Buddha

Uddhacca-Kukkucca

Buddha Wacana

Buddha Wacana

Yesañ ca susamāraddhā, niccaṁ kāyagatā sati, akiccam te na sevanti. Kicce sātaccakārino, satānaṁ sampajānānaṁ, atthaṁ gacchanti āsavā.

Mereka yang selalu giat melatih perenungan terhadap badan jasmani, tidak melakukan apa yang seharusnya tak dilakukan, dan selalu melakukan apa yang seharusnya dilakukan, maka kekotoran-kekotoran batin akan lenyap dari diri mereka yang memiliki kesadaran dan pengertian terang seperti itu. (Dhammapada, Syair 293)

Gelisah dan khawatir merupakan kondisi yang sering dialami oleh setiap orang. Manakala dihadapkan pada suatu peristiwa yang luar biasa atau situasi yang baru, mungkin seseorang akan berkeringat dingin, debar jantungnya semakin cepat atau bahkan tubuhnya menjadi tidak nyaman. Kondisi tersebut merupakan respon tubuh atas situasi yang membuat dirinya stress. Gelisah dan khawatir dapat berdampak pada mental dan emosi seseorang karena kondisi tersebut dipengaruhi pikiran.

Dalam ajaran Buddha, gelisah dan khawatir merupakan salah satu dari lima rintangan batin yang disebut dengan uddacca-kukkucca. Kegelisahan dan kekhawatiran tersebut menyebabkan orang tidak mampu berpikir jernih dan bahkan memiliki pikiran yang kacau. Kegelisahan dan kekhawatiran tersebut timbul sebagai akibat dari kemelekatan terhadap nafsu kesenangan indera, kemelekatan terhadap tubuh, merasa belum melakukan perbuatan bajik dan bermanfaat, masih memiliki keraguan dan kebingungan tentang Dhamma. (Anguttara Nikaya, ii. 173)

Untuk dapat mengatasi kegelisahan dan kekhawatiran yang ada, perlu diketahui penyebab timbulnya rintangan batin, berusaha menghindarinya, dan melakukan cara-cara yang dapat melenyapkan kegelisahan dan kekhawatitran itu.

Kegelisahan (Uddhacca), adalah kecemasan atau kekacauan pikiran berkenaan dengan suatu obyek. Uddhacca membuat batin menjadi tidak tenang serta memunculkan kegelisahan dan kekacauan pikiran. Sedangkan kekhawatiran (Kukkucca) adalah kerisauan terhadap sesuatu hal yang telah dilakukan dengan salah, atau suatu perbuatan bajik dan benar yang belum selesai dilakukan. Kukkucca akan memunculkan kesedihan atas apa yang telah dilakukan.

Kegelisahan dan kekhawatiran ini lebih sering dialami oleh orang yang belum bijaksana. Karena memang sebab dari kegelisahan dan kekhawatiran adalah dari dalam diri seseorang, dari pikiran. Oleh karena itu, bagi umat Buddha dianjurkan untuk senantiasa mawas diri, menjaga ketenangan pikiran dengan melatih meditasi.

Benar bahwa di saat seseorang berlatih meditasi terkadang pikiran lari membayangkan masa depan atau pun mengingat masa lalu. Kegelisahan muncul saat pikiran membayangkan masa depan dan sebaliknya kekhawatiran muncul saat pikiran mengingat masa lalu. Kegelisahan dapat pula muncul saat pikiran memikirkan masa kini, seperti: memikirkan kemajuan latihan ataupun menjadi cemas saat memikirkan latihan yang tidak berkembang.

Karenanya, saat berlatih meditasi pikiran harus berfokus pada obyek meditasi dan tidak membiarkan pikiran bergerak kemana-mana. Jika kita tidak fokus pada obyek meditasi, maka akan muncul kekhawatiran akan perbuatan buruk yang telah dilakukan dan juga kekhawatiran akan perbuatan baik yang belum selesai dan tidak dilakukan di waktu yang lalu.

Kegelisahan dan kekhawatiran akan timbul saat seseorang berulang kali dan tak henti mengikuti ketidaktenteraman pikirannya tanpa disertai kebijaksanaan. Untuk itu dibutuhkan adanya perhatian (sati) yang gigih saat berlatih meditasi. Dengan dapat menghentikan kegelisahan dan kekhawatiran serta tetap dapat menjaga ketenangan batin, seseorang akan mampu membersihkan pikirannya dari kegelisahan dan kekhawatiran.

Ada dua usaha untuk mengatasi uddhacca-kukkucca serta menumbuhkan kebijaksanaan, yaitu: dengan senantiasa mempelajari dan memahami Kitab Suci Tipitaka, dan selalu berusaha untuk melaksanakan latihan kemoralan (sila) dengan sempurna.

Dengan dapat memahami timbulnya uddhacca-kukkucca dan berusaha menghindarinya, serta melakukan cara-cara untuk mengatasinya, maka secara bertahap kegelisahan dan kekhawatiran akan dapat dilenyapkan. Yang pada akhirnya akan mengondisikan kemajuan pencapaian tingkat konsentrasi yang lebih baik.

Jika seseorang sudah memiliki tingkat konsentrasi yang baik, maka di saat menghadapi situasi yang baru atau peristiwa yang luar biasa tidak menjadikan dirinya stress. Pikirannya akan terkendali sehingga tidak mempengaruhi mental dan emosinya. Ketenangan akan nampak dari dalam dirinya.

Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Buddha Lainnya Lihat Semua

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua