Nasional

Sabar, Jangan Marah-Marah

Pdt. Carlos Tobing, M.Th., CFP

Pdt. Carlos Tobing, M.Th., CFP

Umat Kristen yang dikasihi Tuhan. Hari ini, Mimbar Kristen membahas Firman Tuhan dalam Yakobus 1:19-26:

“Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya. Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.”

Hari-hari ini, kita mungkin banyak mengalami pergumulan dan tantangan kehidupan karena pandemi Covid 19 yang masih melanda Indonesia dan dunia. Kita kadang menjadi marah dengan situasi dan kondisi saat ini. Kesabaran semakin diuji dengan persoalan dan pergumulan hidup yang dihadapi. Tetapi ingatlah, Firman Tuhan sudah mengingatkan bahwa kemarahan itu tidak mengerjakan sesuatu yang baik di dalam diri kita dan itu juga tidak berkenan di hadapan Tuhan.

Lalu, apakah kita tidak boleh marah? Saya tidak mengatakan demikian. Sebagai orang percaya, kita boleh marah tapi ada syaratnya. Firman Tuhan mencatat jikalau kita harus terpaksa marah, perhatikanlan dengan baik Firman dalam Efesus 4:26: “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.”

Dengan situasi dan kondisi bangsa dan dunia saat ini, selain krisis ekonomi, yang lebih berbahaya adalah krisis iman. Sebagian kita menjadi sulit percaya akan pertolongan Tuhan sehingga sering komplain kepada Tuhan, juga komplain kepada suami atau isteri, orang tua, dan atasan. Kenapa harus saya yang dirumahkan, kenapa bukan dia? Kenapa gaji saya harus dipotong, kenapa fasilitas saya harus dikurangi dan sebagainya. Kita sering marah dan kata-kata sabar itu menjadi sangat langka. Padahal, banyak referensi dalam Alkitab yang menyatakan bagaimana kita harus sabar.

Kemarahan atau pemarah adalah sebuah sifat atau karakter. Jadi kalau seseorang sering marah, apalagi dengan situasi, kondisi saat ini, itu akan membentuk karakternya menjadi pemarah. Sementara kalau mengatakan bahwa kita adalah orang Kristen, maka kita sudah ditebus dari cara-cara yang lama itu, dari seorang yang pemarah.

Sifat marah ini harus dienyahkan dari kehidupan kita. Sebab, 1 Petrus 1:18 sudah berkata demikian: “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.”

Jadi semua sifat amarah, sifat kemarahan itu, hari-hari ini harus ditekan. Kenapa? Karena cara-cara yang seperti itu adalah cara-cara yang sia-sia dan kita dikatakan Firman Tuhan telah ditebus dari cara hidup yang sia-sia itu.

Bersabar itu adalah sebuah pilihan dan butuh latihan. Amsal sangat banyak menegaskan orang yang sabar dan orang yang marah. Saya ambil beberapa contoh dalam kitab Amsal, antara lain Amsal 29:11: “Orang bebal melampiaskan seluruh amarahnya, tetapi orang bijak akhirnya meredakannya.”

Dalam Amsal 20:3: “Terhormatlah seseorang jikalau ia menjauhi perbantahan, tetapi setiap orang bodoh membiarkan amarahnya meledak.” Amsal 14:17: “Siapa lekas naik darah berlaku bodoh tetapi orang yang bijaksana bersabar.” Amsal 14: 29: “Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan.” Amsal 16:32: “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.”

Ibu, bapak, saudara-saudara! Sabarlah hari-hari ini, sabarlah di rumah, jangan kemana-mana. Hari ini, 14 Februari bertepatan dengan hari kasih sayang, bahasa anak mudanya Valentine Day. Sabar kalau kekasihmu belum memberi bunga dan coklat, sabar! Jangan keluar rumah dulu merayakan Valentine, masih ada Valentine tahun depan. Kalau anak-anak muda, jangan keluar rumah dulu mengantarkan coklat dan bunga kepada kekasihnya, berikan saja kepada mama. Jangan lupa berikan bunga dan coklat kepada papa, nanti papa akan balas dengan bunga deposito. Haleluya!

Ibu, bapak, saudara yang terkasih di dalam Kristus Yesus. Saya mengingatkan, pandemi membuat ruang gerak terbatas. Pemerintah telah menerapkan 3M+2M. Maka, bersabarlah di rumah. Jangan marah-marah kepada pemerintah, Menteri Kesehatan, BNPB dan pihak lainnya. Jangan sering komplain, mengatakan pemerintah tidak tegas diri sendiri tidak disiplin menerapkan 5M.

Bapak, ibu, saudara terkasih di dalam Kristus Yesus. Kalau Kementerian Kesehatan selama pandemi mengenalkan 3M, lalu menjadi 5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, mengurangi mobilitas dan interaksi, serta menjauhi kerumunan), maka saya ingin mengenalkan 3M protokol anti korupsi (prokor). Yaitu, mencukupkan diri dengan apa yang ada padamu, menaikkan syukur kepada Tuhan, dan melihat ke bawah.

Bapak, ibu, saudara terkasih di dalam Kristus Yesus. Prokor ini juga sangat penting, selain prokes. Mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita juga perlu kesabaran. Demikian juga untuk mengucap syukur kepada Tuhan dan melihat ke bawah, semua perlu kesabaran.

Bapak, ibu, saudara terkasih. Kalau kita melihat ke bawah, maka akan tahu betapa baiknya Tuhan. Kita tahu betapa diri kita sudah dibawa dan dipelihara Tuhan sedemikian rupa. Dengan melihat ke bawah, kita tahu masih banyak orang yang membutuhkan uluran tangan. Melihat ke bawah menimbulkan rasa syukur kepada Tuhan. Sementara kalau selalu melihat ke atas, kita bisa tergoda untuk mengambil apa yang bukan menjadi haknya, potong sana-sini, gunting sana-sini, sunat sana-sini sehingga masuk dalam jerat korupsi. Tetapi, jika melihat ke bawah, kita akan bersyukur kepada Tuhan sehingga mampu dan berniat untuk mencukupkan diri dengan apa.

Ibu, bapak, terkasih di dalam Kristus Yesus. Kalau hari-hari ini banyak saudara atau orang-orang di lingkungan kita yang diputuskan hubungan kerja atau yang gajinya dipoting 50-70%, mari ulurkan tangan membantu mereka yang menderita di luar sana. Mereka yang sudah tidak bisa membayar uang sekolah anaknya. Mereka yang sudah sulit mendapatkan sembako karena sudah tidak mendapatkan gaji lagi dari tempat pekerjaannya.

Bapak, ibu, saudara terkasih. Ijinkan tanganmu dipakai Tuhan, ijinkan tanganmu menjadi tangan Tuhan. Ini saat yang tepat dan baik untuk mengkonversi kekayaanmu di bumi ini sebagai bekal ke surga. Caranya, ulurkan tanganmu, tolong orang-orang yang susah. Haleluya!

Bersabarlah, jangan marah-marah! Bersabarlah, jangan pergi ke mana-mana. Mari, sama-sama menyelesaikan pandemi ini, dengan pertolongan Tuhan, dengan hikmat yang diberikan Tuhan kepada pemerintah kita, supaya kita segera kembali seperti dahulu kala. Ekonomi bangsa juga kembali menggeliat.

Bapak, ibu, saudara terkasih. Jangan mengeluh, jangan marah-marah, akhirnya kita mengerti Roma 8:28 yang berkata: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”

Jadi, apapun keadaanmu, bagaimanapun kondisimu saat ini, saya mau katakan hari ini, bahwa Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikanmu, bukan malapetaka. Maka daripada itu, bersabarlah jangan marah kepada Tuhan. Amin

Pdt. Carlos Tobing, M.Th., CFP (Wakil Sekretaris Umum Sinode Gereja Rasuli Indonesia)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua