Buddha

Filosofi Air (Kerendahan Hati) 

Ilustrasi

Ilustrasi

“Hidup ini sukar bagi orang yang tahu malu,
yang senantiasa mengejar kesucian,
yang bebas dari kemelekatan,
rendah hati, menjalankan hidup bersih dan penuh perhatian”
(Dhammapada, XVIII:245)

Air berperan penting untuk keberlangsungan hidup manusia. Manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa air. Sebab tubuh memerlukan air pada semua sel, organ, dan jaringan. Manfaat air tidak hanya berperan pada bidang kesehatan, tetapi pada banyak bidang lain, seperti industri dan sebagainya.

Filosofi air membawa pesan penting bagi manusia. Bagaikan aliran sungai yang terus mengalir, hendaknya manusia sentiasa bergerak maju dalam setiap fase kehidupan. Salah satunya yaitu saat menghadapi kesulitan yang diibaratkan seperti batu besar di tengah aliran sungai, kita harus belajar menyesuaikan diri agar bisa melewati tantangan dalam hidup ini. Air juga mengajarkan nilai kerendahan hati.

Meskipun begitu, penting bagi kehidupan manusia, tetapi ia tidak pernah membanggakan dirinya sendiri. Ia menempati ruang dengan rendah hati tanpa merasa lebih tinggi dari sekitar. Air selalu mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat rendah, demikian juga kehidupan. Kondisi kehidupan yang berada di atas, dengan segala kemudahan dan kebahagiaan yang dirasakan, tetapi harus tetap memiliki rasa rendah hati.

Manggala Sutta, salah satu khotbah Buddha Gotama yang menguraikan cara untuk mendapatkan berkah utama, salah satunya dengan mempraktikkan rendah hati. Orang yang mempraktikkan kerendahan hati adalah seseorang yang memiliki kemampuan memahami kelemahan diri dalam berbagai hal sehingga membuat seseorang ingin bekerja keras untuk memperbaikinya.

Rendah hati merupakan sebuah rahasia dari kebijaksanaan, kekuatan dan pengetahuan. Kerendahan hati tidak akan membuat seseorang terhina, justru kerendahan hati akan membuat seseorang lebih terhormat di hadapan orang lain. Sifat rendah hati mengundang rasa hormat dari orang lain yang telah mengetahui tentang kelebihan yang dimiliki tanpa perlu disombongkan.

Buddha Gotama bersabda dalam Parabhava Sutta: “Jika dia menjadi sombong karena keturunan, kekayaan, atau lingkungannya, serta memandang rendah handai-taulan dan sanak-keluarganya, inilah penyebab keruntuhan seseorang.” Keangkuhan atau kesombongan akan menyebabkan seseorang menderita, seperti yang dijelaskan oleh Buddha Gotama dalam Cūḷakammavibhanga Sutta, “seorang laki-laki atau perempuan keras kepala dan sombong; ia tidak memberi hormat kepada seorang yang selayaknya menerima penghormatan, tidak bangkit berdiri untuk seseorang yang karena kehadirannya seharusnya ia bangkit berdiri, tidak memberikan tempat duduk kepada ia yang layak menerima tempat duduk, tidak memberi jalan untuk seseorang yang seharusnya ia beri jalan, dan tidak memghormati, menghargai, memuja, dan memuliakan seseorang yang seharusnya dihormati, dihargai, dipuja, dan dimuliakan. Karena melakukan dan menjalankan perbuatan-perbuatan demikian … ia muncul kembali dalam kondisi menderita … Tetapi jika ia kembali ke alam manusia, maka di manapun ia terlahir kembali ia akan berkelahiran rendah”.
Menghancurkan kesombongan dan keangkuhan dalam diri, dapat membuat hidup kita menjadi damai. Marilah kita selalu mempraktekkan kerendahan hati seperti filosofi air yang selalu mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah, agar mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian. Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia.

Setyorini,S. Ag. (Penyuluh Agama Buddha Kabupaten Malang, Jawa Timur)


Editor: Moh Khoeron
Fotografer: Istimewa

Buddha Lainnya Lihat Semua

Mimbar Agama Lainnya Lihat Semua