Nasional

Stafsus Wapres: Aktivis PTKI Jangan Tergoda Korupsi, Narkoba, Asusila, dan Teorisme

Semarang (Kemenag) --- Asisten Staf Khusus Wakil Presiden Bidang Komunikasi dan Informasi Asrori S. Karni mengingatkan para aktivis mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) tentang problem sosial yang akan merusak tunas muda potensial.

Problem tersebut adalah korupsi, narkoba, asusila, dan terorisme. "Aktivis Mahasiswa PTKI agar tidak tergoda korupsi, terjebak narkoba, skandal asusila, doktrin teror atas nama agama karena akan merusak tunas muda potensial potensial," pesan Asrori saat membekali mahasiswa peserta Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Tingkat Nasional (Diklatpimnas) secara daring, Jumat (25/12).

Asrori menyampaikan materi tentang peningkatan kemampuan networking building dalam kepemimpinan transformatif.

Sebaliknya, aktivis mahasiswa ’98 ini berpesan agar mahasiswa memperkuat kompetensi, reputasi, dan nilai tambah diri. Selain itu, aktivis juga harus menjaga integritas, karakter (team work, sharing), ekspos diri secara tepat (medsos, komunitas, media pers), dan intensitas interaksi dengan orang lain.

"Saya optimis, potensi leadership dan proses penyiapan kepemimpinan di kalangan mahasiswa saat ini jauh lebih menjanjikan. Karena ekosistem daya dukungnya jauh lebih memadai," harap mantan Ketua Formasi Nasional ini.

Menurutnya, setiap orang mempunyai kapasitas kepemimpinan yang akan menentukan wajah organisasi yang di pimpinnya. “Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh pemimpin adalah kemampuan membangun jejaring kerjasama,” katanya.

Lebih lanjut, dikatakan oleh Dosen UNUSIA Jakarta ini, seorang pemimpin harus mempunyai karakter baik dan unggul seperti leadership, manajerial, kerja tim, passion, kreatif, kritis, kolaboratif, komunikarif dan aman.

Terkait networking, Asrori menerangkan bahwa dalam membangun jaringan, iklim aktivis mahasiswa sekarang jauh lebih kondusif. Kemudahan komunikasi digital menjadi modal penting, tinggal kompetensi dan karakter yang harus diperkuat. “Itu modal penting untuk kelangsungan merawat networking, meng-upgrade leadership, demi kaderisasi kepemimpinan transformatif di kalangan mahasiswa".

Asrori menganggap, di era medsos, membuka jaringan (perkenalan) mudah dilakukan. Yang lebih penting adalah menjaga kesinambungan, kepercayaan dan menciptakan mutualisme dalam jejaring organisasi.

Asrori mencontohkan role model domestic dalam mengelola networking: Gus Dur (pluralis), Syafi’i Maarif (penjaga moral public), Jusuf Kalla (juru damai), KH Hasyim Muzadi (penerimaan sosial), Khofifah Indar Parawansa (mengayun di tengah konflik), Saifullah Yusuf (persahabatan), Karni Ilyas (investigasi underground), Abdul Mu’thi (aktivis muda), Bahlil (dunia usaha, dari bawah), atau Yeni Wahid dengan jejaring internasionalnya.

Sessi Networking Building dipandu oleh Muhammad Adib Abdussomad Kasubdit Kelembagaan dan Kerjasama Diktis. Nara sumber yang tampil dihari ke-6 Diklatpimnas adalah Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Sadzili.

Diklatpimnas diinisisiasi oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Ditjen Pendidikan Islam Kemenag RI dengan menggandeng Rumah Moderasi Beragama (RMB) UIN Walisongo pada tanggal 20-30 Desember 2020 dengan cara online dan offline. (RB)

Tags:

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua