Nasional

Setia dan Ikhlas Melaksanakan Kehendak Allah

Saat sang bapak menyuruh dua anaknya bekerja di kebun anggur, ada dua respon yang berbeda. Anak yang pertama mengiyakan, tetapi ia tidak melaksanakannya. Anak kedua menolak, tetapi setelah ia menyesal, ia pun lalu melaksanakan perintah bapanya. Lebih lanjut, di akhir perumpamaan, Yesus memberi kesempatan kepada para imam kepala dan tua-tua Yahudi untuk menyimpulkan bahwa yang lebih berharga adalah anak yang taat melakukan perintah bapaknya. Secara mengejutkan, Yesus berkata, “Sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah”.

Maksud Tuhan dengan semuanya ini: pertama, Tuhan tidak terpesona oleh janji di mulut saja. Tuhan lebih menanti bukti ketaatan. Tuhan tidak mau kita berjanji manis ketika kita menaikan pujian dan doa dalam ibadah, tetapi setelah itu kita lupa melakukan apa yang kita janjikan.

Kedua, Tuhan tidak mau kita menghakimi orang lain yang kita anggap ‘sedang lemah dan rapuh secara rohani’, orang-orang yang sedang menjalani hidup yang tak berkenan kepada Tuhan. Lalu berpikir bahwa mereka pasti akan ‘tertinggal’ di belakang. Tuhan dapat memakai segala cara untuk menjangkau mereka. Dan jika mereka bertobat dan mau taat, mereka bahkan bisa mendahului kita.

Maka, daripada kita menghakimi dan kemudian justru tertinggal, marilah kita menjadi pribadi yang dipakai Tuhan untuk menjangkau saudara-saudari yang belum bertobat. Ingatlah, Tuhan lebih mencari hati yang taat. Tuhan tidak mencari mulut yang berjanji, tidak peduli pada siapa pun yang hanya menghamburkan janji-janji palsu yang gampang berpaling pada tawaran-tawaran yang menggiurkan tapi menyesatkan. Tuhan mencari, mendengar, dan menanggapi hati yang mau taat mengabdi, hati yang ikhlas mendengar dan sungguh mau bertanggung jawab melakukannya.

Sabda Tuhan hari ini juga mengingatkan kita agar menjauhkan diri dari sikap sombong dan angkuh. Nabi Yesaya melontarkan kritik bahkan kecaman pedas kepada bangsa pilihan Allah, Israel, yang tenggelam dalam kesombongannya dan tidak mau mendengarkan Allah. Nabi mengingatkan, kalau demikian keselamatan akan diperuntukkan bagi bangsa lain, mereka yang siap melaksanakan Firman Allah.

Demikianpun Yesus dalam Injil-Nya menegaskan bahwa Allah lebih berkenan kepada mereka yang telinganya terbuka pada Sabda-Nya, yang hatinya terbuka untuk menjadi tempat tinggal Allah dan yang kesukaannya melakukan kehendak Allah. Allah pun mencela sikap iri hati yang selalu merasuk otak dan hati manusia. Iri hati adalah salah satu dosa pokok, bercokol dalam hati manusia yang egois dan bersaing. Sering kita iri hati atas prestasi atau kebaikan orang lain: mengapa orang lain lebih baik dari saya atau mengapa orang lain lebih sukses?

Bahkan, kepada Tuhan pun kita sering kali iri hati: mengapa Tuhan mengabulkan doa orang yang lebih berdosa? Mengapa saya yang sering berdoa, rajin ke gereja, ikut novena, beramal bahkan selalu berpuasa tetapi doa saya tak selalu terkabul? Banyak pertanyaan yang bisa kita ajukan.

Saudara-saudari, iri hati bukanlah sifat Allah. Allah adalah murah hati. Yesus memperlihatkan itu, lewat sikap-Nya terhadap kaum pendosa. Dengan menyebut pemungut cukai dan pelacur, Yesus tentu saja tidak mengatakan bahwa perbuatan dosa mereka adalah hal yang benar, melainkan Yesus menekankan pentingnya pertobatan, bahwa mereka justru orang yang ingat akan Tuhan dan mau mendengarkan suara Tuhan.

Akhirnya, kita semua diundang untuk melaksanakan kehendak Allah lewat niat dan kemauan yang sungguh-sungguh melaksanakan. Niat dan kemauan ini terwujud dalam komitmen yang diungkapkan. Jawaban ya kepada Allah haruslah diwujudkan dengan ya dalam tindakan: melakukannya dalam semangat dan kesediaan yang ikhlas.

Sebaliknya, menjawab tidak namun kemudian menyesal adalah sikap dan tanggapan iman yang sedang diuji dan berproses. Tindakan akhir untuk melakukannya adalah tanggapan yang didorong oleh motivasi murni setelah dipertimbangkan apa yang Allah kehendaki dia perbuat.

Kita berdoa memohon kekuatan dan kesadaran yang murni untuk sanggup melaksanakan perintah Tuhan secara murni dan konsekuen apapun situasi dan halangan yang menghadang. Tuhan yang melihat hati akan melimpahkan kekuatan dan berkat kasih-Nya kepada semua yang siap menjawab ya dengan hati dan siap melaksanakannya dengan hati pula. Amin.

Agustinus Tungga Gempa (Direktur Pendidikan Katolik)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua