Tokoh

Syiar Al-Qur'an Ala Kang Fandi

Kang Fandi

Kang Fandi

Ada kesan yang khas bagi siapa saja yang pernah mengenal sosok kang Fandi, yaitu ide gagasan yang selalu cemerlang dan visioner termasuk ide membuat "Mushaf Al-Babakani". Ada dua motif yang melandasi Ide pembuatan mushaf ini.

Pertama, motivasi pemberdayaan para kaligrafer alumni pesantren Babakan yang telah menorehkan prestasi lomba kaligrafi di tingkat nasional. Sebagai contoh, kita bisa menyebut nama KH. Imron dan KH. Dr. Sa'dullah Afandi (saat ini adalah pejabat di Kedubes Indonesia di Arab Saudi). Dua tokoh ini adalah dewan Hakim kaligrafi Nasional.

Ada pula H. Ansorudin, H. Faroid dan Ust. Alik, ketiganya pernah menjadi Juara I kaligrafi tingkat Nasional. Potensi sumberdaya kaligrafer ini adalah khazanah pesantren Babakan yang jarang ditemukan di tempat yang lain. Karenanya kang Fandi cukup jeli dan cerdas membaca potensi tangan-tangan indah untuk diarahkan menjadi karya monumental dalam sebuah desain bernama mushaf.

Kedua, motivasi syiar Al-Qur'an. Pilihan membuat Mushaf Babakani spiritnya adalah mensyiarkan Al-Qur'an dari pesantren untuk dunia. Sebab, kalau di Timur Tengah ada kaligrafer Mushaf yang sangat masyhur yaitu Syekh Usman Thaha, maka dari Indonesia juga ada kaligrafer mushaf dari pesantren Babakan. Motivasi ini menjadi energi untuk bisa menyuguhkan mushaf yang terbaik yang kelak akan dijadikan referensi mushaf dunia.

Untuk bisa menghadirkan karya mushaf level Internasional, maka ikhtiarnya diawali dengan studi riset yang serius mulai dari studi naskah mushaf yang beredar di Nusantara, studi ilmuniasi, study lapangan ke tempat-tempat situs, kajian artefak, mendatangkan para ahli di bidang mushaf Al-Qur'an, melakukan study banding ke berbagai tempat, bahkan sampai ke mancanegara. Ikhtiar ini semata-mata agar karya mushaf Babakani ini layak menjadi mushaf yang dijadikan pilihan umat muslim dunia.

Ikhtiar berikutnya adalah mempersiapkan perangkat yang dibutuhkan untuk pembuatan mushaf yang tidak mudah rusak, antara lain memilih kertas yang bisa tahan 100 tahun lebih dan tidak dimakan rayap. Maka, dipilih kertas dari impor yang sudah teruji kualitasnya. Untuk urusan tinta dan cat juga semua dipilih dari kualitas terbaik, agar mushaf ini bisa disimpan lebih awet. Pokoknya semua perangkat dipersiapkan dengan maksimal.

Pilihan desain ilmunasi juga dibuat dengan mengangkat temuan artefak bersejarah yang ada di Jawa Barat, dan dibuat 30 desain untuk masing-masing juz. Setiap desainnya mengabadikan nama-nama pesantren yang ada di Babakan. Desain ilmunasi dikerjakan melalui tangan indah kang H. Ansorudin (Juara I Nasional Kaligrafi bidang ilmunasi) dan difinishing dengan aplikasi desain grafis. Tujuannya lagi-lagi agar hasil ilmunasi bisa menjadi inspirasi ilmuniasi mushaf dunia.

Setelah melakukan riset dan persiapan kebutuhan perangkat pembuatan mushaf dirasa cukup, dimulailah pengerjaan mushaf. Pengerjaan dimulai dari Surat Al-Fatihah. Bertempat di halaman SMP Pesantren, sosok yang menorehkan huruf Ba pertama pada ayat

Bismillahirrahmanirrahimadalah Al-Maghfurlah KH. Makhtum Hannan. Alasannya, beliau adalah kyai sepuh Babakan saat itu. Goresan tinta selanjutnya dilakukan oleh para kyai Babakan. Pengerjaan mushaf Babakan ini tidak lepas dari totalitas Kang Fandi. Dia tidak hanya berkontribusi ide saja, tetapi juga melakukan jariyah financial. Hampir semuanya dari kocek pribadi kang Fandi.

Dalam perjalanan pengerjaan mushaf ini memang ditemukan trial and error, mengingat pengalaman membuat mushaf bagi pesantren Babakan adalah pengalaman yang benar-benar baru. Maka target capaian seringkali meleset dari apa yang diharapkan, termasuk target capaian naskah dan iluminasi yang setahu saya sampai saat ini belum rampung pengerjaannya. Kadang saya sering bertanya-tanya sendiri, kenapa sudah 10 tahun lebih mushaf Babakani belum juga bisa dirampungkan ? Saya hanya ber-husnudzan saja, boleh jadi ini cara Allah agar membuka ruang bagi siapa saja untuk turut andil berjariyah membuat mushaf.

Husnudzan saya, ini lantaran dalam waktu yang hampir bersamaan, kang Fandi juga telah mewakafkan "Mushaf Al-Mukhtar" (pilihan nama Al-Mukhtar ini kira-kira ingin mengabadikan nama Ayahnya Al-Maghfurlah KH. Mukhtar) yang dipajang di museum Bait al-Quran Jakarta. Saya tidak mengetahui siapa yang menulis Mushaf Al-Mukhtar tersebut, tetapi saya pernah melihat langsung mushaf itu saat saya berkunjung ke Bait Al-Qur'an. Dari pengelolanya (kebetulan teman waktu mesantren di Tebuireng), saya mendapat informasi bahwa Mushaf Al-Mukhtar merupakan wakaf Affandi Mukhtar. Sampai akhir hayatnya, kang Fandi tidak pernah bercerita kalau dirinya telah wakaf mushaf Al-Mukhtar tersebut.

Ini juga sisi unik kang Fandi yang saya kenal. Beliau paling bisa menyembunyikan kebaikan yang telah dilakukannya, termasuk setelah beliau pension. Saya pernah diminta untuk menyemak (mendengarkan) hafalan Alquran mulai dari juz 1 sampai juz 6. Saya tidak tahu persis sudah berapa juz yang sudah dihafal, tetapi kang Fandi sering nanya-nanya bagaimana cara menghafal Qur'an dan bagaimana cara murajaahnya. Kang Fandi juga selalu berbagi gagasan-gagasan brilian untuk mensyiarkan Al-Qur'an.

Tujuh hari sudah kang Fandi sedang memetik buah syiarnya, mencicipi syafaatnya dan dipertemukan bersama para pecintanya.

Lukman (Santri Kang Fandi)


Editor: Moh Khoeron

Tokoh Lainnya Lihat Semua

Keislaman Lainnya Lihat Semua

Ruchman Basori (Inspektur Wilayah II, Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI)
Puasa Birokrat