Nasional

Seminar Internasional Pendidikan Islam, Menag Ungkap Peran Pesantren di Nusantara

Menag Yaqut Cholil Qoumas saat menjadi narasumber dalam International Seminar on Islamic Education & Peace, Jakarta, Senin (29/11/2021)

Menag Yaqut Cholil Qoumas saat menjadi narasumber dalam International Seminar on Islamic Education & Peace, Jakarta, Senin (29/11/2021)

Jakarta (Kemenag) --- Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas didapuk menjadi pembicara kunci (keynote speaker) dalam International Seminar on Islamic Education & Peace (ISIEP) 2021.

Dalam acara yang diselenggarakan hasil kerja sama Universitas Islam Raden Rahmat Malang dengan Universiti Teknologi Malaysia, Menag menyampaikan bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan keislaman yang khas asli (indigenous) Indonesia.

"Di samping berkarakter keindonesiaan, pesantren senantiasa mentransmisikan pemahaman Islam yang ramah, damai, toleran, saling menghargai, dan tidak ektrim," kata Menag yang menyampaikan pemikirannya secara daring, di Jakarta, Senin (29/11/2021).

Ia mengungkapkan, pesantren selama ini juga telah memainkan perannya sebagai penjaga kemanusiaan dan kebangsaan di tengah masyarakat Indonesia yang plural.

“Pesantren mampu melakukan penyebaran agama dan pemahaman yang damai, toleran, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan. Karenanya, pesantren didorong untuk menjadi garda terdepan dalam membangun pemahaman Islam yang moderat,” imbuh Menag di hadapan 800 peserta yang hadir.

Menag menjelaskan, Indonesia sebagai negara muslim terbesar memiliki karakter damai, santun, toleran, dan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan. Hal ini tidak terlepas dari sejarah masuknya Islam ke Indonesia.

Setidaknya, terdapat empat teori masuknya Islam ke Indonesia. Pertama, teori India (Gujarat). Kedua, teori Arab (Makkah). Ketiga, Persia (Iran). Keempat, teori Tiongkok.

Tampil lebih dari 70 presenter dari berbagai negara (Indonesia, Malaysia, Nigeria, Thailand, Filipina, Pakistan), antara lain: Anshari Pangaga Ali dari Mindanao State University Filipina, Imam Suprayoga dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Indonesia, Hamdan bin Said dari Universiti Teknologi Malaysia, serta Rafiu Ibrahim Adebayo dari Federal College of Education Nigeria.


Editor: Indah

Nasional Lainnya Lihat Semua

Berita Lainnya Lihat Semua