka dapat diketahui bahwa seseorang yang ingin berprestasi harus memiliki kecermatan untuk melihat hal atau kondisi yang bermanfaat ataupun tidak bermanfaat. Sesuatu yang bermanfaat mendukung prestasi perlu dimunculkan dan dikembangkan, sebaliknya hal atau kondisi yang tidak bermanfaat perlu dihilangkan atau dihindari.

Membuang waktu secara sia-sia adalah musuh bagi prestasi sebaliknya memanfaatkan waktu dan kesempatan dengan baik merupakan hal yang bermanfaat mendukung prestasi. Kecermatan dalam memilah menilai sesuatu yang bermanfaat atau tidak bermanfaat sangat penting bagi pengembangan prestasi.

Semangat atau viriya akan menuntun seseorang untuk selalu fokus dan mawas diri, serta tidak sibuk mencari kesalahan pihak lain. Semangat dan cermat dalam mengoreksi diri sendiri juga merupakan hal yang sangat penting untuk memunculkan prestasi karena kesibukan menyalahkan pihak lain tidak akan pernah membawa kemajuan. Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh pihak lain, tetapi perhatikanlah apa yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri (Dhammapada, syair 50).

Dengan bersemangat dan jernih mengoreksi diri sendiri maka prestasi akan mudah didapatkan, bukan dengan menjatuhkan pihak lain tetapi dengan memperkuat kompetensi diri.

Semoga semua makhluk hidup berbahagia.


Fotografer: Istimewa

Buddha Lainnya Lihat Semua

Ilustrasi
Kasih Sayang Ibu
Buddha Wacana
Keyakinan Benar

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua

Khutbah Jumat
Keagungan Ramadan