Opini

Teknologi Augmented Reality (AR) dan  Program Belajar dari Rumah

Rado Yendra

Rado Yendra

Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang melanda dunia telah berdampak pada jalannya sistem pemerintahan pada 200 lebih negara di belahan bumi, salah satunya adalah sistem pendidikan. Belajar dari rumah merupakan pilihan terbaik, menjamin sistem pendidikan terus berjalan dan membantu pemerintah untuk menekan laju penyebaran wabah virus ini.

Indonesia dengan jumlah penduduk yang lebih dari 270 juta dengan keadaan geografis yang sangat luas memerlukan media yang tepat untuk menjamin pembelajaran dari rumah dapat terlaksana dengan baik. Pembelajaran yang bergantung kepada koneksi jaringan internet hanya dapat digunakan dengan maksimal di daerah perkotaan atau daerah yang dapat dilalui oleh jaringan internet yang baik. Hal ini tentu saja tidak berlaku untuk daerah-daerah yang terletak jauh dari jangkauan jaringan internet yang baik. Media-media pembelajaran yang tidak tergantung seutuhnya pada jaringan internet perlu dimaksimalkan peranannya dalam mendukung pembelajaran dari rumah.

Teknologi Augmented Reality (AR) merupakan teknologi animasi yang dapat menjadikan pembelajaran menjadi menyenangkan bila dihubungkan dengan smartphone. Teknologi yang menjadikan bahan ajar di dalam sebuah media tulis (marker) seperti kertas dapat bergerak dan bersuara seperti kartun 4 dimensi bila disorot dengan menggunakan kamera yang terdapat pada smartphone.

Pemanfaatan teknologi AR diharapkan dapat mengarahkan kecendrungan anak-anak dalam menghabiskan waktu bermain smartphone ke arah aktivitas pembelajaran yang berdampak positif.

Memaksimalkan peranan smartphone sebagai media ajar merupakan suatu cara yang terbaik untuk mengelola kecenderungan bermain anak menjadi kegiatan belajar yang menyenangkan secara mandiri. Ini sekaligus menjadi solusi yang tepat pada situasi yang mewajibkan anak-anak untuk berlajar di rumah, terutama ketika wabah Covid-19 melanda dunia saat ini.

Teknologi AR sangat bermanfaat bagi pembelajaran doa singkat untuk anak-anak. Misalnya, doa masuk ke kamar mandi, doa masuk ke dalam rumah dan doa sebelum makan. Doa-doa singkat ini akan di desain dalam suatu modul. Teknologi AR digunakan agar modul yang telah dirancang dapat dinikmati secara 4 dimensi melalui sebuah aplikasi yang telah diunduh pada smartphone.

Modul yang berisikan gambar dan tulisan kegiatan doa singkat merupakan media yang akan digunakan oleh anak-anak untuk belajar doa singkat menggunakan teknologi AR. Modul ini dirancang seindah mungkin dengan tampilan yang cerah dan dilengkapi dengan tulisan doa singkat dalam tiga bahasa, yaitu bahasa Indonesia, Arab dan Inggris.

Teknologi AR yang dihasilkan dengan menggunakan perangkat lunak Unity dapat menghasilkan objek yang bergerak dan bersuara, sesuai dengan peragaan dan bacaan doa singkat masuk ke kamar mandi, sebelum masuk rumah, dan sebelum makan. Modul yang telah selesai dirancang dan telah mendapatkan tekologi AR akan dijadikan sebagai sebuah aplikasi yang akan didaftarkan pada playstore, sehinga dapat digunakan melalui smartphone.

Selanjutnya aplikasi yang telah terinstall pada smartphone akan digunakan sebagai media belajar yang menyenangkan dalam belajar dan menghafal doa singkat. Untuk itu kamera pada smartphone perlu diarahkan pada modul, dan dapat dilihat adanya gerakan dan suara pada doa singkat tertentu yang dapat dinikmati seolah-olah seperti menonton film animasi 4 dimensi. Hasil ini tentu saja dapat mendorong atau memancing semangat anak-anak dalam menyenangi pembelajaran doa dari rumah. Sehingga tanpa disadari mereka telah melihat dan mendengar berulang-ulang sebuah doa tanpa diikuti rasa jenuh atau bosan.

Rado Yendra (Deparment of Mathematics, Faculty of Science and Technology, UIN Sultan Syarif Kasim Riau)

*Artikel ini telah dipresentasikan pada Tadarus Litapdimas ke-3, Kamis, 30 April 2020.


Editor: Miftah Haitami

Tags:

Opini Lainnya Lihat Semua

Keislaman Lainnya Lihat Semua

Ruchman Basori (Inspektur Wilayah II, Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI)
Puasa Birokrat