Opini

Madrasah dan Kemandirian Digital

Direktur KSKK Madrasah M Isom Yusqi

Direktur KSKK Madrasah M Isom Yusqi

Banyak orang berbicara tentang digital. Banyak yang ingin didigitalisasi. Hampir semua lini kehidupan tidak bisa terhindar dari proses digitalisasi. Transformasi digital menjadi proses tak terelakkan dalam pertumbuhan masyarakat. Namun, apa sejatinya makna digital itu dan transformasi digital belum benar-benar terjawab secara memuaskan.

Kata digital memang tidak bisa dipisahkan dari teknologi. Oleh sebab itu, bagi sebagaian orang bilang digital adalah teknologi. Bagi para pebisnis, digital adalah cara baru memperlakukan customer. Ada juga yang bilang bahwa digital merepresentasikan seluruh cara baru dalam menjalankan bisnis.

Namun, ada yang menarik dari pemetaan yang dilakukan Karel Dörner dan David Edelman (pimpinan senior di Digital McKindsay Jerman) terhadap berbagai definisi digital tersebut. Ada tiga cakupan penting dari kata digital. Pertama, menciptakan nilai pada batas baru dunia bisnis. Kedua, menciptakan nilai dalam proses eksekusi sebuah visi pengalaman customer dan ketiga, membangun kapasitas dasar yang mendukung seluruh struktur.

Ada sejumlah kata kunci penting dalam pemetaan tersebut. Pertama adalah menciptakan nilai. Nilai ini bisa dimaknai beragam, termasuk kebermanfaatan, kepuasan, kebermudahaan, dan pengalaman baru. Kedua, membangun foundational capabilities (kapasitas-kapasitas dasar) untuk mendukung seluruh struktur, apapun struktur itu, bisa berupa struktur masyarakat, sistem pendidikan, politik, dan sebagainya. Ketiga, adalah bisnis. Digitalisasi selalu berujung pada bisnis (dalam makna yang luas, bisa bisnis pendidikan dan sebagainya). Keempat, pengalaman baru customer. Digitalisasi mempermudah dan ‘memanjakan’ customer. Customer tidak hanya cukup dimaknai sebagai pembeli, tetapi juga user. Digitalisasi dalam pendidikan, customernya adalah siswa, orangtua ataupun pengguna (user) alumni.

Dari sini, kiranya bisa dikatakan bahwa transformasi digital merupakan integrasi teknologi digital ke dalam semua area bisnis, yang secara mendasar mengubah bagaimana kita mengeporasikan dan menyampaikan nilai kepada customer. Transformasi digital juga perubahan budaya yang membutuhkan organisasi-organisasi untuk secara terus menerus menantang status quo, eksperimen dan menjadi nyaman dengan kegagalan.

Salah satu kunci yang tak bisa diabaikan dalam transformasi digital adalah munculnya talenta digital masyarakat. Bahkan pemerintah menargetkan pada 2030, Indonesia harus memiliki sembilan juta talenta digital, yang terampil dan siap bersaing di dunia global. Talenta digital ini menjadi prasyarat agar Indonesia tidak ketinggalan di tengah perkembangan Revolusi Industri 4.0 yang makin cepat. Lantas, apa yang telah dan akan dipersiapkan oleh madrasah dalam membangun kemandirian digital?

Direktorat Kurikulum Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah sebagai induk pendidikan madrasah di seluruh Indonesia senantiasa merespons semangat zaman tersebut. Ada dua program penting yang merespons transformasi digital tersebut, yakni Kompetisi Robotik Madrasah dan Akademi Madrasah Digital.

Kompetisi Robotik Madrasah (KRM). KRM adalah program tahunan yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2015. Menjamurnya kegiatan ektrakurikuler robotik di madrasah dan pemncapaian prestasi di bidang robotika oleh siswa-siswi madrasah baik tingkat nasional maupun internasional sejak tahun 2013 mendorong Direktorat KSKK Madrasah menggelar kompetisi tersebut sebagai wadah mengembangan bakat robotika. Dalam robotika, banyak unsur yang dipelajari, mulai dari imajinasi, kreativitas, rancang bangun, sensor, otomasi hingga pengeperasioan Internet of Things (IoT). Tidak hanya itu, team work atau kolaborasi juga menjadi nilai tersendiri dalam kompetisi ini. Kolaborasi adalah cara baru dalam berkarya, begitulah kata Renald Kasali, inisiator Rumah Perubahan.

Dalam kompetisi robotik ini, peserta diminta merespons persoalan di sekitar lingkungannya. Bahkan dalam dua tahun terakhir, Direktorat KSKK Madrasah memberikan tema dalam kompetisi. Ketika Indonesia sering dilanda bencana alam di tahun 2019, KRM mengusung tema: Robots Save the Earth. Ketika dunia dilanda pandemi Covid-19, KMR mengusung tema: Robots for Global Pandemi. Tentu, tema-tema tersebut bukan hanya untuk gaya-gayaan, tetapi untuk menumbuhkan kesadaran peserta didik agar sensitif atas persoalan di lingkungannya dan menumbuhkan kesadaran untuk terlibat dalam mencarikan solusi atas persoalan tersebut. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Malang yang meraih juara I KRM 2021 membuat robot pengantar obat untuk pasien Covid-19 yang meminimalisir bahkan meniadakan kontak langsung antar perawat dan pasien. Robot ini diberi nama Xander Bot: Autonomous Medicine Delivery Robot Based on Computer Vision for Hospitals.

Begitu juga dalam Akademi Madrasah Digital (AMD). Program ini sudah masuk tahun ke-2. Direktorat KSKK Madrasah berkolaborasi dengan XL Axiata menyelenggarakan program ini. Dalam program ini, peserta didik benar-benar di-couching oleh para expert dalam periode tertentu untuk membuat sebuah produk digital (prototype) yang berguna bagi manusia di berbagai bidang seperti pertanian, perikanan dan sebagainya. Peserta didik benar-benar mendapatkan literasi digital yang nantinya menjadi bekal bagi lahirnya talenta-talenda digital dari rahim madrasah. Tidak hanya membuat produk, dalam AMD, peserta didik juga di-training membisniskan produk dan menganalisa produk tersebut agar selalu up to date dan menganalisa pasar (market) sebagai lahan bisnis produk tersebut.

MAN 2 Kudus dalam AMD 2021, misalnya, membuat produk berupa E-Koi Wufo (Water Unshikable Floating Object: Keep Water Clean, Keep Koi Slim. Produk ini berawal dari persoalan banyaknya koi yang mati karena parameter yang tidak terdeteksi, yakni kadar kimia pH air yang tidak dicek. E-Koi Wufo dirancang untuk mengetahui parameter kejernihan air seperti TDS (Total Dissolved Solid atau Partikel Terlarut), turbidity (kejernihan), pH dan suhu. Data yang diambil dari E-Koi Wufo akan ditampilkan di e-Koi monitor apps dalam bentuk grafik dan secara periodic, baik harian maupun mingguan. Uniknya lagi, E-Koi juga memberikan real-time alert atau notification dan instruksi bagi pembudidaya jika parameter air di luar kisaran normal. Tentu, produk ini akan membantu pembudidaya ikan koi karena menyuguhkan nilai, memberikan pengalaman baru customer, dan membangun fondasi konstruksi perikanan yang efektif dan efisien.

Ujung dari program ini adalah membentuk digitalprenuer yang secara mandiri mampu menciptakan lapangan kerja dan menghidupi dirinya sendiri serta orang lain. Ini sejalan dengan dengan motto Direktorat KSKK Madrasah, yakni Madrasah Mandiri Berprestasi, yakni madrasah sebagai institusi pendidikan yang menyiapkan generasi mandiri dan berprestasi.

Dalam rangka Hari Pendidikan Nasional ini, sejatinya madrasah sebagai lembaga pendidikan yang bercirikhaskan keislaman, dalam sejarah panjangnya, telah berkontribusi bagi bangsa ini di berbagai bidang dan kini terus berkontribusi dalam melakukan transformasi digital dari sisi content edukasinya dan sistem administrasi (pelayanannya). Wallahu’alam.[]

Prof. Dr. Moh. Ishom, M.Ag. (Direktur Kurikulum Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI)


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Opini Lainnya Lihat Semua

M. Fuad Nasar (mantan Sesditjen Bimas Islam. Saat ini Kepala Biro AUPK UIN Imam Bonjol Padang)
Imsak Setelah Puasa

Keislaman Lainnya Lihat Semua