Nasional

Tat Twam Asi dan Semangat Peduli

Wayan Tantre Awiyane

Wayan Tantre Awiyane

Om Swastyastu. Umat sedharma yang berbahagia. Saat ini kita masih dalam masa pandemi, kita masih membatasi diri untuk dapat melakukan aktivitas normal. Kita juga tengah dihadapkan pada situasi duka karena gempa dan banjir yang menimpa masyarakat di Kalimantan Selatan dan Sulawesi Barat. Dalam kondisi tersebut, Hyang Widhi menguji kita untuk saling bahu membahu dengan mengedepankan rasa kemanusiaan dalam keadaan susah maupun senang.

Sebagai umat Hindu, kita memiliki ikatan yang kuat antara satu dengan lainnya. Kita semua adalah bagian dari Hyang Widhi yang bersemayam dalam jiwa yang disebut dengan atman. Oleh karena itu, tidak pantas kita diam, tenang damai, sementara saudara kita sedang berduka, susah, dan sengsara.

Umat sedharma yang berbahagia. Sebagai makhluk sosial tentunya kita tidak dapat hidup sendiri, senantiasa membutuhkan bantuan dari orang lain. Demikian pula orang lain, membutuhkan banuan dari kita. Ini sejalan dengan salah satu konsep dasar dalam agama Hindu, yakni Tat Twam Asi yang berasal dari bahasa Sanskerta.

Tat artinya: itu (ia), Twam artinya: kamu, dan Asi artinya: adalah. Tat Twam Asi adalah kata-kata dalam filsafat Hindu yang mengedepankan aspek sosial yang tanpa batas karena diketahui bahwa “ia adalah kamu” saya adalah kamu dan segala mahluk adalah sama memiliki atman yang bersumber dari Brahman. Sehingga, menolong orang lain berarti menolong diri sendiri dan menyakiti orang lain berarti menyakiti diri sendiri.

Ajaran ini dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk kepedulian. Manusia dalam hidupnya memiliki berbagai macam kebutuhan hidup yang didorong oleh keinginan (kama) manusia yang bersangkutan. Pada saat inilah manusia perlu mengenal dan melaksanakan rasa kebersamaan atau dikenal dengan istilah gotong royong dan tolong menolong, sehingga seberapa berat masalah yang dihadapinya akan terasa ringan.

Umat sedharma yang berbahagia. Secara positif, Tat Twam Asi akan menciptakan kedamaian. Hal itu bisa kita dapatkan dengan cara mengimplemetasikan konsep Catur Purusa Artha yang merupakan empat jalan atau cara untuk mencapai kebahagian dalam Hidup yakni: Dharma (melaksanakan kewajiban kita), Artha (hidup sederhana), Kama (tidak memiliki keinginan yang berlebihan), dan Moksa (bebas merdeka).

Umat sedharma yang penuh kasih. Hindu mengajarkan agar kita sebagai insan Hindu untuk selalu menjaga keharmonisan, baik harmonis dengan alam, Hyang Widhi, dan dengan diri sendiri. Salah satunya dengan mengacu pada sloka Yajur Veda XI.6 yang menegaskan bahwa: Berbuatlah kebaikan kepada orang lain, seperti yang engkau inginkan mereka perbuat bagi dirimu. Engkau adalah jiwa yang sama berasal dari Brahman Yang Esa. Perlakukanlah setiap orang sebagai sahabat karibmu”.

Mengacu pada penegasan sloka tersebut, jelas bahwa kita diharapkan selalu menjaga keharmonisan dalam kehidupan ini, dengan warna yang berbeda-beda tentunya tidak harus sama. Namun tetap menjaga tali persaudaraan seperti slogan Hindu menegaskan Tat Twam Asi, Wasudaiwa Kutumbakam.

Umat sedharma yang bijaksana. Hindu memberikan kita pedoman yang jelas dalam menapaki kehidupan ini. Caranya, dengan menjaga kedamaian dalam diri dan senantiasa menjaga keharmonisan dalam kehidupan ini. Mari umat sedharma sekalian, mulai saat ini dan seterusnya kita jaga kedamaian dalam diri dan kita jaga keharmonisan dalam kehidupan kita. Terimakasih, saya tutup pesan dharma ini dengan menghaturkan paramasantih. Om Santih, Santih, Santih, Om

Wayan Tantre Awiyane (Rohaniwan Hindu)

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua