Hindu

Catur Purusa Artha & Pijakan Menuju Puncak Kebahagiaan Hidup

Gede Aditya Simpatiaji (Mahasiswa STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja)

Gede Aditya Simpatiaji (Mahasiswa STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja)

Om swastyastu. Om awignam astu namo sidham. Om Anobadrah Krtavo Yantu Visvatah. Semoga pikiran yang baik dan jernih datang dari segala penjuru arah.

Umat sedharma yang berbahagia. Puja angayubagya kita haturkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas asung kerta wara nugraha ida, kita diberikan kesehatan untuk beraktivitas walaupun saat ini masih berada dalam pandemi Covid-19 yang mengharuskan untuk tetap menerapkan protokol kesehatan. Pesan Dharma kali ini mengangkat tema “Catur Purusa Artha & Pijakan Menuju Puncak Kebahagiaan Hidup”.

Umat sedharma yang berbahagia. Manusia memiliki tujuan yang berbeda-beda. Tujuan itu tercipta di dalam diri agar kita menemukan kebahagiaan tersendiri dan mungkin akan berpengaruh juga terhadap orang selain kita. Namun, tidak semua orang akan ikut merasakan tentang apa yang kita rasakan tentang tujuan kita sendiri.

Sama halnya ketika kita ikut berpergian ke suatu tempat yang kata teman kita adalah tempat yang bagus dan kita pasti senang dan bahagia berada di sana. Kemudian, ketika tiba di tujuan, tempat itu mungkin sesuai ekspektasi mereka, namun tidak sesuai dengan harapan kita. Hal ini sama dengan seseorang yang suka mendengarkan musik pop dipaksa mendengarkan musik rock.

Analogi itu menjadi bahan introspeksi bahwa sebuah kebahagiaan itu kita yang membuat, bukan orang lain. Hal yang pertama adalah keyakinan. Seperti dimuat dalam Yajur Veda, Çraddhaya satyam apnoti, dengan keyakinan akan mencapai tujuan.

Namun, pada zaman sekarang, yang sering dikatakan sebagai zaman Kaliyuga, banyak orang yang meyakinkan dirinya bahwa cara mereka untuk mencapai tujuannya adalah benar. Di dalam kehidupan, manusia bisa menciptakan jalan untuk sampai pada tujuannya dan bahagia di sana. Namun, kita harus memilih dengan cara yang baik atau buruk. Seorang pencuri misalnya, dia memilih jalan mencuri agar mencapai keinginannya, yaitu memiliki banyak uang. Tujuannya adalah menjadi kaya serta bahagia dengan jalannya. Begitu juga dengan koruptor, mereka ingin kaya dan memiliki banyak uang namun dengan jalan salah.

Kita tidak menyalahkan orang-orang untuk menjadi kaya dan punya banyak uang. Namun, jika cara yang digunakan salah, ya kepada siapa pun kita katakan benar itu pasti salah. Lalu, bagaimana cara untuk mewujudkan tujuan itu dan menciptakan kebahagiaan dengan cara yang baik dan benar?

Umat sedharma yang terkasih. Di dalam Agama Hindu, kita memiliki ajaran yang relevan dengan tujuan dan kebahagian, yaitu Catur Purusa Artha. Catur Purusa Artha memiliki arti tentang empat tujuan hidup manusia. Di dalam Catur Purusa Artha, terdapat Dharma (kebaikan), Kama (keinginan dan nafsu), Artha (kekayaan), serta Moksa (kebahagiaan tertinggi). Keempat bagian ini juga merupakan tahapan untuk terciptanya tujuan kita sebagai manusia, yaitu: Moksartham Jagadhita ya ca iti Dharma. Artinya, mencapai kesejahteraan hidup di dunia maupun mencapai kebahagiaan di akhirat dengan berlandaskan Dharma.

Tahapan pertama adalah melaksanakan Dharma. Dharma di sini memiliki arti kewajiban dan kebenaran. Dharma menjadi kunci utama dalam melakukan kewajiban kita sebagai umat manusia. Dharma inilah yang menjadi landasan menuju kebahagiaan kita. Jika kita melakukan sesuatu berlandaskan kebenaran dan keyakinan, maka tujuan yang diharapkan pasti akan tercapai.

Ini seperti yang termuat di dalam Sarasamuscaya sloka 14: “Dharma eva plavo nanyah svargam samabhivanchatam, Sa ca nawupwanijastatam jaladheh paramicchatah”. Artinya: Yang disebut Dharma, adalah jalan untuk pergi ke surga, sebagai halnya perahu yang merupakan alat bagi saudagar untuk mengarungi lautan. Jika kita memegang teguh Dharma ketika melakukan sesuatu, maka dharma ini yang akan mengantarkan kita untuk menemukan kebahagian kita.

Setelah melakukan sesuatu dengan memegang Dharma sebagai pedomannya, barulah kita mencari harta atau kekayaan atau dalam Catur Purusa Artha adalah Artha. Segala sesuatu yang menjadi alat untuk mencapai tujuan juga disebut artha. Namun, untuk memperoleh Artha atau kekayaan ini, hendaknya dengan berlandaskan Dharma. Seperti contoh, jika ingin mendapatkan uang dengan bekerja, maka bekerjalah sesuai dengan dharma atau kewajiban yang sudah ditentukan. Jangan sampai kita melakukan hal yang sifatnya asusila hanya untuk uang.

Dalam Kitab Sarasamuccaya sloka 261 disebutkan: Dharmenarthah samaharyo dharmalabdham tridha dhanam, kartavyam dharma paranam manavena prayatnatah. Artinya: Dan caranya berusaha memperoleh sesuatu, hendaknya berdasarkan dharma, dana yang diperoleh karena usaha hendaklah dibagi tiga, guna melaksanakan (biaya) mencapai yang tiga itu, perhatikanlah baik-baik.

Tiga bagian tersebut, pertama, digunakan untuk melakukan dharma atau kewajiban. Misalnya, berdana punia, membayar pajak, dan lainnya. Kedua, memenuhi kama atau keinginan kita sendiri. Ketiga, untuk melakukan kegiatan usaha untuk memperoleh Artha itu sendiri atau ekonomi.

Jika sudah memperoleh Artha dengan Dharma sebagai landasannya, maka kita bisa memenuhi keinginan kita atau disebut dengan Kama. Mengapa kita harus memenuhi keinginan? Karena jika sudah memenuhi keinginan, maka kita akan merasakan yang namanya kebahagiaan sebagai akibat dari keinginan yang sudah terpenuhi.

Kebahagiaan inilah yang disebut dengan Moksa. Moksa yang kita maksud disini adalah moksa di dalam kehidupan. Jika kita berbicara Moksa di dalam konteks Niskala, itu dijelaskan bahwa kita telah menyatu dengan Brahman. Namun jika kita berbicara Moksa di dalam konteks Skala atau dunia nyata, itu dibuktikan dengan kita mendapatkan kebahagiaan yang tinggi yang mana kita sendiri yang dapat merasakannya.

Umat sedharma yang berbahagia. Empat tahapan di dalam Catur Purusa Artha yang telah dipaparkan tadi ibarat seorang pendaki yang sedang menuju puncak-puncak bukit dengan berbekal tongkat kayu untuk mendaki. Tongkat kayu kita ibaratkan sebagai Dharma yang digunakan untuk mendaki tiga puncak. Puncak pertama adalah Artha atau kekayaan. Puncak kedua adalah Kama atau keinginan. Dan puncak ketiga atau yang paling tinggi adalah Moksa atau kebahagiaan.

Ketika seorang pendaki berada di puncak tertinggi, maka ia akan menemukan yang namanya kebahagiaan. Di atas puncak tertinggi, ia melihat banyak keindahan alam yang ada di bawah yang mana itu membuatnya bahagia. Begitu juga manusia, jika manusia berada di puncak kebahagiaannya, maka ia akan melihat hal-hal yang indah di dalam kehidupannya. Hal ini memberikan kita sebuah amanah jika melakukan sesuatu untuk mencapai kebahagian kita sendiri, maka hendaknya kita lakukan dharma atau kewajiban kita sesuai dengan dharma atau kebenaran dan kebaikan. Jika melakukan sesuatu sesuai dengan dharma, maka kita akan mencapai kebahagian yang hakiki yang akan memberikan kita dampak yang positif di dalam kehidupan kita.

Demikian dan terima kasih. Om Santhi, Santhi, Santhi Om

Gede Aditya Simpatiaji (Mahasiswa STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja)


Fotografer: Istimewa

Hindu Lainnya Lihat Semua

I Gusti Agung Istri Purwati, S.Sos, M.Fil.H (Penyuluh Agama Hindu Kankemenag Badung, Bali)
Mengatasi Stres

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua

Khutbah Jumat
Keagungan Ramadan